Tantangan bagi Remaja Indonesia pada Industri 4.0

Konten dari Pengguna
20 Januari 2021 15:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari MUHAMMAD RAFLY DZULFIKAR tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi membuat remaja harus bisa beradaptasi
zoom-in-whitePerbesar
Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi membuat remaja harus bisa beradaptasi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seiring berjalannya waktu teknologi pun semakin berkembang. Teknologi tidak hanya membantu manusia dalam pekerjaan tetapi juga bisa dikatakan bahwa teknologi sudah menjadi kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Kemajuan teknologi merupakan sesuatu yang tidak bisa terhindar bagi manusia karena berjalan sesuai dengan perkembangan manusia dan ilmu pengetahuan. Kini dunia sudah berada di era Industri 4.0 atau yang biasa disebut dengan Revolusi Industri 4.0, di mana pada era ini segala aspek di kehidupan manusia mengalami otomatisasi dan digitalisasi. Semua objek sudah dilengkapi dengan sensor dan mampu berkomunikasi sendiri dengan sistem informasi tanpa bantuan manusia. Jika Industri 3.0 tertanda dengan mulai tergantikannya manusia oleh komputer, terjadinya Industri 4.0 tertanda dengan adanya sistem terintegrasi antara manusia, mesin, dan metode atau alur kerja yang menyebabkan suatu pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien karena adanya jaringan cerdas yang terhubung.
ADVERTISEMENT
Industri 4.0 menuntut manusia agar bisa mengimbangi kemajuan teknologi yang sangat pesat. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan pola pikir dan perilaku manusia yang dapat terlihat dari interaksi sosialnya. Era ini memaksa setiap manusia dapat lebih terampil dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan yang ada dengan bantuan teknologi, khususnya bagi para remaja. Remaja, yang saat ini lebih sering disebut dengan Generasi Z, sejatinya adalah generasi yang bertanggung jawab atas masa depan bangsa ini. Namun, hal tersebut menjadi tantangan yang tidak mudah dilakukan apabila para remaja belum siap mengimbangi perkembangan teknologi.
Remaja adalah masa peralihan dari usia kanak-kanak ke usia dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan dan perkembangan pada dari remaja baik dari segi fisik, sosial, maupun psikologis. Menurut Hurlock (1999), remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Selain itu, secara kognitif, beberapa ahli mengatakan bahwa otak manusia mengalami perkembangan secara utuh pada masa remaja. Hal ini didukung oleh pernyataan Piaget (2010), pada masa remaja manusia memasuki perkembangan kognitif atau yang biasa disebut operasi formal atau ketika mereka mengembangkan kapasitas pemikiran abstrak. Remaja pada era saat ini pasti sudah mengenal dan terbiasa menggunakan gawai. Hal ini dapat dipastikan bahwa perilaku dan kepribadian mereka akan berubah serta berkembang seiring berjalannya waktu.
