Penguasaan IPTEK dan Inovasi Adalah Kunci Kemajuan Bangsa

Muhammad Nur
Dosen, peneliti, dan inovator ITS Surabaya
Konten dari Pengguna
19 Juni 2021 10:31 WIB
·
waktu baca 17 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Nur tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi disrupsi teknologi Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi disrupsi teknologi Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Bangsa Indonesia jika dilihat dari kacamata kemajuan dan kemakmuran dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Indonesia pernah mengalami zaman keemasan pada tahun 80-90 an sebelum krisis ekonomi 1998 melanda. Saat itu semua barang terasa sangat murah dan mata uang rupiah cukup disegani di seluruh dunia. Saat itu dengan program Repelita-nya kita hampir saja bisa lepas landas dan bisa menjadi bangsa yang maju, sayangnya krisis ekonomi melanda dan rupiah kita porak poranda dan kekuatan ekonomi kita mengalami penurunan sampai saat ini.
ADVERTISEMENT
Ada yang cukup menarik untuk dikaji pada era tersebut (era orde baru). Terlepas dari beberapa hal yang buruk khususnya tentang maraknya Kolusi, Korupsi dan Nepotisme saat itu, bangsa Indonesia memiliki Langkah dan strategi yang cukup jelas untuk menatap masa depan melalui program GBHN dan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Sayangnya pada tahun 1998 dengan digoyang sedikit oleh George Soros dan IMF, ekonomi Indonesia hancur berantakan.
Saat program pemulihan krisis moneter, IMF membuat sebuah rencana untuk menyelamatkan Indonesia (versi IMF) atau lebih tepatnya menghancurkan Indonesia lebih terpuruk lagi. Syarat IMF mau membantu Indonesia (dengan memberi pinjaman) adalah dengan membubarkan semua industri strategis.
IMF tahu betul bahwa industri strategis suatu saat akan menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia, makanya harus dibubarkan sehingga arah dan pengembangan industri di Indonesia menjadi tidak terarah dan yang lebih penting lagi Indonesia kehilangan tulang punggung kemajuan ekonomi bangsa berupa industri strategis.
ADVERTISEMENT
Langkah-langkah IMF ini jelas hanya akan menjadikan Indonesia sebagai pasar bagi berbagai produk dari luar. Dan industri strategis menjadi penghalang bagi strategi untuk menjadikan Indonesia sebagai pasar bagi produk atau barang dari luar. Untuk itu jelas industri strategis harus dibubarkan. Dan itulah yang terjadi sampai saat ini. Ekonomi Indonesia sangat rapuh dibandingkan negara-negara berbasis industri di dunia.
Seharusnya kebijakan pemerintah kita tidak hanya menjadikan Indonesia sebagai pasar saja. Mungkin kita perlu mencontoh China. Pada era kita mengalami zaman keemasan tadi, China masih belum maju seperti saat ini. Saat itu mereka menjuluki China sebagai sleeping giant, karena pasar china yang sangat besar sementara China hanya sedikit memiliki produk untuk bangsanya sendiri.
ADVERTISEMENT
Saat itu China cenderung konservatif dan mengisolasi dirinya sendiri. Tetapi semuanya berubah saat China secara terstruktur dan terukur membuka dirinya terhadap investasi asing. China mulai menjual dirinya dengan mengatakan pasar china sangat besar silakan berinvestasi di China dan buat semua produknya di China. China memberi berbagai kemudahan dalam hal berinvestasi dan membuka semua industri untuk membuka pabriknya di China dan mengatakan buruh di China sangat murah silakan menggunakan buruh dari China.
Apakah yang dilakukan China hanya dengan mempermudah investasi dan menyerahkan pasarnya kepada negara lain? Tentu saja tidak. Di sinilah letak kecerdikan bangsa China. Saat investasi masuk dan berbagai industri didirikan china melengkapi semuanya dengan menyekolahkan sebagian besar anak-anak muda potensial ke negara-negara maju di Jepang, Amerika Serikat dan berbagai negara maju di Eropa.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan kebijakan Indonesia, china tidak mewajibkan para pelajar ini Kembali ke China, justru mereka diminta untuk bekerja di segala sektor Industri di negara-negara maju tersebut. Agaknya pemerintah China tahu persis bahwa ilmu yang didapatkan di bangku pendidikan tidaklah cukup untuk membangun China. Ilmu teori dari bangku sekolah harus dipraktikkan. Dan praktiknya ada dalam industri maupun sektor nyata lainnya.
