Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Melesetnya Ramalan Karl Marx tentang Revolusi Proletar
8 Oktober 2023 19:50 WIB
Tulisan dari Muhammad Ridwan Tri Wibowo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Karl Marx lahir di Trier, Prusia (Jerman), 5 Mei 1818, dan meninggal 14 Maret 1883 di London, Inggris. Dia belajar hukum di Bonn dan Berlin, tetapi akhirnya menulis disertasi dalam bidang filsafat untuk mendapatkan ijazah doktor dari Universitas Jena tahun 1941.
ADVERTISEMENT
Di kantor surat kabar Rheinische Zeitung di Koln pada Oktober 1842, Marx bertemu dengan Friedrich Engels (1820-1895) untuk pertama kalinya. Kesempatan pertama ini tidak meninggalkan kesan apa pun.
Kontak mereka baru terjalin ketika Engels mengirimkan jurnal ekonomi-politik yang berjudul Umrisse zu einer Kritik der Nationalökonomie (Ringkasan Kritik atas Ekonomi-Politik), ke jurnal buruh emigran Deutsch-Französische Jahrbücher, yang Marx adalah salah satu redakturnya.
Selanjutnya, Marx mengenang risalah ini dalam pengantar Contribution to the Critique of Political-Economy (1859) sebagai sebuah ringkasan brilian kritik atas kategori-kategori ekonomi. Sejak saat itu, keduanya menetapkan pembagian kerja tidak resmi. Marx berkonsentrasi pada studi ekonomi-politik, sedangkan Engels berkonsentrasi pada studi filsafat dan sains.
Ramalan Marx tentang Revolusi Proletar
Salah satu gagasannya yang paling terkenal adalah teorinya tentang revolusi proletar yang tidak terhindarkan di negara-negara industri. Menurutnya, kapitalisme akan menuju kehancuran dan akan digantikan oleh sosialisme. Namun, sejarah telah menunjukkan bahwa ramalan ini tidak sepenuhnya benar.
ADVERTISEMENT
Kenyataannya, kelas menengah tumbuh pesat dan menjadi lebih makmur di negara-negara industri Barat, dan tidak terjepit dalam kemiskinan seperti yang Marx perkirakan. Selain itu, revolusi yang diharapkan di negara-negara kapitalis Barat tidak pernah benar-benar terjadi.
Sebaliknya, revolusi malah terjadi di negara Dunia Ketiga yang sedang berkembang seperti China, Kuba, dan Vietnam.
Di bangsa-bangsa Eropa sendiri seperti Polandia, Jerman Timur, Cekoslovakia dan beberapa negara lain yang berada di ”Blok Timur”, rezim komunis ditegakkan dengan pola yang sama dengan Rusia.
Keelemahan yang paling terlihat dalam teori ini adalah determinisme ekonomi, yang memilih proletar industri menjadi kekuatan satu-satunya yang bisa melancarkan revolusi sebagai akibat hukum besi "ekonomi".
Teori Dasar Marxisme
Pemahaman yang lebih mendalam tentang Marxisme memerlukan pengenalan terhadap elemen-elemen dasarnya, yang mencakup konsep substruktur dan suprastruktur. Marx membagi masyarakat menjadi dua bagian utama: substruktur dan suprastruktur.
ADVERTISEMENT
Substruktur dalam pemikiran Marx adalah fondasi material masyarakat. Ini terdiri dari dua komponen utama:
Menurut Marx, perubahan dalam teknologi dan hubungan produksi adalah kunci untuk memahami perubahan dalam masyarakat. Ketika teknologi berubah atau hubungan produksi mengalami pergeseran, ini dapat memicu perubahan sosial yang signifikan.
Di sisi lain, Suprastruktur adalah semua aspek non-material dari masyarakat. Ini mencakup lembaga-lembaga, ideologi, nilai-nilai, norma-norma, agama, hukum, pemerintahan, dan budaya. Suprastruktur mencerminkan cara individu-individu dalam masyarakat berpikir, bertindak, dan berinteraksi.
ADVERTISEMENT
Marx percaya bahwa suprastruktur sering kali digunakan oleh kelas yang berkuasa (kapitalis dalam kasus kapitalisme) untuk mempertahankan dan memperkuat kekuasaannya. Ini bisa melibatkan penciptaan ideologi yang mendukung kepentingan kelas dominan atau penggunaan hukum dan lembaga-lembaga sosial untuk menjaga ketidaksetaraan sosial.
Pentingnya konsep substruktur dan suprastruktur adalah bahwa perubahan dalam salah satu elemen ini dapat mempengaruhi perubahan dalam elemen lainnya dan membawa perubahan dalam masyarakat secara keseluruhan. Misalnya, jika ada perubahan teknologi yang mengguncang hubungan produksi, ini dapat memicu perubahan dalam nilai-nilai, ideologi, atau lembaga-lembaga dalam suprastruktur.
