Konten dari Pengguna

Tereduksinya Kemampuan Nalar Akibat Berpikir dengan Logika Mistika

Muhammad Ridhwan Hanafi
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Manajemen UIN JKT
2 September 2024 8:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Ridhwan Hanafi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.freepik.com/free-photo/top-view-hands-holding-voodoo-doll_29301128.htm#fromView=search&page=1&position=10&uuid=a690ee62-abde-4847-aa45-ff62af8fa0ff
zoom-in-whitePerbesar
https://www.freepik.com/free-photo/top-view-hands-holding-voodoo-doll_29301128.htm#fromView=search&page=1&position=10&uuid=a690ee62-abde-4847-aa45-ff62af8fa0ff
ADVERTISEMENT
Logika Mistika merupakan sebuah cara berpikir yang menganggap bahwa suatu kejadian, musibah, atau keadaan saat ini terjadi akibat hal "ghaib." Melalui logika seperti ini, masyarakat akan menganggap bahwa apa pun yang terjadi adalah kehendak hal ghaib. Indonesia, sebagai negara pluralis, telah inheren dengan hal-hal mistik yang bahkan mendarah daging dari generasi ke generasi. Masih banyak orang yang mempercayai bahwa beberapa hal yang terjadi sebenarnya berasal dari kuasa dewa.
ADVERTISEMENT
Berpikir menggunakan logika mistika secara terus-menerus adalah tanda bahwa kita, sebagai manusia, telah menutup diri untuk mencari tahu kebenaran di balik suatu kejadian. Alih-alih mencari penyebab yang rasional, dewa dianggap sebagai penyebabnya. Tan Malaka, melalui bukunya Madilog, menyatakan bahwa logika mistika adalah cara berpikir irasional yang harus dilawan dengan berpikir kritis.
Hasil jepretan kamera penulis
Logika mistika dapat menyebabkan penurunan kemampuan nalar. Ketika seseorang terus-menerus berpikir secara mistik, ia cenderung menghindari pemikiran kritis dan logis. Akibatnya, kemampuan untuk menganalisis situasi dan mencari solusi rasional menjadi tereduksi. Sebagai contoh, dalam masyarakat yang masih kuat dipengaruhi oleh logika mistika, kegagalan dalam suatu ujian atau tes sering kali tidak dianggap sebagai hasil dari kurangnya persiapan atau kesalahan dalam strategi belajar. Sebaliknya, kegagalan tersebut sering kali disalahkan pada nasib, takdir, atau bahkan kekuatan gaib yang dianggap menghalangi keberhasilan.
ADVERTISEMENT
Kepercayaan pada logika mistika bukan hanya memengaruhi individu, tetapi juga dapat mempengaruhi dinamika sosial dan budaya suatu masyarakat. Ketika mayoritas anggota masyarakat mengandalkan penjelasan mistik untuk berbagai peristiwa, hal ini dapat menghambat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Masyarakat yang tidak terbiasa berpikir kritis dan rasional cenderung sulit untuk berinovasi dan berkembang, karena mereka lebih memilih untuk menerima keadaan sebagaimana adanya daripada mencari solusi yang efektif.
Lebih jauh lagi, logika mistika juga dapat memicu penyebaran informasi yang tidak akurat atau bahkan hoaks. Dalam era digital saat ini, di mana informasi dapat menyebar dengan cepat melalui media sosial, kepercayaan pada hal-hal mistik seringkali dimanfaatkan untuk menyebarkan narasi yang menyesatkan. Masyarakat yang tidak terlatih dalam berpikir kritis mungkin akan lebih mudah percaya pada narasi-narasi tersebut, yang pada akhirnya dapat merugikan diri mereka sendiri dan orang lain.
ADVERTISEMENT
Berpikir secara mistik tanpa didukung oleh penalaran kritis adalah tanda kemunduran dalam kemampuan nalar manusia. Seperti yang ditegaskan oleh Tan Malaka, logika mistika harus dilawan dengan berpikir kritis yang berbasis pada rasionalitas dan empirisme. Masyarakat yang ingin maju harus mampu menilai kejadian-kejadian di sekitarnya berdasarkan bukti-bukti yang dapat diuji dan diverifikasi, bukan berdasarkan kepercayaan yang tidak rasional. Hanya dengan demikian, kita dapat membangun masyarakat yang lebih rasional, kritis, dan inovatif, yang tidak mudah terpengaruh oleh narasi mistik yang menyesatkan.