Saya pernah ketemu dengan seorang professor dari china yang bekerja di sebuah universitas di Amerika dan beliau menjadi salah satu direktur di lembaga pendanaan penelitian di Amerika. Saya tanya ke beliau, dengan anda bekerja di Amerika dan tidak Kembali ke China, kontribusi apa yang anda berikan ke negara china yang telah menyekolahkan anda?
ADVERTISEMENT
Dia menjawab saya saat ini sedang membangun system yang sama persis di china dengan yang ada di amerika. Ternyata dia dan koleganya sedang membuat kloning pusat penelitian di china yang menurut beliau jauh lebih maju daripada yang beliau kepalai di Amerika. Dan menurut beliau orang seperti dia di negara manapun banyak jumlahnya dan semua sepakat mendukung bangsa china untuk maju.
Adalagi yang bercerita, bahwa saat China menyekolahkan warganya ke luar negeri, satu orang yang disekolahkan di luar negeri wajib untuk memberikan akses ilmu dan pengetahuan yang didapat dari negara maju ke beberapa orang di China untuk belajar bersama. Inilah yang membuat bangsa China sangat maju dalam menguasai ilmu pengetahuan seperti saat dulu orang India disekolahkan ke berbagai negara maju dan menetap di negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Dari sisi industri apa yang dilakukan oleh China? Negara lain dipersilakan berinvestasi dan membuat produk di China sebanyak-banyaknya dan silakan dijual di China. Kelihatannya ini seperti bangsa kita menyerahkan pasarnya kepada bangsa lain. Tetapi China lebih cerdik lagi dalam hal ini, china membuat aturan tidak ada copyright di China. Semua produk yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan di China boleh ditiru dan proses peniruannya ini dilindungi oleh negara china. Sehingga saat itu china oleh bangsa barat dijuluki sebagai “copycat nation”.
Apa pun ditiru sama persis. Proses ini disebut reverse engineering. Dan karena china memiliki sumber daya manusia yang pintar-pintar akibat mendapatkan ilmu dari negara maju melalui skema yang sudah diceritakan di atas, barang tiruan dari China awalnya kualitasnya buruk tetapi dalam waktu yang singkat menjadi barang yang berkualitas bagus.
ADVERTISEMENT
Untuk “menghentikan” bangsa asing di China menguasai pasar china, pemerintah china membuat skema bahwa siapa pun di China boleh meniru barang apa pun yang ada di China. Muncullah klaster produk dari harga paling murah sampai paling mahal yang semuanya diproduksi di China.
Akhirnya masyarakat akan memilih produk mana yang akan dibeli sesuai kemampuan mereka. Termasuk orang Indonesia yang mengimpor barang dari China. Mereka memiliki ribuan pilihan produk sejenis dengan harga dan kualitas yang berbeda-beda. Dan karena produk tiruan china tidak perlu membeli lisensi kepada pihak yang barangnya ditiru, bisa dipastikan harganya akan jauh lebih murah. Inilah yang membuat dunia dikuasai oleh produk made in china.
Sampai muncul istilah “God Created The World, Everything else is made in China”. Dan dengan memasarkan barang produksinya ke seluruh dunia, devisa dari luar China masuk dan ekonomi China menjadi ekonomi terbesar di dunia bersama sama dengan negara Amerika. Bangsa China sukses meniru bangsa yang industrinya telah maju terlebih dahulu dan saat ini justru sudah mengalahkan ekonomi beberapa negara maju lainnya dengan produk domestic bruto per kapita saat ini menurut data dari Bank Dunia mencapai USD 10.261,68.