ADVERTISEMENT
Industri 4.0 memberikan beberapa dampak yang baik atau buruk bagi para remaja, contoh dampak buruknya adalah saat ini para remaja cenderung lebih menyukai sesuatu yang mudah, cepat, dan viral. Hal ini merupakan sesuatu yang buruk sebab dapat menumbuhkan rasa malas dan perilaku konsumtif bagi para remaja. Menurut Lubis (dalam Sumartono, 2002) perilaku konsumtif merupakan perilaku yang tidak lagi didasarkan pada pertimbangan rasional, tetapi karena keinginan telah mencapai tingkat yang tidak rasional. Perilaku konsumtif melekat pada seseorang bila orang tersebut membeli sesuatu di luar kebutuhan dan pembelian lebih berdasar pada faktor keinginan. Tentunya hal tersebut bukan lah perilaku yang baik bagi mereka. Para remaja juga akan memiliki daya saing yang lemah dan sifat inisiatif yang kurang ketika menghadapi persaingan serta tantangan pada era Industri 4.0 ini. Rasa ingin tahu yang tinggi terhadap sesuatu yang unik mendorong mereka untuk mencoba hal-hal baru. Saat mereka melihat tayangan pada berbagai aplikasi penunjang internet cenderung akan mendorong mereka untuk meniru hal tersebut. Hal ini dapat berdampak negatif jika sesuatu yang mereka tiru adalah hal berbahaya dan menyalahi aturan serta norma yang berlaku. Orang tua harus lebih waspada dalam melindungi anaknya dari bahaya yang bisa ditimbulkan oleh internet. Langkah awal yang bisa dilakukan adalah dengan memahami dan mempelajari aktivitas anak ketika menggunakan internet sehingga ketika mereka melihat sesuatu yang menyalahi aturan serta norma yang berlaku, orang tua dapat mengambil tindakan yang tepat dengan tidak menyalahkan atau melarang mereka menggunakan internet lagi.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia sendiri, teknologi berupa akses internet yang memadai hanya bisa dirasakan oleh masyarakat di perkotaan, tetapi bagi masyarakat di beberapa pedesaan bahkan pedalaman belum merasakan keuntungan dari akses internet yang memadai. Akses yang sulit dicapai hingga infrastruktur yang belum tersedia merupakan penyebab internet belum ada di beberapa pedesaan dan pedalaman. Hal itu justru menjadi sebuah kerugian bagi para remaja yang tinggal di pedesaan atau pedalaman karena ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan akan berbeda dengan para remaja yang tinggal di perkotaan. Pemerintah harus lebih cepat dalam menangani permasalahan akses internet yang tidak merata ini agar ilmu pengetahuan yang didapatkan oleh para remaja di pedesaan dan pedalaman perlahan dapat mengimbangi para remaja di perkotaan. Langkah awal yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah dengan membangun infrastruktur dasar, seperti listrik. Sebab, kendala utama penyediaan jaringan internet di pedesaan dan pedalaman adalah ketiadaan jaringan listrik. Direktur Eksekutif Center for Budget Analysis (CBA), Uchok Sky Khadafi, mengatakan sebaiknya pemerintah mengoptimalkan penggunaan Palapa Ring atau dapat mempertimbangkan penggunaan satelit untuk penyediaan jaringan telekomunikasi di daerah terpencil.
ADVERTISEMENT
Industri 4.0 secara tidak langsung meminta sumber daya manusia yang berkualitas yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah dan universitas. Namun tuntutan pada era ini bertolak belakang dengan tuntutan yang diberikan oleh lembaga pendidikan. Era Industri 4.0 menuntut para remaja untuk kreatif, berpikir kritis, bekerja sama, terampil berkomunikasi, atau bisa dikatakan lebih mengedepankan soft skill tanpa mengesampingkan hard skill sedangkan implementasi pembelajaran di lembaga pendidikan hanya menuntut para remaja untuk pintar dan memiliki nilai yang bagus. Pengajar menyelenggarakan pembelajaran selalu dengan metode “seperti biasanya” bukan “sebagaimana harusnya” sehingga tidak memungkinkan para remaja untuk mengeksplorasi lingkungan pendidikannya. Proses pembelajarannya pun masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya yang berarti sistemnya hanya berupa pengulangan dan tidak mengasah soft skill mereka. Padahal di era Industri 4.0 pengetahuan meningkat secara pesat dan tersebar di berbagai situs internet sehingga peran pengajar yang awalnya sebagai informator sudah seharusnya menjadi mediator serta fasilitator bagi para remaja.
ADVERTISEMENT
Era Industri 4.0 pun memberikan beberapa dampak yang baik bagi para remaja, contohnya adalah sumber informasi yang luas akibat kemajuan teknologi. Dengan memanfaatkan berbagai peramban yang tersedia, para remaja dapat dengan mudah mencari berbagai informasi yang mereka butuhkan di berbagai situs internet, blog, dan jurnal. Media komunikasi pun semakin berkembang sehingga sangat memudahkan para remaja untuk berkomunikasi dengan orang lain tanpa membuang-buang waktu dan tenaga.
