Konten dari Pengguna

Lezatnya Diplomasi: Peran Kuliner Indonesia sebagai Duta Budaya di Mata Dunia

Muhammad Rasendria Nayottama
Mahasiswa Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada.
15 Desember 2024 1:26 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Rasendria Nayottama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Rendang sebagai Primadona Kuliner di Indonesia (Sumber: Freepik)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Rendang sebagai Primadona Kuliner di Indonesia (Sumber: Freepik)
ADVERTISEMENT
Ketika rendang dinobatkan sebagai salah satu makanan terenak di dunia, dunia tidak hanya mencicipi rasa, tetapi juga memahami sepenggal cerita tentang Indonesia. Kuliner, dalam segala aromanya yang menggoda dan rasa yang kompleks, adalah bahasa universal yang melintasi batas-batas geografis dan budaya. Di tengah dunia yang semakin terhubung, makanan tradisional menjadi jembatan penting untuk memperkenalkan identitas bangsa ke panggung internasional. Artikel ini mengeksplorasi bagaimana hidangan seperti rendang dan sate berfungsi tidak hanya sebagai sajian lezat, tetapi juga sebagai alat diplomasi budaya yang mencerminkan keanekaragaman dan kekayaan budaya Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ketika rendang dinobatkan sebagai salah satu makanan terenak di dunia oleh World Culinary Institute pada tahun 2011 dan 2021, dunia tidak hanya mencicipi rasa, tetapi juga menyelami kisah budaya Indonesia. Rendang adalah simbol nilai-nilai masyarakat Minangkabau, seperti filosofi "adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah," yang menekankan kearifan lokal dan nilai religius (Setiawan, 2020). Melalui rasa yang kaya dan proses memasak yang panjang, rendang menggambarkan semangat gotong royong dan kesabaran masyarakat Indonesia.
Tidak kalah menarik, sate sebagai hidangan serbaguna juga memperlihatkan fleksibilitas budaya Indonesia. Variasi seperti sate ayam Madura dan sate lilit Bali mencerminkan adaptasi lokal terhadap bahan baku, sekaligus menampilkan keanekaragaman kuliner yang menyatukan Sabang hingga Merauke. Dengan keunikannya, sate telah menjadi ikon global yang merepresentasikan inklusivitas budaya Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menurut Levi-Strauss (1969), makanan adalah "bahasa simbolik" yang mencerminkan tradisi, hierarki, dan interaksi sosial. Festival Indonesia di Moskow, misalnya, tidak hanya menyajikan hidangan seperti rendang dan sate, tetapi juga memadukan seni tari dan musik tradisional. Dengan pendekatan holistik ini, Indonesia memperkenalkan budayanya secara menyeluruh (Kemlu RI, 2019).
Richard Wilk (2006) menekankan bahwa makanan berfungsi sebagai alat untuk memproyeksikan identitas nasional. Hidangan Indonesia menciptakan "kenangan budaya" yang membangun rasa penasaran dan koneksi emosional terhadap bangsa ini. Dalam era globalisasi, makanan sering kali menjadi pintu masuk pertama untuk mengenal budaya suatu negara, menjadikannya alat diplomasi yang efektif.
Ilustrasi Nasi Goreng sebagai Representasi Kuliner Indonesia (Sumber: Freepik)
Hidangan-hidangan seperti rendang, sate, nasi goreng, dan gado-gado tidak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga mendapat pengakuan dunia. Rendang, misalnya, melibatkan proses memasak yang panjang dan kerja sama, merepresentasikan nilai-nilai gotong royong masyarakat Indonesia. Di sisi lain, nasi goreng menunjukkan kreativitas lokal dalam mengolah bahan sederhana menjadi sajian yang kaya rasa, sementara gado-gado mencerminkan semangat harmoni melalui perpaduan berbagai bahan yang beragam.
ADVERTISEMENT
Melalui kuliner, Indonesia berhasil menunjukkan keragaman dan kekayaan identitas nasionalnya. Hidangan ini tidak hanya memuaskan lidah tetapi juga menyampaikan filosofi hidup yang mendalam, menjadikannya simbol inklusivitas dan kebersamaan.
