Konten dari Pengguna

Belajar Hidup dari Linguistik Umum

Muhammad Ridwan Tri Wibowo
Mahasiswa PBSI UNJ 2022
25 September 2023 5:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Ridwan Tri Wibowo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi huruf via Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi huruf via Pixabay.
ADVERTISEMENT
Dalam buku Linguistik Umum, Abdul Chaer menyatakan linguistik umum adalah ilmu yang mengambil sebagai objeknya. Atau menurut Martinet dalam buku Ilmu Bahasa, linguistik umum adalah telaah ilmiah mengenai bahasa manusia.
ADVERTISEMENT
Tenang saja, saya tidak akan membicarakan linguistik umum dengan segala persoalan yang berkaitan dengan label ”ilmiah”. Saya ingin menuliskan renungan saya setelah menjalani kuliah selama dua semester di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Entah mengapa saya bisa beranggapan bahwa belajar linguistik umum adalah belajar riwayat tentang kehidupan manusia. Sore hari, di sebuah minimarket seorang teman bertanya pada saya, ”Selama dua semester lu udah dapat pelajaran apa aja dari linguistik, bro?”
Saya cuma bisa cengar-cengir saja, karena memang linguistik sulit sekali masuk ke kepala saya. Saya pernah memaksanya dengan membaca serius buku Linguistik Umum karya Abdul Chaer hingga muntah-muntah. Namun nyatanya, saya tetap berakhir menjadi mahasiswa yang bodoh di kelas.
ADVERTISEMENT
Lalu, entah angin dari mana tiba-tiba saya menyeletuk, ”selama dua semester gua belajar tentang riwayat kehidupan manusia dari linguistik, bro!”
”Et ngaco lu mah, bro. Emang alesan lu bisa bilang kaya gitu karena apa?”
ilustrasi kehidupan via Pixabay.
Sebelum menjawab saya meminta izin kepada teman saya untuk membakar rokok. Lalu saya mulai menjawabnya dengan menganologikan fonologi sebagai bayi yang baru belajar bicara dan akhirnya bisa bicara dan tumbuh menjadi anak-anak.
Kemudian, morfologi yang saya bayangkan sebagai anak remaja tengil yang sedang mencari dan membentuk jati dirinya. Tidak berbeda jauh dengan morfologi yang membicarakan bentuk-bentuk dan pembentukan kata. Bedanya remaja ini sedang membentuk jati dirinya saja.
Sintaksis saya bayangkan adalah manusia dewasa yang sudah seharusnya pandai menempat-nempatkan waktu dan tempat yang sesuai dengan kebutuhan dirinya sendiri. Makanya, dengan ini ada yang namanya perkumpulan atau organisasi.
ADVERTISEMENT
Dan, terakhirnya semantik yang saya bayangkan sebagai manusia yang masa dewasa sudah habis, dan beranjak ke masa tua. Apalagi yang dicari di hidup ini kalau bukan sembahyang dan mencari makna-makna kehidupan?
Mendengar jawaban saya, teman saya hanya bisa geleng-geleng kepala saja.