Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Helicopter Parenting: Apa Penyebabnya dan Dampak Buruknya bagi Anak
6 September 2023 5:39 WIB
Tulisan dari Muhammad Ridwan Tri Wibowo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menurut para ahli psikologi, pola asuh orang tua berdampak besar bagi perkembangan psikis dan mental anak di kemudian hari.
ADVERTISEMENT
Salah satu pola asuh yang banyak yang diterapkan adalah pola asuh overprotective atau overprotective parenting. Psikolog, Dwi Surya Purwanti, M. Psi. mendefinisikan overprotective parenting adalah sebuah pengasuhan yang diterapkan orang tua pada anaknya dengan memberikan perhatian dan kasih sayang yang berlebihan.
Dalam Journal of Child and Family Studies, pola asuh ini juga dikenal dengan istilah helicopter parenting. Istilah helicopter parenting diciptakan pada tahun 1969 oleh psikoterapis, Dr. Haim Ginott lewat bukunya yang berjudul Beetwen Parent and Teenager.
Apa itu Helicopter Parenting?
Di buku Beetwen Parent and Teenager, Dr. Ginott mengibaratkan orang tua sebagai helikopter yang terbang mengawasi di atas kepala anaknya. Pada tahun 2011, istilah ini pun menjadi populer hingga masuk ke dalam kamus bahasa Inggris dengan definisi orang tua yang terlalu terlibat dalam kehidupan anaknya'.
ADVERTISEMENT
Melansir dari Healthline. penulis Axienty Disorders: The Go-TO Guide, Carolyn Daitch, Ph. D., mendefinisikan bahwa orang tua yang melakukan helicopter parenting cenderung mengambil banyak tanggung jawab atas pengalaman anak-anak mereka, khususnya keberhasilan dan kegagalan hidup anaknya.
Lalu menurut penulis Even June Cleaver Would Forget the Juice Box, Ann Dunnerwold, Ph. D., menjelaskan bahwa helicopter parenting adalah pola asuh berlebihan. Itu berarti, orang tua ingin terlibat dalam kehidupan anaknya dengan cara yang teralu mengontrol, melindungi, dan terlalu menyempurnakan.
Helicopter parenting umumnya dilandasi oleh rasa kekhawatiran dan ketakutan yang berlebihan kepada sang anak. Secara naluri, orang tua ingin melindungi anaknya dari segala kegagalan. Namun sayangnya, pola asuh seperti ini bisa menimbulkan masalah ketika dipraktikkan secara berlebihan.
ADVERTISEMENT
Apa yang Menjadi Penyebab Helicopter Parenting?
Melansir dari Kanya, helicopter parenting pada dasarnya timbul karena adanya rasa tidak percaya dan rasa tidak aman dari orang tua itu sendiri.
Ternyata, masalahnya bukan si anak yang tidak dapat diberikan tanggung jawab oleh orang tua. Namun lebih kepada rasa tidak percaya orang tua untuk membiarkan anaknya melakukan sesuatu hal sendirian.
Helicopter parenting pun umumnya disebabkan oleh berbagai faktor, sebagai berikut:
Melansir dari IDN TIMES, asisten profesor komunikasi, Elizabeth Dorranc Hall, menjelaskan bahwa banyak orang tua yang terlalu fokus untuk melakukan pencegahan. Pencegahan ini pun dilakukan untuk menghindarkan anaknya dari kegagalan. Banyak orang tua yang merasa takut anaknya mengalami kegagalam dalam segala bidang. Karena itu, sebisa mungkin mereka berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya. Namun sayangnya, hal ini dapat mengekang kehidupan pribadi anaknya. Banyak orang tua yang lupa bahwa anak juga mempunyai pilihan hidup sendiri.
ADVERTISEMENT
Banyak orang tua yang kerap mengalami kecemasan. Rasa cemas ini pun tumbuh karena rasa takut kepada anaknya. Mereka khawatir anaknya merasa kecewa karena tidak bisa menghadapi banyak hal dalam hidup ini.
"Kekhawatiran dapat mendorong orang tua untuk mengambil kendali dengan keyakinan bahwa mereka dapat menjaga anak mereka agar tidak pernah disakiti atau dikecewakan," jelas tutur Carolyn Daitch, Ph. D., mengutip Healthline.
Karena kekhawatiran itu, biasanya orang tua akan membuat anaknya terus menerus berda di bawah kendali mereka. Ini terjadi karena mereka percaya bahwa anaknya akan aman jika semua hal dalam hidup anak dikontrol orang taunya.
Mendidik anak bukanlah hal yang mudah. Jika seorang anak berperilaku tidak baik, orang lain akan menilai bahwa anak itu tidak didik baik oleh orang tuanya. Karena hal itu, banyak orang tua yang mengalami tekanan dan mendorong mereka mendidik anak sebaik mungkin, yang terkadang malah terlalu berlebihan.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya berkeinginan untuk mendidik anak sebaik mungkin, bukanlah hal yang salah. Namun, tekanan sosial yang terlalu berat membuat orang tua pun akhirnya turut memberikan banyak tekanan kepada anak mereka.