ADVERTISEMENT
PDB per kapita ini pada era tahun 1990 an dan sebelumnya hanya berkisar di bawah angka USD 600. Sebagai informasi, PDB per kapita Indonesia pada tahun 1990 an tersebut sudah mencapai angka USD 1100 lebih. Dan saat ini PDB perkapita Indonesia berada di angka USD 4.135 USD (Bank Dunia). Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa bangsa China bisa melakukan lompatan besar dalam hal kemajuan dan kekuatan ekonomi sementara Indonesia tidak bisa?
Hipotesa saya adalah bahwa bangsa China dan bangsa-bangsa yang maju memahami betul teori penciptaan kemakmuran atau ekonomi sementara bangsa-bangsa yang belum atau tidak maju sama sekali seperti Indonesia tidak memahami teori ini. Secara simpel teori ini mengatakan kalau seseorang ingin Makmur adalah dengan memasukkan input keuangan jauh lebih besar dari output-nya. Ilustrasi teori ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 1. Ilustrasi sederhana proses menumbuhkan kemakmuran/memajukan perekonomian bangsa
Bangsa Indonesia hanya memahami masalah ini saja, proses yang terjadi dibalik persamaan di atas sama sekali tidak dipahami oleh bangsa Indonesia. Saat ini bangs aini hanya fokus bagaimana mendapatkan selisih yang lebih besar antara pemasukan dan pengeluaran (neraca berjalan). Setengah mati para ekonom mengeluarkan berbagai macam jurus untuk mengontrol ini tanpa mau memahami hal paling fundamental dari teori ini. Menurut ilmu ekonomi, jika ingin Makmur maka selisih antara pemasukan dan pengeluaran harus semakin besar (nett positive gain).
ADVERTISEMENT
Jika sampai negative maka hancurlah ekonomi kita. Pemahaman parsial tentang teori ekonomi inilah yang membuat bangsa kita tidak akan pernah bisa maju. Semua orang sibuk mengejar net positive gain tadi. Akhirnya yang tumbuh di bangsa adalah sektor perdagangan. Dagang apa saja asal dapat selisih yang positif berarti ekonomi jalan. Ekonomi berjalan iya dan sangat betul, tetapi jalannya lambat seperti di Indonesia tidak seperti di negara lain. Di sinilah letak kesalahannya, hanya dengan mendasarkan pada perdagangan dan ilmu ekonomi saja.
Hal paling fundamental dari persamaan kemakmuran atau persamaan peningkatan ekonomi di atas adalah kemandirian. Dan ini sesuai dengan kodrat penciptaan manusia. Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan dilengkapi daya nalar, daya berpikir dan kreativitas agar bisa mandiri. Inilah yang dilupakan oleh bangsa Indonesia yaitu kemandirian. Kemandirian untuk menciptakan dan memberi nilai pada sesuatu inilah yang paling fundamental. Bukan pada selisih seperti persamaan di atas.
ADVERTISEMENT
Kita salah fokus dalam mengamati persamaan kemakmuran dan ekonomi di atas. Bangsa yang paling kuat ekonominya adalah bangsa yang bisa mencetak uang (atau sebenarnya adalah nilai tambah atas uang). Dan ini sesuai dengan konsep besaran pajak yang diserahkan ke negara. Pajak Atas Penambahan Nilai (PPN) nilainya paling besar, mencapai 10% dari penambahan nilai tersebut. Dan jika ingin PPN nya besar, bangsa ini harus punya strategi khusus untuk menambah nilai atas sesuatu yang paling besar nilainya. Dan yang paling besar nilainya adalah jika kita bisa membuat nilai (value creation) atas sesuatu.
Proses mencetak nilai atau disebut juga dengan proses inovasi inilah hal yang paling mendasar dari perekonomian sebuah bangsa. Karena jika dihitung penambahan nilainya, proses membuat nilai faktornya adalah tak terhingga besarnya. Sehingga dengan menguasai bagaimana nilai tambah atas uang tersebut bisa diciptakan maka kita bisa dengan mudah mengatur persamaan selisih kemakmuran tadi. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana kita bisa membuat nilai atas sesuatu dan menentukan nilai tambah atas sesuatu tadi dan dilakukan oleh siapa? Apakah seorang ahli ekonomi atau ahli lainnya yang menentukan nilai tambah tadi?
