Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pengaruh Psikologi Loss Aversion terhadap Pengambilan Keputusan
26 Mei 2024 9:17 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Muhammad Ridhwan Hanafi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jadi apa itu Loss Aversion? Nah, Loss Aversion (Keengganan terhadap kerugian) merupakan konsep dalam psikologi dan ekonomi yang pertama kali diciptakan oleh psikolog kognitif Amos Tversky dan Daniel Kahneman pada tahun 1979 yang menyatakan bahwa seseorang memiliki kecenderungan bereaksi yang kuat terhadap kerugian daripada keuntungan, pada hal ini rasa sakit yang didapat dari kerugian lebih besar dari kesenangan yang didapat dari keuntungan.
Oleh karena itu, orang-orang akan lebih takut mengambil sebuah keputusan bahkan walaupun peluang keuntungannya lebih besar. Hal ini tercermin dari perilaku manusia yaitu FOMO (Fear of Missing Out) . Banyak orang yang takut jika tidak mengikuti sebuah tren yang ada, hal ini karena seseorang merasa bahwa mereka akan mengalami sebuah kerugian jika tidak mengikuti tren tertentu. Hal ini berkaitan kuat dengan loss aversion yang menunjukkan keadaan takut akan kerugian.
ADVERTISEMENT
Pastinya jika seseorang ditawarkan sebuah barang berupa produk yang dijual di e-commerce tertentu dan melihat tampilan berupa "waktu terbatas" atau "diskon 50%", akan timbul ketakutan berupa kerugian jika tidak membeli produk tersebut yang menyebabkan pengambilan keputusan secara impulsif.
Sebagai contoh, jika saya memberikan sebuah tantangan kepada enam orang dengan memberikan mereka kesempatan yaitu berupa menebak kartu apa yang saya pegang, anggap saja terdapat dua kartu yaitu kartu bewarna putih dan bewarna merah.
Kemudian, jika mereka menebak dengan benar, mereka akan berkesempatan mendapatkan uang sebanyak 5 juta rupiah. Namun, jika salah, mereka harus memberikan saya uang sebanyak 5 juta rupiah juga. Setelah mendengar bahwa jika salah harus memberikan uang sebanyak 5 juta rupiah, enam orang tersebut pastinya akan berpikir lebih panjang lagi. Mereka akan mempertimbangkan risiko kerugian yang harus ditanggung jika tebakan mereka salah. Akibatnya, kemungkinan besar dari enam orang tersebut, bahkan tidak sampai dua orang yang akan menerima tantangan tersebut.
ADVERTISEMENT
Contoh lain dari loss aversion dapat kita lihat dari beberapa perilaku para investor. Misalnya, saya akan menjual saham seketika melihat saham tersebut turun karena takut akan kerugian lebih lanjut, padahal penurunan tersebut hanya bersifat sementara.
Dalam situasi ini, meskipun penurunan harga saham mungkin disebabkan oleh faktor-faktor sementara seperti fluktuasi pasar yang normal atau berita negatif jangka pendek, ketakutan akan kerugian langsung mendorong saya untuk menjual saham tersebut. Keputusan ini sering kali diambil tanpa melakukan analisis yang mendalam tentang prospek jangka panjang saham tersebut atau kondisi fundamental perusahaan.
Nah, setelah melihat contoh di atas kita bisa simpulkan bahwa, ketakutan akan kerugian memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pengambilan keputusan. Meskipun ada peluang untuk mendapatkan keuntungan yang besar, risiko kehilangan sejumlah uang yang sama besar membuat banyak orang ragu untuk mengambil tantangan tersebut. Ini adalah contoh nyata dari prinsip loss aversion, di mana ketakutan akan kerugian lebih dominan daripada keinginan untuk meraih keuntungan.
ADVERTISEMENT