Indonesia telah menerapkan berbagai strategi untuk mempromosikan kuliner sebagai bagian dari diplomasi budaya. Beberapa langkah strategis tersebut meliputi:
1. Festival Kuliner Internasional
Pemerintah aktif menggelar festival makanan di luar negeri, seperti Festival Indonesia di Moskow, yang menarik ribuan pengunjung. Acara ini menyajikan hidangan khas seperti rendang dan sate, dipadukan dengan seni tradisional. Dengan pendekatan multi-sensori, festival ini menciptakan pengalaman budaya yang memperkenalkan Indonesia secara menyeluruh (Kemlu RI, 2019).
2. Restoran dan Chef sebagai Duta Budaya
ADVERTISEMENT
Restoran Indonesia di luar negeri memainkan peran penting dalam memperkenalkan masakan tradisional. Chef seperti William Wongso menjadi tokoh kunci dalam diplomasi kuliner dengan kolaborasinya bersama chef internasional dan partisipasi dalam acara eksklusif (Wongso, 2020). Restoran dan chef ini tidak hanya menyajikan hidangan tetapi juga menyampaikan cerita dan filosofi di balik makanan Indonesia.
3. Diplomasi Digital melalui Media Sosial
Media sosial menjadi alat strategis untuk mempromosikan kuliner Indonesia. Kampanye seperti "Wonderful Indonesia" memanfaatkan platform seperti Instagram dan YouTube untuk menjangkau audiens global. Dengan visual yang menarik, generasi muda global terhubung dengan cerita unik di balik setiap hidangan.
4. Kolaborasi Kuliner dan Pariwisata
Paket wisata kuliner, yang mencakup pengalaman memasak hidangan lokal atau kunjungan ke pasar tradisional, menjadi salah satu cara inovatif untuk mempromosikan kuliner. Melalui pendekatan ini, wisatawan mendapatkan pengalaman mendalam yang memperkaya apresiasi mereka terhadap budaya Indonesia.
ADVERTISEMENT
Meski memiliki potensi besar, diplomasi kuliner Indonesia menghadapi berbagai tantangan, seperti kurangnya standarisasi resep dan sulitnya akses bahan baku khas di luar negeri. Selain itu, persaingan dengan negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam juga menjadi kendala. Untuk mengatasi hal ini, beberapa langkah strategis dapat dilakukan:
Kuliner Indonesia memiliki potensi besar sebagai alat diplomasi budaya. Hidangan seperti rendang dan sate bukan hanya mencerminkan rasa yang lezat tetapi juga menjadi simbol identitas dan cerita yang menghubungkan. Dengan strategi yang tepat, tantangan seperti standarisasi dan persaingan global dapat diatasi.
ADVERTISEMENT
Melalui kolaborasi pemerintah, industri, dan masyarakat, makanan khas Indonesia tidak hanya akan menjadi kebanggaan nasional tetapi juga simbol kehangatan dan keberagaman yang memikat hati dunia. Setiap suapan adalah cerita, dan setiap cerita adalah jembatan yang menghubungkan Indonesia dengan dunia.
Referensi
Kemlu RI. (2019). Festival Indonesia di Moskow Tarik Ribuan Pengunjung. Diakses dari https://kemlu.go.id
Levi-Strauss, C. (1969). The Raw and the Cooked. University of Chicago Press.
Lestari, R. (2018). "Diplomasi Kuliner Indonesia: Tantangan dan Peluang." Jurnal Komunikasi Internasional, 10(2), 123-134.
Long, L. M. (2016). Culinary Tourism. University Press of Kentucky.
Setiawan, B. (2020). "Makna Sosial Rendang dalam Budaya Minangkabau." Antropologi Indonesia, 41(1), 45-57.
Wilk, R. (2006). Home Cooking in the Global Village: Caribbean Food from Buccaneers to Ecotourists. Oxford: Berg.
ADVERTISEMENT
Wongso, W. (2020). Flavors of Indonesia: William Wongso’s Culinary Journey. Jakarta: Gramedia.