ADVERTISEMENT
Jawabannya simpel, ahli ekonomi? Pasti bukan karena secara keilmuan, ilmu ekonomi berada pada paling ujung setelah semua proses ekonomi berjalan (ekonomi adalah lagging indicator sebuah proses ekonomi). Sehingga tidak tepat saat jika seorang ahli ekonomi saja kita minta untuk mengatur dan menentukan sebuah system perekonomian baik dalam konteks pribadi, masyarakat maupun negara.
Urutan proses penciptaan atau kreasi atas nilai tiap tahapan dapat dilihat pada gambar berikut ini sesuai dengan yang diuraikan oleh Stan Shih (Pendiri Acer Inc) pada tahun 1992. Dengan teori yang sangat terkenal dengan nama “The Smiling Curve”.
Gambar 3. Stan Shih Smiling Curve (sumber: https://chaitravi.wordpress.com/2010/02/10/the-smiling-curve-stan-shih/)
Shih menentukan proporsi penambahan nilai pada sebuah produk dari awal dibuat sampai akhirnya dipasarkan ke masyarakat. Shih mengatakan nilai tambah terbesar pada sebuah proses pembuatan produk ada pada dua sisi ujung tahapan sebuah produk dibuat dan dipasarkan, yaitu pada saat proses penelitian dan pengembangan dan proses pemasaran sebuah produk tadi.
ADVERTISEMENT
Sementara proses manufaktur atau fabrikasi memiliki nilai tambah terkecil pada sebuah produk. Ilmu inilah yang dipakai oleh semua negara maju untuk menumbuhkan perekonomian. China misalnya seperti yang sudah diungkapkan di atas, awalnya mereka fokus ke manufaktur tetapi tidak berhenti di manufaktur saja, china bergerak ke kiri dengan memperkuat R&D (ini dilakukan dengan memperkuat kompetensi SDM) dan “mencuri” atau “meniru” teknologi maju dari negara maju sekaligus bergerak ke kanan menguasai pemasarannya.
Hasilnya adalah kalau awal tahun 1990-an china adalah bangsa peniru produk dan teknologi saat ini China adalah bangsa dengan kekuatan R&D yang sangat besar (https://foreignpolicy.com, 2014). Dengan menguasai R&D atas sebuah produk kita bisa dengan mudah menentukan nilai atas sebuah produk yang dihasilkan tadi. Siapa yang membuat produk tadi? Jawabannya adalah para Insinyur atau Engineer.
ADVERTISEMENT
Insinyur memiliki tugas untuk membuat sesuatu produk atau jasa yang bisa memberikan nilai atau value pada bangsa dan masyarakat (sesuai dengan definisi keinsinyuran menurut ABET (www.abet.org)). Memberikan value pada sebuah produk dan atau jasa tertentu untuk dimanfaatkan oleh masyarakat atau bangsa inilah yang disebut dengan Inovasi.
Dan sejarah telah mencatat, kemajuan perekonomian dan peradaban dunia semua disebabkan oleh para insinyur tadi. Robert J. Gordon dalam bukunya, is US Economic Growth Over? Faltering Innovation Confronts The Six Headwinds by Robert J. Gordon yang dirilis tahun 2012 telah menghubungkan peningkatan PDB per kapita sebuah bangsa dengan revolusi industri.
Gambar 3. Revolusi Industri dan Kenaikan GDP (Diadaptasi dari Gordon, RJ, 2012)
Hasilnya setiap ada revolusi Industri, GDP negara yang mengalami revolusi industri naik secara signifikan dan sekaligus menggeser pusat perekonomian dunia saat itu. Sebelum revolusi industri I, pusat ekonomi dunia berada di negara asia (dari Arab sampai China). Era ini sebagai era keemasan dunia arab dan China saat itu. Jalur sutra menjadi jalur perdagangan produk dan jasa yang sangat penting pada era itu.