Dalam konteks pemahaman transisi dari kapitalisme ke sosialisme, Marx berpendapat bahwa perubahan masyarakat terjadi ketika teknologi dan hubungan produksi dalam substruktur tidak lagi sesuai dengan suprastruktur yang ada. Ini dapat mengarah pada konflik sosial dan perubahan masyarakat menuju bentuk yang baru.
ADVERTISEMENT
Gramsci Mengevaluasi Determinisme Ekonomi
Salah satu figur dalam pengembangan gagasan Marxisme klasik adalah seorang Komunis Italia, Antonio Gramsci (1891-1937). Ia menyisihkan determinisme ekonomi dan menggantinya dengan penjelasan tentang perubahan sosial yang terjadi di dalam suprastruktur--dalam dunia ide ketimbang ekonomi.
Menurutnya ide kuncinya adalah ’ideologi’. yang Marx disebut sebagai "kesadaran palsu." Menurut Gramsci kita tidak memandang dunia sebagai sesuatu yang netral dan objektif, melainkan dengan cara dunia ini ditentukan oleh seperangkat sikap yang secara alamiah kita terima begitu saja. Lalu ia berpikir ideologi tidak selalu ditentukan secara ekonomis tetapi secara relatif bersifat otonom dan krusial.
Selain itu, Gramsci menekankan peran keagenan manusia dan pilihan, sembari tetap menjaga realitas perjuangan kelas Marxis. Ia mengklaim bahwa perjuangan kelas harus selalu mengambil tempat melalui ideologi.
ADVERTISEMENT
Ideologi dan Hegemoni
Ada dua cara yang meyakinkan di mana kelas borjuis kapitalis dapat mendominasi proletar. Kekuatan nyata, resiko kehilangan pekerjaan, atau dominasi ekonomi nyata adalah salah satu caranya.
Namun, ada cara yang berbeda: mengontrol ideologi, ide, dan kaum buruh. Gramsci menyebut kontrol ide ini sebagai hegemoni, yang memanipulasi kesadaran sosial. Dia percaya bahwa kontrol tidak dapat dicapai hanya dengan kekuatan fisik dan ekonomi.
Untuk membuat konsensus kepada masyarakat secara keseluruhan, kelas dominan harus mengembangkan apa yang disebut persetujuan spontan, yang terdiri dari berbagai persetujuan spontan.
Hegemoni sendiri dapat dikarakteristikan berbagai cara:
ADVERTISEMENT
Hegemoni merupakan produk dan negosiasi antara kelas yang dominan dan kelas yang dikuasai mengenai apa yang mesti diyakini dan tidak oleh kelas yang dikuasai.
Transformasi Ideologi menjadi Budaya
Dalam kebanyakan kasus, "budaya" didefinisikan sebagai keseluruhan sikap, nilai, dan norma yang menyatukan suatu komunitas sebagai satu kesatuan. Namun, adalah salah bagi Marx dan Gramsci untuk menganggap budaya sebagai sesuatu yang netral secara moral.
Marx menganggap budaya sebagai manifestasi ideologi yang dimaksudkan untuk melindungi dan mempromosikan kepentingan kelas tertentu. Menurut Gramsci, fungsi hegemoni adalah untuk mengubah ideologi menjadi budaya, mejadi suatu ‘cara pandang dunia’ yang dilihat sebagai suatu yang normal dan netral. Ini berarti mengubah perspektif normal dari seseorang yang berasal dari kelas yang menguasai ke kelas yang dikuasai.
ADVERTISEMENT
Di masa lalu, lembaga kunci yang mengukuhkan hegemoni adalah lembaga keagamaan dan lembaga kebudayaan, seperti pendidikan. Kini, alat utama yang mengukuh hegemoni adalah media massa. Institusi media massa adalah pusat produksi ide-ide, pembaharuan, sikap, dan perspektif yang merupakan pabrik bagi terciptanya aksi sehat/nalar umum sehari-hari.
Pandangan yang kompleks ini telah diadopsi oleh banyak pemikir Marxis dan post-Marxis. Salah satu contoh adalah Mazhab Frankfurt, yang menggabungkan pemikiran Marxis dengan analisis budaya dan sosial. Pemikir seperti Michel Foucault, Louis Althusser, dan Stuart Hall juga telah mengambil elemen-elemen pemikiran Gramsci dan memperluasnya ke dalam konteks postmodernisme.
Salah satu aspek yang penting dari pemikiran Gramsci adalah pandangan bahwa dalam masyarakat liberal, perjuangan kelas tidak hanya berpusat pada aspek ekonomi dan politik. Sebaliknya, perjuangan tersebut melibatkan ide-ide dan kebudayaan.
ADVERTISEMENT
Pentingnya sosok Gramsci bagi Marxisme alternatif adalah ia berhasil menjadikan budaya politik sehari-hari sebagai hasil dari determinisme ekonomi, sementara tetap mempertahankan pandangan dasar Marxisme dalam struktur teoritisnya.