Ketika berbagai aspek kehidupan sudah memiliki kaitan yang sangat erat dengan teknologi tentunya hal ini dapat memudahkan berbagai kebutuhan para remaja, contohnya adalah munculnya aplikasi transportasi online. Aplikasi ini mengubah cara memesan transportasi menjadi lebih mudah dan cepat dengan biaya yang bisa dikatakan sudah terukur dengan baik. Dalam aplikasi ini para remaja sudah langsung terhubung dengan driver dan didukung dengan teknologi global positioning system (GPS) untuk mengetahui posisi pemesan atau driver. Bagi para remaja tentunya hal ini sangat menghemat waktu dan bermanfaat bila digunakan sesuai porsinya tanpa membuat mereka menjadi malas.
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi digital pada era ini membuat setiap orang bebas menyalurkan kreasi dan inovasinya. Terbukti dengan banyaknya content creator yang bermunculan akhir-akhir ini. Content creator adalah suatu profesi di mana tugas mereka adalah membuat konten dengan berbagai materi, baik berupa gambar, tulisan, suara, video maupun gabungan dari beberapa materi tersebut. Mereka menyalurkan kreativitasnya ke dalam sebuah konten (tentunya yang positif) untuk dijadikan hiburan bagi masyarakat, khususnya para remaja. Para content creator dapat menjadi role model bagi para remaja untuk lebih percaya diri dalam menyalurkan kreativitas serta inovasinya sebagai bentuk pengembangan diri mereka. Ketika semakin banyak content creator yang bersaing menggunakan kreativitasnya tentunya hal ini bagus untuk kemajuan bangsa Indonesia sebab dapat meningkatkan standar kreativitas di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sejak awal terjadinya Industri 4.0 para ahli sudah menganggap bahwa hal tersebut bukanlah sesuatu yang mudah diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Sebab tidak semua remaja memiliki kompetensi dan kemampuan beradaptasi dengan baik. Berikut adalah beberapa tantangan bagi remaja pada era Industri 4.0
● Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Beberapa ahli setuju bahwa remaja saat ini atau Generasi Z memiliki kercedasan yang lebih baik dalam penggunaan teknologi dibandingkan generasi sebelumnya. Hal itu didukung oleh definisi Menurut Hellen Chou P. (2012: 35), Generasi Z atau yang kemudian lebih dikenal dengan generasi digital merupakan generasi muda yang tumbuh dan berkembang dengan sebuah ketergantungan yang besar pada teknologi digital. Hal tersebut menandakan bahwa para remaja yang merupakan seorang siswa atau mahasiswa memiliki keterampilan yang lebih baik dalam penggunaan teknologi. Para remaja lebih akrab dengan teknologi dan memiliki akses informasi yang lebih mudah ketimbang generasi sebelumnya. Namun dengan mudahnya mendapatkan informasi justru menjadi sebuah tantangan bagi para remaja. Mereka harus bisa menafsirkan dan mengolah informasi tersebut dengan benar supaya tidak terjadi kesalahan interpretasi.
ADVERTISEMENT
● Kemampuan Literasi
Kemampuan literasi yang masih minim menjadi permasalahan terbesar bagi bangsa Indonesia, khususnya para remaja. Berdasarkan hasil dari penilaian yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada tahun 2019 yaitu “Indonesian National Assessment Programme”, hanya 6,06 persen siswa di Indonesia yang memiliki kemampuan literasi yang baik. Sisanya 47,11 persen cukup dan 46,83 persen lagi memiliki kemampuan membaca yang buruk . Kemudahan mendapatkan informasi tanpa didukung dengan kemampuan literasi yang baik akan menghasilkan ketidaksesuaian antara interpretasi para remaja dan informasi yang sebenarnya. Buruknya kemampuan literasi pun akan membuat mereka mudah percaya dengan berita hoaks.