ADVERTISEMENT
Kemudian datang revolusi Industri I di Inggris dan sekitarnya ditandai dengan digunakannya mesin uap (hasil karya James Watt, Seorang Insinyur dari Inggris) untuk berbagai macam proses produksi. Jika sebelum revolusi industri I pusat ekonomi dunia berada di Asia, saat revolusi Industri I ini pusat ekonomi bergeser ke Eropa, PDB per kapita eropa saat itu naik hampir 3 kali lipat akibat revolusi industri I.
Dan eropa tetap menjadi pusat ekonomi dunia (ditandai dengan adanya VOC, perusahaan dengan valuasi terbesar sepanjang masa) dan saat itu karena kekuatan ekonomi yang sangat besar banyak dari orang Eropa yang bermigrasi ke seluruh dunia untuk mencari sumber daya alam dan tumbuhan yang dapat digunakan untuk mendukung kebutuhan orang Eropa akibat majunya perekonomian eropa saat itu.
ADVERTISEMENT
Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penjajahan di seluruh dunia oleh bangsa-bangsa eropa, termasuk salah satunya di Amerika. Berpindahnya orang-orang Eropa ke Amerika dan seluruh dunia tentu saja sambil membawa ilmu pengetahuan yang mereka miliki. Jika pada revolusi Industri I sebagian besar yang memiliki kekayaan adalah para bangsawan atau keluarga kerajaan maka orang-orang biasa dari eropa melihat tanah amerika memberi harapan baru.
Sehingga semakin lama semakin banyak orang biasa dari Eropa yang pergi ke Amerika sambil membawa ilmu pengetahuan dan teknologi. Di Amerika orang-orang kalangan dari Eropa ini kemudian membuat system Pendidikan dan komunitas dengan mencontoh ilmu pengetahuan dan teknologi dari Eropa.
Tokoh-tokoh Insinyur Amerika saat itu yang muncul adalah Thomas Alfa Edison dan Nikolas Tesla. Edison adalah seorang anak dari Imigran Belanda, sementara Tesla adalah asli orang Eropa yang bermigrasi ke Amerika. Dua orang inilah yang mengubah Amerika dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi mereka untuk mendorong terjadinya revolusi industri II dengan diaplikasikannya teknologi listrik untuk semua bidang kehidupan utamanya industri manufaktur.
ADVERTISEMENT
Dengan tenaga listrik tingkat kemakmuran orang Amerika saat itu semakin meningkat. Dengan teknologi listrik yang akhirnya diaplikasikan di semua sektor industri, orang Amerika bisa memproduksi barang tanpa harus tergantung pada tenaga hewan atau manusia atau mesin uap. Efisiensi alat-alat mekanis dengan motor listrik jauh lebih tinggi dibanding jika menggunakan tenaga uap atau tenaga hewan dan manusia.
Di sinilah letak keunggulan bangsa Amerika saat itu. Mereka bisa memproduksi barang dengan sangat murah dibanding barang-barang dari Eropa yang masih menggunakan tenaga mesin uap. Hasilnya ekonomi Amerika menjadi sangat besar dan kuat dan untuk pertama kalinya dalam sejarah Amerika menjadi bangsa yang sangat kuat dan sangat besar walau pada awalnya Amerika adalah koloni Eropa.
ADVERTISEMENT
Hal ini membuat pusat ekonomi dunia bergeser ke Amerika dan PDB per kapita amerika meningkat 3 kali lipat dibanding PDB per kapita bangsa Eropa yang menjadi pusat perekonomian dan teknologi sebelumnya. Kekuatan ekonomi Amerika meningkat terus menerus.
Orang Amerika sadar dan tahu betul bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi adalah kunci untuk menjaga Amerika tetap menjadi bangsa yang kuat dari sisi ekonomi. Pemerintah Amerika mendirikan perguruan-perguruan tinggi Teknik dan sampai saat inipun tetap menjadi yang terbaik di seluruh dunia. Dengan perguruan-perguruan tinggi terbaik dan pengajar-pengajar terbaik (generasi pertama pengajar di perguruan tinggi di amerika didatangkan dari eropa, termasuk Albert Einstein) ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang di Amerika.
