Konten dari Pengguna

Dilema Guru, Panggilan Hidup atau Ketulusan Hati

Muhammad Rafi
Seorang Mahasiswa Universitas Riau, Aktivis dan Penggiat Sosial
16 November 2024 2:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Rafi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi guru mengajar di kelas. Sumber: Istock.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi guru mengajar di kelas. Sumber: Istock.com
ADVERTISEMENT
Keberlangsungan dan kemajuan masyarakat tergantung pada anak muda. Salah satu tempat bagi anak muda untuk mempersiapkan hidup di masyarakat nanti adalah sekolah.
Ilustrasi guru menggunakan virtual reality kepada murid. Sumber: Istock.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi guru menggunakan virtual reality kepada murid. Sumber: Istock.com
Di sinilah berlangsung relasi yang bersifat edukatif-normatif antara generasi muda dan orang dewasa, yakni guru.
ADVERTISEMENT
Guru merupakan profesi yang menurut Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata gaji guru honorer di Indonesia pada tahun 2021 adalah Rp 1.817.000 per bulan.
Hal itu sangat jauh dari kata layak jika dibandingkan dengan upah minimun regional (UMR) suatu daerah yang bahkan bisa mencapai 4 juta Rupiah.
Kita mempercayai guru sebagai kekuatan untuk mempertahankan, merawat, mengembangkan nilai-nilai kehidupan. Maka kinerja guru amat menentukan keberhasilan tujuan pendidikan di sekolah.
Dewasa ini ada kecenderungan dalam masyarakat untuk menuntut profesionalisme guru dalam bekerja dan mengandaikan proses dan hasil kerja yang bermutu, penuh tanggungjawab, bukan sekedar asal dilaksanakan, dan senantiasa berkelanjutan.
Guru menyadari bahwa kerja kerasnya merupakan panggilan Allah sendiri untuk membantu peserta didik berkembang dalam aneka dimensinya sebagai manusia. RahmatNya yang memberi kekuatan untuk meningkatkan profesi guru.
ADVERTISEMENT
Seorang guru juga dituntut untuk selain mengajar, juga mengurus administrasi yang tentu tak mudah.
Terkadang, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seorang guru harus mencari pemasukan lainnya.
Maka tak ayal guru ada yang menjadi pedagang, salah satunya baru-baru ini, Alvi Noviardi. Guru honorer di Madrasah Aliyah di Sukabumi yang bekerja sebagai pengepul barang bekas untuk menambah penghasilan.
Video aktivitasnya memulung viral di media sosial. Kapolres Cimahi mengundang Alvi ke kantornya untuk memberikan hadiah umrah dan modal untuk warung.
Ketulusan guru sangat diuji, ketika mereka mengajar 6 hingga 8 jam kemudian ia mendidik anak yang bukan putra putri kandungnya, belum lagi menghadapi karakter siswa yang berbeda-beda.
Ada siswa yang nakal, penurut, bandel, dan cerewet semua bersatu dalam ruangan kelas yang diajarnya.
ADVERTISEMENT
Ketika saat sekarang ini guru menegur muridnya, justru gurunya yang dilaporkan. Hal ini harus menjadi perhatian bersama.
Guru bukan seorang penjahat yang harus dilaporkan ke polisi, tak mungkin seorang guru yang menjadi 'orang tua' di sekolah tega melakukan kekerasan yang diluar batas kewajaran.
Mereka juga memiliki hati nurani, menegur dan memberikan sanksi hal yang wajar untuk memberikan efek jera dan sebagai pembelajaran untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Hari Guru Nasional secara resmi ditetapkan pada tahun 1994 melalui Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 tentang Hari Guru Nasional. Momen ini harus menjadi persatuan bagi guru untuk menyuarakan permasalahan yang ada.
Pemerintah harus menambah gaji guru, tak hanya itu, hendaknya guru yang saat ini berstatus honorer dapat diangkat menjadi PPPK.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut sangat membantu kesejahteraan para guru, percayalah apabila guru sejahtera, mereka tak memikirkan kebutuhan hidupnya lagi dan hanya fokus mengajar dan mendidik siswa itu dapat memajukan sumber daya manusia Indonesia yang unggul.
Kesejahteraan guru bisa dicapai selain meningkatkan gaji adalah dengan membangun fasilitas penunjang yang mumpuni seperti infokus yang layak, sarana ATK serta hal lainnya.
Mengurangi beban guru salah satunya dengan memberikan administrasi khusus kepada pegawai tata usaha harus dilakukan, agar guru tak lagi pecah fokus dalam mengajar.
Meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik adalah investasi jangka panjang dalam sistem pendidikan yang berkualitas. Melalui pemahaman mendalam tentang tantangan yang dihadapi tenaga pendidik dan menerapkan solusi yang efektif, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung dan memotivasi mereka.
ADVERTISEMENT
Dengan kesejahteraan yang lebih baik, tenaga pendidik akan dapat memberikan kontribusi optimal dalam membimbing dan membentuk generasi masa depan yang lebih baik. Langkah-langkah yang diambil untuk mendukung tenaga pendidik akan membawa dampak positif yang luas bagi pendidikan secara keseluruhan.
Kesejahteraan tenaga pendidik tidak hanya penting bagi mereka secara individu, tetapi juga bagi kualitas pendidikan yang mereka berikan. Dengan dukungan yang memadai, tenaga pendidik dapat terus menginspirasi dan membimbing siswa menuju masa depan yang lebih baik.
REFERENSI:
https://bandung.kompas.com/read/2024/10/11/184105178/kisah-alvi-guru-honorer-sukabumi-kumpulkan-barang-bekas-sejak-masa-kuliah?page=all
Badan Pusat Statistik (BPS)
https://blog.unmaha.ac.id/meningkatkan-kesejahteraan-tenaga-pendidik-tantangan-dan-solusi/