● Kesenjangan Digital
Menurut Donny (2012), istilah kesenjangan digital terbentuk untuk menggambarkan kesenjangan dalam memahami, kemampuan, dan mengakses teknologi sehingga muncul istilah “mempunyai” sebagai pemilik atau pengguna teknologi dan “tidak mempunyai” yang berarti tidak memiliki atau bukan pengguna teknologi. Pengertian tersebut didukung oleh Kadiman (2006) yang menyatakan bahwa kesenjangan terjadi karena akses teknologi yang terbatas akibat mahalnya biaya peralatan dan operasional. Menurut Zulkarimen & nasution (2007) kesenjangan digital merupakan keadaan dimana terjadi gap antara mereka yang dapat mengakses internet melalui infrastruktur teknologi informasi dengan mereka yang sama sekali tidak terjangkau oleh teknologi tersebut. Dapat disimpulkan bahwa kesenjangan digital adalah terjadinya kesenjangan (gap) dalam memiliki atau menggunakan teknologi akibat perbedaan kemampuan seseorang dalam membiayai peralatan dan operasional. Dalam era Industri 4.0, kesenjangan digital pastilah terjadi sebab setiap masyarakat memiliki kebiasaan yang berbeda dalam penggunaan gawai, ada yang selalu membeli gawai model terbaru, ada juga yang tetap memakai gawai model lama walaupun model terbarunya sudah muncul. Ada yang mudah memahami teknologi dan justru ada yang sebaliknya, sangat sulit memahami teknologi. Kesenjangan digital sangat terlihat pada era Industri 4.0 sebab pada era ini setiap orang harus bisa mengikuti perkembangan teknologi dan memerlukan gawai yang sesuai dalam menunjang aktivitasnya. Seseorang yang memiliki gawai model terbaru dapat dipastikan bahwa dirinya mampu mengikuti perkembangan teknologi yang sangat pesat (dengan mengesampingkan kemampuan orang tersebut), namun hanya kelas ekonomi menengah ke ataslah yang sanggup memilikinya. Bagi kelas ekonomi menengah ke bawah, mungkin mereka akan berpikir berkali-kali untuk membeli gawai yang canggih sebab kondisi ekonominya belum mampu.
ADVERTISEMENT
● Kreatif, Inovatif, dan Percaya Diri
Teknologi memiliki kaitan erat dengan data atau dalam Industri 4.0 lebih dikenal dengan big data yang menjadi sentral pada era digital ini. Integrasi antara kreativitas dan peran big data yang didukung oleh keaktifan para remaja memungkinkan berbagai peluang terjadi sebagai inovasi berkelanjutan yang dibutuhkan pada masa depan. Namun tidak semua remaja memiliki rasa percaya diri untuk menunjukkan daya kreatif dan inovatif yang mereka miliki.
Sebagai contoh ketika para siswa/mahasiswa sedang melakukan kerja kelompok dalam memecahkan sebuah permasalahan , jika salah satu dari mereka sudah mengemukakan sebuah opini dan mayoritas anggota kelompoknya sudah mendukung opini tersebut, mereka yang tidak setuju dengan opini tersebut cenderung “menyembunyikan” kreativitasnya dalam memecahkan masalah karena mereka merasa kurang percaya diri dan menganggap opini yang sudah didukung oleh mayoritas anggota kelompok tersebut adalah yang terbaik. Hal ini sangatlah keliru sebab semua opini dari setiap anggota kelompok perlu disampaikan lalu mereka perlu melakukan sebuah voting untuk menentukan opini mana yang dapat diterima oleh seluruh anggota kelompok tersebut. Di Indonesia, seseorang akan percaya diri ketika hasil kreativitas dan inovasinya diakui oleh banyak orang sebab sebuah pengakuan sangatlah diperlukan oleh orang Indonesia. Justru hal tersebut akan berdampak buruk jika rasa percaya diri yang dimiliki seseorang tergantung pada pengakuan dari orang lain. Remaja yang memiliki daya kreatif dan inovatif yang sangat baik pun tidak akan berkembang jika mereka masih bergantung pada pengakuan dari orang lain.