Sehingga pada tahun 1950 an, buah dari sistem pendidikan serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di perguruan-perguruan tinggi Teknik terbaik di Amerika, insinyur-insinyur amerika kemudian merevolusi industri Kembali dengan mengaplikasikan ilmu komputer di industri-industri manufaktur di Amerika. Dengan ilmu dan teknologi computer mereka mengontrol mesin-mesin yang ada di industri secara otomatis.
ADVERTISEMENT
Jika pada revolusi industri I tenaga manusia dan hewan digantikan dengan tenaga listrik di revolusi industri II, sebagian kemampuan manusia untuk mengontrol mesin-mesin dan peralatan industri digantikan oleh ilmu dan algoritma komputer. Sehingga industri-industri manufaktur di Amerika bisa berjalan dengan otomatis tanpa lelah tanpa campur tangan manusia.
Inilah awal revolusi industri III, masuknya ilmu dan teknologi computer ke dalam kehidupan manusia. PDB per kapita amerika naik 3 kali lipat dari sebelumnya dan menjadi negara super power. Di belahan timur dunia, Uni Soviet saat itu juga mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sama dengan di Amerika. Ilmu pengetahuan dan teknologi di Uni Soviet juga berhasil membuat mereka menjadi pesaing Amerika dalam era revolusi Industri III walau secara ekonomi Uni Soviet tidak sekuat Amerika.
ADVERTISEMENT
Amerika melanjutkan perjalanan revolusi Industri III dengan munculnya generasi Bill Gates dan Steve Jobs yang membuat computer tidak hanya bisa dimiliki oleh Industri tapi oleh seluruh umat manusia. Dengan sebagian besar manusia memiliki akses ke computer pengembangan ilmu dan pengetahuan menjadi sangat cepat karena dengan terbukanya era informasi di komputer dan internet, sumber ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi terbuka. Masing-masing orang bisa mendapatkan akses terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dan mereka membuat terobosan-terobosan teknologi secara bersama-sama.
Inilah awal munculnya budaya co-creation. Apple dan Windows adalah contoh pioneer co-creation dalam proses industri. Dengan adanya tukar menukar informasi teknologi secara terbuka dan kerja sama, eonomi di Amerika semakin menguat. Setelah era Bill Gates dan Steve Jobs di Amerika muncullah generasi Mark Zuckerberg dengan platform kerja sama online (Facebook) dan Larry Page dengan Google-nya.
ADVERTISEMENT
Informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dengan mudah dibagi dan diakses dengan platform internet dan media sosial. Dan platform internet inilah yang menjadi dasar dimulainya revolusi Industri IV yang sedang berlangsung. Tanpa disangka-sangka china muncul menjadi kekuatan besar dari timur untuk bersaing dengan Amerika dalam hal penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Untuk itu sejenak kita Kembali ke proses yang terjadi di China pada tahun 1990-an.
China pada tahun 1990-an mulai menyadari hubungan antara Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk bisa menguasai perekonomian. Mereka mulai mengirimkan orang-orang china untuk menuntut ilmu di amerika dan bangsa yang sudah maju ekonominya. Perlu diingat PDB per kapita china saat itu di bawah Indonesia.
ADVERTISEMENT
China meniru India untuk menyekolahkan orang-orangnya ke seluruh dunia. Bedanya China adalah negara komunis di mana yang disekolahkan harus membagi ilmunya kepada bangsa China secara langsung. India tidak melakukan itu, India hanya menyekolahkan Anak-anak India ke Amerika tanpa ada embel-embel untuk membagi ilmunya ke orang India lainnya. Anak-anak pintar China yang sekolah di Amerika misalnya harus mengirimkan akses ilmu pengetahuan kepada pemerintah China.
