Menimbang Kembali Handball Ivan Perisic di Final Piala Dunia 2018

Konten dari Pengguna
16 Juli 2018 12:07 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Rezky Agustyananto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Wasit Nestor Pitana memutuskan melihat tayangan ulang VAR di laga Kroasia vs Prancis. (Foto: REUTERS/Darren Staples)
zoom-in-whitePerbesar
Wasit Nestor Pitana memutuskan melihat tayangan ulang VAR di laga Kroasia vs Prancis. (Foto: REUTERS/Darren Staples)
ADVERTISEMENT
Prancis juara Piala Dunia 2018. Kroasia gagal membuat salah satu kejutan terbesar di sepanjang sejarah turnamen empat tahunan ini. Kylian Mbappe adalah Pele baru -dengan gaya permainan yang lebih mirip Ronaldo Luiz Nazario- dan Didier Deschamps menjadi satu dari tiga orang yang berhasil juara dunia sebagai pemain dan pelatih.
ADVERTISEMENT
Segalanya sudah berakhir sekarang, tetapi final Piala Dunia 2018 tampaknya akan tetap menjadi salah satu topik pembicaraan terhangat pekan ini. Bukan hanya karena final ini adalah anomali dengan enam gol yang tercipta di sana, juga bukan hanya karena ada gol bunuh diri pertama di sepanjang sejarah final Piala Dunia dan sebuah gol kocak yang membuat nama Loris Karius menjadi trending topic di Twitter padahal dia bahkan tidak bermain di Piala Dunia 2018. Tetapi juga karena ada satu penalti yang membuat Kroasia bisa merasa 'dizalimi' oleh wasit pada partai final kemarin.
Segalanya bermula dari sebuah tendangan penjuru Antoine Griezmann dari sisi kanan penyerangan Prancis. Bola disundul Blaise Matuidi dan berbelok ke arah Ivan Perisic, yang kemudian membelokkan bola kembali ke luar lapangan. Pemain-pemain Prancis lalu protes keras. Mereka merasa Perisic melakukan handball dan penalti seharusnya diberikan.
ADVERTISEMENT
Wasit menyuruh mereka diam karena ingin mendengar apa kata rekan-rekannya di depan deretan monitor di sebuah ruangan di stadion. Setelah beberapa waktu, wasit lalu membuat sebuah gerakan khas dan berlari ke pinggir lapangan: fasilitas VAR pun digunakan.
Handball Perisic di laga melawan Prancis. (Foto: REUTERS/Maxim Shemetov)
zoom-in-whitePerbesar
Handball Perisic di laga melawan Prancis. (Foto: REUTERS/Maxim Shemetov)
Ada yang menarik dari bagaimana sang wasit, Nestor Pitana, terlihat sempat ragu dengan keputusan yang hendak ia ambil sampai ia berbalik kembali ke monitor untuk melihat tayangan ulangnya sekali lagi. Kondisinya memang cukup rumit: tangan Perisic jelas mengenai bola, tetapi kemudian penentunya adalah apakah ada niat atau tidak dari pemain Internazionale itu untuk menyentuh bola dengan tangan.
Pasalnya, niat itulah yang menjadi penentu apakah Perisic layak dihukum handball atau tidak. Dalam Pasal 12 Laws of the Game, tertulis "Handling the ball involves a deliberate act of a player making contact with the ball with the hand or arm" atau "Handball melibatkan aksi sengaja dari seorang pemain dengan membuat kontak dengan bola dengan tangan atau lengan."
ADVERTISEMENT
Masalahnya bagaimana wasit bisa tahu apakah seorang pemain punya niatan menyentuh bola dengan tangan atau tidak? Laws of the Game (LOTG) kemudian menyebutkan ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
Sekarang, mari lupakan LOTG sejenak dan masuk ke dalam pikiran Pitana. Kira-kira, apa yang membuat Pitana memutuskan Perisic layak dihukum handball, bahkan setelah melihat tayangan ulang lewat VAR berkali-kali?
Alasan utama Pitana mengambil keputusan tersebut, barangkali, adalah melihat posisi tangan Perisic yang memang cukup jauh dari tubuhnya. Dengan melihat posisi tersebut, Perisic jadi seolah sengaja memanjangkan tangannya sebagai ekstensi dari tubuhnya. Dengan alasan itu, mungkin, Pitana memutuskan untuk memberikan Prancis penalti.
ADVERTISEMENT
Tetapi Pitana lupa, dan mungkin para asistennya baik yang di pinggir lapangan ataupun di dalam ruangan VAR, lupa dua poin penting yang seharusnya jadi pertimbangan seperti tertera di LOTG: Pertama, posisi Perisic berada tidak jauh dari posisi Matuidi yang membelokkan bola dari umpan Griezmann, dan bola melaju cepat sehingga Perisic tentu tidak menyangka bola akan berbelok arah dan mengarah ke tangannya. Itu berarti, bolanya bisa dianggap sebagai unexpected ball. Jelas, Perisic tidak sengaja menyentuh bola.
Penalti Antoine Griezmann bawa Prancis unggul 2-1. (Foto: Reuters/Dylan Martinez)
zoom-in-whitePerbesar
Penalti Antoine Griezmann bawa Prancis unggul 2-1. (Foto: Reuters/Dylan Martinez)
Kedua, posisi tangan Perisic yang agak jauh dari tubuh seharusnya tidak lantas diartikan sebagai bentuk pelanggaran, karena sesuai poin ketiga dalam pertimbangan handling the ball, posisi tangan tidak menentukan terjadinya pelanggaran, atau dalam bahasa Inggris yang lebih tepat: "the position of the hand does not necessarily mean that there is an offence".
ADVERTISEMENT
Jelas, meski tangannya agak terentang, Perisic seharusnya tidak diganjar pelanggaran karena memang ia perlu membuka tangannya untuk bisa melompat tinggi, sebagaimana umumnya orang melompat.
Dua pertimbangan inilah yang semestinya membuat Perisic tidak layak dihukum melakukan handball, dan Prancis tidak layak mendapatkan penalti. Anda juga bisa mengritisi keputusan Pitana memberikan tendangan bebas bagi Prancis yang berujung pada gol pertama pertandingan lewat sundulan bunuh diri Mario Mandzukic, tetapi rasanya keputusan penalti ini lebih fatal karena dalam insiden ini.
VAR digunakan dan mestinya, dengan banyaknya waktu yang dibuang untuk memeriksa VAR dan mendengar apa kata para asisten wasit di ruangan VAR. Pitana dan para asistennya bisa mengingat kembali poin-poin penting dalam Laws of the Game pasal 12 tersebut.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, Pitana hanyalah manusia biasa yang bisa lupa dan tidak mungkin membawa contekan LOTG ke mana-mana di sepanjang pertandingan. Tetapi pada dasarnya, aturan handball ini memang cukup sumir dan membuat para wasit sulit untuk mengambil keputusan. Karena niat adalah yang ditetapkan dalam hati dan wasit jelas tidak mungkin benar-benar mengetahui isi niat itu kecuali dengan menebaknya.