ADVERTISEMENT
Dalam menghadapi Industri 4.0 para remaja dituntut untuk mampu berpikir kritis ketika mendapatkan informasi dari internet. Hal tersebut dapat menjadi sebuah solusi agar mereka tidak mudah percaya dengan berita hoaks. Dalam masalah ini ada dua hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah. Pertama, pemerintah perlu menyiapkan pelaksanaan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan zaman dan sumber daya manusia. Hal ini dapat direalisasikan dengan menyeimbangkan pendidikan eksakta dan pendidikan humaniora. Pendidikan eksakta berperan dalam pengembangan kemampuan untuk menggunakan berbagai teknologi, sedangkan pendidikan humaniora berperan dalam menjaga kualitas sumber daya manusia. Sebab teknologi berkembang dengan sendirinya dan meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan, hukum, dan agama. Oleh karena itu, perkembangan teknologi perlu diimbangi dengan pendidikan humaniora. Kedua, pemerintah perlu melakukan sebuah inovasi dalam membuat satu situs atau aplikasi resmi yang dapat melakukan pengecekan terhadap suatu berita atau informasi yang berupa hoaks. Dalam situs atau aplikasi itu juga para remaja atau masyarakat difasilitasi untuk melaporkan berita atau informasi hoaks yang mereka dapatkan. Langkah pertama yang bisa dilakukan oleh para remaja adalah mereka harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Rasa ingin tahu yang tinggi akan mendorong mereka untuk mempertanyakan sebuah kebenaran dari asumsi yang didapatkan melalui sebuah informasi. Langkah berikutnya adalah para remaja perlu membiasakan diri untuk mempertanyakan hal-hal yang ada di sekelilingnya, misalnya, bagaimana proses terjadinya hujan, bagaimana proses pembuatan kertas, dan berbagai proses lainnya yang terjadi di sekeliling mereka. Dengan banyak bertanya, mereka akan mencari tahu jawabannya melalui berbagai referensi dan secara tidak langsung akan mengasah kemampuan berpikir kritis.
ADVERTISEMENT
Dalam rangka mengatasi rendahnya kemampuan literasi, pemerintah perlu membangun dan meningkatkan infrastruktur pendidikan terutama dalam penyediaan listrik, perpustakaan digital, lab komputer, dan akses internet yang memadai. Hal tersebut dapat mengatasi sulitnya penyediaan buku di daerah terpencil dengan memanfaatkan perpustakaan digital yang terhubung dengan internet. Saat ini sudah banyak perpustakaan digital yang memfasilitasi para remaja untuk dapat membaca atau mengunduh buku secara gratis bahkan buku-buku digital pun sudah tersedia versi audionya sehingga memudahkan mereka untuk memahami isi buku tersebut tanpa merasa bosan. Para remaja perlu membiasakan diri untuk menulis yang bisa dimulai dengan menulis blog atau catatan harian. Biasanya pembaca yang baik adalah seseorang yang terampil dalam menulis.
Pemerintah memegang andil yang sangat besar untuk menangani berbagai kesenjangan di Indonesia, khususnya kesenjangan digital. Dana yang sangat besar pun sudah dikeluarkan oleh pemerintah untuk membangun infrastruktur digital. Dalam hal ini, perlu adanya kesadaran diri dari setiap remaja untuk bisa memahami kondisi ekonominya. Para remaja cenderung selalu meminta gawai model terbaru kepada orang tuanya tanpa memikirkan kondisi ekonomi yang sedang dialami. Pengaruh lingkungan sosial menjadi penyebab mereka selalu ingin up to date dalam memiliki gawai model terbaru padahal belum tentu mereka membutuhkan barang tersebut. Oleh karena itu, para remaja harus bisa menahan diri untuk tidak terlalu “haus” akan gawai model terbaru jika merasa belum membutuhkannya. Perlunya selektif dalam memilih lingkungan pergaulan pun sangatlah penting agar tidak memberikan pengaruh buruk. Mereka pun harus lebih banyak bersyukur dengan apa yang mereka punya dan fokus untuk mengejar cita-citanya. Jangan membiasakan gaya hidup yang mewah jika tidak sebanding dengan kemampuan diri yang dimiliki.