Mereka tidak boleh kembali ke China sebelum mereka tuntas belajar ilmunya baik secara teori maupun praktik di industrinya. Dengan cara inilah China mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi dari negara maju ke China. Di saat yang sama pemerintah China membuka diri, mereka menawarkan kepada semua industri dari seluruh dunia untuk membuat industri dan produk di China untuk pasar China yang sangat besar (lebih dari 1,3 M penduduk).
ADVERTISEMENT
China “memaksa” principal teknologi untuk melakukan alih teknologi dengan melegalisasi hak cipta dan paten. Apa pun produk yang diproduksi di China boleh ditiru oleh industri China. Inilah proses reverse engineering tanpa batas yang diproteksi oleh pemerintahan China. Orang China yang meniru dan membuat produk dengan menyontek produk yang diproduksi dan dipasarkan di China tidak akan mendapat masalah hukum.
Prinsipal yang mencoba menuntut industri China pun berakhir dengan kekalahan. Proses meniru atau reverse engineering ini akhirnya berkembang dengan sangat pesat. Didukung dengan meningkatnya kualitas dan kompetensi sumber daya manusia karena mereka dapat mengakses ilmu dasar di negara asal teknologi dengan program menyekolahkan orang-orang China ke pusat-pusat ilmu pengetahuan dan teknologi maka saat ini China tidak hanya meniru, justru mereka mampu mengembangkan sendiri ilmu pengetahuan dan teknologi mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
Proses Industrialisasi dan penguasaan ilmu pengetahuan di China ini berlangsung sangat cepat. Saat ini kekuatan ekonomi China sudah mendekati kekuatan ekonomi Amerika. Seperti yang telah diungkapkan sebelumya, china yang dulu awalnya adalah sleeping giant saat ini telah bangun dan menjadi kekuatan ekonomi yang sangat besar. China telah menjadi pusat Inovasi dunia mengalahkan negara-negara maju sebelumnya. China sekarang ini menjadi “Innovation Powerhouse Nation” mengalahkan jerman, jepang, korea selatan dan sebagainya (KPMG Technology Innovation Survey, 2018).
Menurut Gordon, diperkirakan PDB per kapita negara yang menguasai revolusi industri 4.0 akan melonjak 2 kali lipat dan mencapai angka USD 87.178
Dengan kekuatan ekonomi yang sangat besar dan jumlah penduduk yang besar saat ini china fokus untuk melebarkan sayapnya ke seluruh dunia. Kita bisa melihat semua teknologi, produk dan uang china menguasai ke mana-mana termasuk ke Indonesia. China bisa memproduksi barang dengan murah karena mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam industrinya serta menekan upah manusia yang rendah. Dengan demikian biaya produksinya menjadi sangat murah dan harga jual produknya menjadi sangat murah dibanding produk bangsa lain. Kalau diplotkan pada kurva tersenyumnya Shih, China menguasai semua nilai tambah (value chain) dari setiap proses industri. Mulai dari R&D pada sisi kiri, manufaktur pada tengah-tengah dan penjualan (sisi kanan). Ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan kunci kemajuan ekonomi, peradaban dan kemakmuran telah berhasil dikuasai oleh bangsa China.
ADVERTISEMENT
Dan saat ini penulis sangat yakin bahwa China akan menjadi pusat ilmu pengetahuan dan teknologi di era revolusi industri 4.0 bersama sama dengan Amerika atau malah suatu saat nanti china akan mengalahkan Amerika sehingga pusat peradaban dan ekonomi dunia akan Kembali lagi ke Asia, khususnya China.
Jelas dari uraian di atas, bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang diaplikasikan ke dunia nyata (creating value) atau inovasi adalah mesin utama penggerak perekonomian dan kemajuan. Pertanyaannya siapa yang bisa mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi ke dunia nyata (creating value) tersebut? Jawabannya adalah para insinyur.
Sesuai Shih, proses creating value (bisa juga diukur dengan nilai uang) selalu dimulai dari para insinyur yang mendesain sebuah produk yang bermanfaat, proses ini dilanjutkan oleh insinyur lain untuk mewujudkan desain atau rancangan tadi menjadi produk, setelah menjadi produk baru para pedagang ikut ambil bagian menjual barang tersebut. Setelah itu baru orang ekonomi yang menghitung berapa besar selisih yang didapatkan.