Ketika orang tua si A melihat orang tua si B terlalu terlibat dalam kehidupan anaknya, hal itu dapat memicu respon yang serupa kepada orang tua A.
"Kadang-kadang, ketika kita mengamati orang tua lain mengasuh secara berlebihan atau menjadi orang tua helikopter, itu akan menekan kita untuk melakukan hal yang sama." tutur Carolyn Daitch, Ph. D., mengutip Healthline, "Kita dapat dengan mudah merasakan bahwa jika kita tidak membenamkan diri dalam kehidupan anak-anak kita, kita adalah orang tua yang buruk. Rasa bersalah adalah komponen besar dalam dinamika ini," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Ciri-Ciri Helicopter Parenting
Berikut ciri-ciri umum yang menandakan orang tua sedang melakukan helicopter parenting, yaitu:
Dampak Negatif Helicopter Parenting
Pola asuh overprotective cenderung membatasi ruang gerak anak. Jika si anak merasa dibatasi ia akan mencari celah agar sejenak bebas dari kekangan orang tuanya. Pada akhirnya ia harus rela berbohong untuk menghindari hukuman karena melakukan hal yang tidak sesuai dengan keinginan orang tuanya.
Berdasarkan jurnal yang diterbitkan Cambridge University Press, anak yang dibesarkan oleh orang tua yang overprotective akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak punya inisiatif. Orang tua yang terlalu protektif cenderung melarang-larang anaknya mencoba-coba hal baru. Akibat, ketika anak tumbuh dewasa ia tidak akan bergerak kalau belum disuruh orang tuanya.
ADVERTISEMENT
Lauren Feiden, seorang psikolog dari Amerika Serikat menyatakan bahwa pola asuh overprotective dapat membuat anak terlalu bergantung pada orang tua dan sulit mengatasi masalahnya sendiri. Hal tersebut karena anak sudah terbiasa dengan jadwal atau rencana yang dibuat oleh orang tuanya.
Orang tua juga cenderung melibatkan diri dalam memecahkan permasalahan anak dari yang kecil hingga besar. Akibatnya anak selalu mengandalkan orang tuanya untuk menyelesaikan masalah dalam hidupnya.
Pengawasan yang terlalu ketat tenyata berdampak pada masalah kejiwaan anak. Orang tua yang berniat agar anaknya tidak mengalami kegagalan hanya membuat anak takut berbuat salah.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Center for Collegiate Mental Health di Amerika Serikat menunjukkan bahwa masalah kejiwaan sangat umum terjadi di kalangan mahasiswa. Sekitar 55 persen mahasiswa menginginkan konseling tentang gejala kecemasan, 45 persen soal depresi, dan 43 persen soal stres.
ADVERTISEMENT
Cara Mengatasi Helicopter Parenting
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengatasi masalah ini. Semoga bermanfaat.
Orang tua kita terkadang tidak sadar kalau bersikap terlalu protektif kepada anaknya. Tidak ada salahnyam jika kita mendiskusikan ini bersama orang tua agar kita bisa memahami perasan masing-masing.
Setelah mendiskusikannya, alangkah baiknya kalau kita mau lebih terbuka terhadap orang tua kita. Orang tua kita tidak bisa menebak pikiran kita. Jika kita tidak mau terbuka, wajar saja kalau orang tua kita terus merasa cemas kepada kita.
Bisanya orang tua yang terlalu protektif dikarenakan tidak mempercayai kita melakukan sesuatu hal sendiri. Kita boleh coba membuktikan dengan tidak terus-terus meminta bantuan kepada orang tua bila menghadapi kesulitan. Tapi jangan lupa didiskusikan dulu baik-baik ya.
ADVERTISEMENT
Kalau sekiranya, berbagai cara kita belum bisa membuat orang tua mengubah pola asuhnnya menjadi baik. Alangkah baik kita berkonsultasi kepada profesional.
Referensi:
Arzt, N. (2020, December 08) Overprotective Parents: Signs, Examples, & Impact on Mental Health. https://www.choosingtherapy.com/overprotective-parents/
Cikanavicius, D. (2017, June 26). 6 Signs of Controlling Parenting and Why It Is Harmful. https://psychcentral.com/blog/psychology-self/2017/06/signs-of-controlling-parenting#1
Dinamika Keluarga & Komunitas dalam Menyambut Society 5.0. 2020. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.
Higuera, V. (2019, September 12). What is Helicopter Parenting https://www.healthline.com/health/parenting/helicopter-parenting#causes
Li, P. (2023, August 31). Helicopter Parents: Signs & Effects of Hovering. https://www.parentingforbrain.com/helicopter-parents/
Reyes, Z. (2015, December 30). The Effects of Overparenting on Children. https://psychcentral.com/blog/the-effects-of-overparenting-on-children#1
ADVERTISEMENT