ADVERTISEMENT
Para pelajar/mahasiswa memiliki peluang untuk mampu memajukan bangsa ini sebab pada dasarnya mereka sudah memiliki daya kreatif dan inovatif. Perkembangan teknologi digital untuk pengembangan kreativitas dan inovasi bagi para remaja sangatlah banyak. Mereka dapat mempelajari berbagai hal melalui youtube, seperti belajar menggambar, fotografi, atau melukis. Semuanya dapat dipelajari secara otodidak dengan melihat video tutorial dan langsung mempraktikkannya. Kreativitas bisa dipelajari dengan tekun sehingga dapat menghasilkan inovasi baru yang bermanfaat. Hal ini dapat dilakukan dengan banyak membaca buku sebab ide baru yang bermunculan akan sebanding dengan banyaknya jumlah buku yang sudah dibaca. Rasa percaya diri dapat dibangun dengan cara mengetahui kekurangan dan kelebihan diri sendiri serta selalu berpikir positif. Para remaja harus berani melakukan hal-hal yang mereka sukai (hal positif) dengan tidak terlalu memikirkan perkataan orang lain, terutama yang bersifat menurunkan rasa percaya diri. Perlunya dukungan dari lingkungan sekitar pun merupakan cara terbaik dalam membangun rasa percaya diri.
ADVERTISEMENT
Teknologi tidak hanya membantu manusia dalam pekerjaan tetapi juga bisa dikatakan bahwa teknologi sudah menjadi kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Kemajuan teknologi merupakan sesuatu yang tidak bisa terhindar bagi manusia karena berjalan sesuai dengan perkembangan manusia dan ilmu pengetahuan. Industri 4.0 menuntut manusia agar bisa mengimbangi kemajuan teknologi yang sangat pesat. Pada masa remaja manusia memasuki perkembangan kognitif atau yang biasa disebut operasi formal atau ketika mereka mengembangkan kapasitas pemikiran abstrak. Pada era ini para remaja sudah terbiasa dalam menggunakan gawai yang nantinya dapat membuat perilaku dan kepribadian mereka berubah serta berkembang seiring berjalannya waktu. Industri 4.0 memberikan berbagai dampak bagi para remaja, contoh dampak baiknya adalah sumber informasi yang luas akibat kemajuan teknologi, kemudahan dalam memenuhi kebutuhan berupa aplikasi transportasi online, dan kebebasan menyalurkan kreativitas dan inovasi. Selain itu ada pula dampak negatif yang ditimbulkan yaitu para remaja cenderung lebih menyukai sesuatu yang mudah, cepat, dan viral sehingga memunculkan rasa malas bagi mereka, tidak meratanya infrastruktur membuat para remaja di perkotaan memiliki pengetahuan yang lebih dibandingkan remaja di pedesaan, dan kurang berkembangnya soft skill akibat tuntutan lembaga pendidikan yang lebih mementingkan hard skill.
ADVERTISEMENT
Berbagai tantangan pun muncul yang membuat para remaja perlu mengeluarkan tenaga ekstra untuk mampu menjawab tantangan tersebut, seperti perlunya kemampuan menafsirkan dan mengolah informasi supaya tidak terjadi kesalahan interpretasi, kemampuan literasi yang baik agar tidak mudah percaya dengan berita hoaks, kemampuan untuk memanfaatkan gawai yang dimiliki dengan sebaik mungkin tanpa harus selalu memiliki gawai model terbaru, dan rasa percaya diri dalam mengembangkan kreativitas dan inovasi. Hal tersebut tidak dapat diselesaikan apabila para remaja tidak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sikap pantang menyerah, adaptif, aktif, mampu berpikir kritis, mampu memecahkan masalah dengan solusi yang kreatif, dan memiliki mental yang kuat. Para remaja yang tidak mampu menjawab tantangan tersebut bisa dikatakan bahwa mereka tidak mampu mengimbangi era Industri 4.0 dan mereka akan “termakan” oleh era ini. Pemerintah dan lembaga pendidikan memiliki peran dan pengaruh yang sangat penting untuk menyiapkan para remaja agar mampu menjawab tantangan pada era Industri 4.0.
ADVERTISEMENT