ADVERTISEMENT
Dari proses inilah jelas letak kesalahan system ekonomi di Indonesia yang mendasarkan atau berharap ekonomi Indonesia akan maju dengan pada kemampuan para pedagang dan ekonom. Dua orang ini semestinya berada pada urutan terakhir proses creating value bukan yang menentukan arah perekonomian.
Kalau ekonomi Indonesia maju tirulah proses yang dilakukan oleh bangsa Eropa (revolusi Industri I), Amerika (Revolusi Industri II dan III) serta China (Revolusi Industri IV). Mereka semua mengambil Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta para insinyur untuk menjadi penggerak utama perekonomian dan kemakmuran bangsa. Sebenarnya konsep ini sudah dianut oleh Ir. Soekarno yang saat itu sudah mulai menyekolahkan anak-anak pintar Indonesia ke pusat ilmu pengetahuan, dilanjutkan era Soeharto lewat mbah Habibie tetapi semua proses itu rusak saat mafia ekonom masuk ke system pemerintahan.
ADVERTISEMENT
Ekonom hanya ingin melihat adanya selisih secepatnya (cara instan) bukan cara jangka panjang atau cara yang sustainable. Dan budaya atau tradisi instan inilah yang menghancurkan bangsa Indonesia karena ekonomi Indonesia tidak didasarkan pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi lebih pada kalkulator ekonomi saja.
Ekonomi Indonesia tidak memiliki dasar pondasi yang kokoh karena hanya bertumpu pada perdagangan saja. Dan pondasi ekonomi adalah inovasi yang merupakan pengaplikasian ilmu pengetahuan dan teknologi kepada produk atau jasa yang bermanfaat bagi umat manusia atau memiliki value secara ekonomi.
Untuk itu jika ingin Indonesia maju kita semua harus Kembali ke konsep Bung Karno lewat trisaktinya. Ekonomi Indonesia jangan diserahkan kepada para pedagang. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi harus dikembangkan. Investasi jangan hanya pada infrastruktur keras seperti jalan, jembatan dan Gedung-gedung saja. Investasi terbesar bangsa ini harus diberikan kepada sektor Pendidikan dan riset serta pengembangan dan pengaplikasian teknologi dengan target penguasaan teknologi untuk bangsa seperti yang dilakukan oleh China dan bangsa maju lainnya.
ADVERTISEMENT
Pasar Indonesia jangan diserahkan sebagai pasar bagi produk bangsa lain. Insinyur-insinyur Indonesia harus ditantang untuk membuat teknologi bagi bangsanya. Seorang guru saya pernah mengatakan kita itu saat ini diberi pancing dan umpan tetapi kolam dan lautnya yang notabene adalah pasar ditutup, kita dilarang memancing di sana yang boleh memancing hanya produk-produk dari luar yang dibawa oleh para pedagang.
Demikianlah jika bangsa ini ingin maju dan Makmur. Serahkan mesin pertumbuhan ekonomi kepada para insinyur. Minta para insinyur membuat roadmap kemajuan perekonomian, beri mereka dukungan dan keleluasaan untuk berkontribusi dan berinovasi dengan menjamin adanya pasar dan perlindungan pasar bagi produk hasil inovasi bangsa Indonesia.
Politik di Indonesia harus diarahkan untuk mendukung ke arah sana. Bangkitkan industri-industri strategis. Buat universitas-universitas untuk mengembangkan ilmu dan pengetahuan dan teknologi dengan muara menjadi produk yang bermanfaat untuk bangsa ini bukan sekadar mengejar rangking-rangking semu yang kontribusinya minimal bagi kemajuan bangsa ini.
ADVERTISEMENT
Buatlah bangsa yang beridentitas dan menentukan nasib sendiri (mandiri) tanpa tergantung bangsa lain dengan berlandaskan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta inovasi untuk kemajuan bangsa Indonesia.
Tirulah China, jangan hanya menuruti apa maunya bangsa-bangsa asing demi kejayaan dan kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.