Mengatasi FOMO dengan Detoks Media Sosial

Muhammad Ridwan Tri Wibowo
Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2022.
Konten dari Pengguna
3 September 2023 15:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Ridwan Tri Wibowo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Fear of Missing Out (FOMO) adalah sensasi cemas yang muncul dari keinginan untuk berpartisipasi atau mengalami sesuatu yang menarik atau penting yang dinikmati orang lain, sering kali dipicu oleh rasa takut ditinggalkan atau tidak menjadi bagian dari peristiwa yang berkesan atau peluang. Istilah 'FOMO' muncul pada tahun 1996 oleh ahli strategi pemasaran Dr. Dan Harman.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2014, istilah FOMO, yang sebelumnya digunakan dalam pemasaran, secara resmi diadaptasi untuk diterapkan pada lingkungan lain, khususnya yang terlihat dengan maraknya situs jejaring sosial.
Secara sederhana FOMO adalah rasa takut ketinggalan sesuatu yang baru, semisal berita, tren, atau aktivitas lainnya. Fenomena ini semakin marak akibat penggunaan media sosial seperti Instagram, Twitter (X), TikTok.
Dalam jurnal Psychiatry Research menemukan bahwa rasa takut ketinggalan ada kaitannya dengan pengunaan media sosial secara berlebihan, dan beberapa penelitian menemukan bahwa orang-orang dari segala usia dapat mengalami FOMO.
Melansir Verywell Mind, orang dewasa awal dan remaja adalah kelompok individu yang paling rentan terhadap efek FOMO. Lalu, remaja yang FOMO lebih rentan mengalami jenis gangguan mental seperti kecemasan, depresi, dan rendahnya tingkat kepercayaan diri.
ADVERTISEMENT

Tanda-Tanda Kita Mengalami FOMO

Ilustrasi seseorang yang stres karena memeriksa telpon ponselnya ketika ingin tidur via IStock (https://www.istockphoto.com/id/foto/wanita-stres-memeriksa-ponselnya-sebelum-tidur-gm1455150907-490578555)
Kata ”takut ketinggalan” menimbulkan ketakutan di hati kita. Orang yang mengalami FOMO cenderung memantau media sosial setiap waktunya; seakan-akan kita tidak mau ketinggalan berita atau tren terbaru. Melansir Simply Psycholog, FOMO ditandai dengan keinginan untuk terus terhubung dengan apa yang dilakukan orang lain (Gupta & Sharma, 2021).
Penelitian menunjukan bahwa rasa takut ketinggalan dapat berasal dari ketidakbahgiaan dan ketidakpuasan terhadap kehidupan dan perasaan ini mendorong kita untuk lebih sering menggunakan media sosial.
Artikel yang diterbitkan Computers and Human Behavior, mengungkapkan kalau sebagian besar tren yang bertebaran di media sosial mengurangi kepuasan hidup seseorang: yang tadinya merasa cukup bisa berubah menjadi selalu kekurangan alias minder.

Cobalah untuk Detoks Media Sosial

Melansir Halodoc, detoksifakasi (detoks) media sosial adalah ketika kita menjauh dari penggunaan media sosial untuk sementara waktu agar kesehatan mental tetap terjaga dengan baik.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya detoks media sosial adalah istirahat atau berhenti sejenak mengakses media sosial yang kita punya. Cara bisa bermacam-macam dan yang paling umum terjadi adalah menonaktifkan akun media sosial kita sekitar seminggu atau satu bulan bahkan lebih. Namun, cara tersebut bisa kita lakukan sesuai kebutuhan diri kita sendiri.

Tanda-Tanda Kita Perlu Detoks Media Sosial

Ilustrasi seseorang yang cemas dan depresi via Pixabay (https://pixabay.com/id/photos/pria-tato-orang-gelap-1097889/)
Berikut tanda-tanda kita perlu detoks media sosial menurut Verywell Mind dan Alodokter, antara lain:
ADVERTISEMENT

Manfaat Detoks Media Sosial

Ilustrasi seseorang sedang tertidur dengan nyaman karena melakukan detok digitial via Pexels (https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-tempat-tidur-kamar-tidur-mimpi-4980368/)

Tips Melakukan Detoks Media Sosial

Ilustrasi seseorang membaca buku karena sedang melakukan detoks media sosial via Pixabay (https://pixabay.com/id/photos/pirang-gadis-buku-membaca-duduk-1866951/)
Untuk membantu kita mendapatkan manfaat detoks media sosial secara maksimal, kamu bisa melakukan beberapa tips di bawah ini:
• Tentukan durasi waktu untuk melakukan detoks media sosial, misalnya 1–2 bulan.
• Hapus aplikasi media sosial dari ponsel pintar selama kita melakukan detoks sosial media.
• Lakukan berbagai kegiatan positif untuk mengisi waktu tanpa media sosial seperti berolahraga, membaca buku, berlibur, meditasi, atau mencoba hobi baru.
• Tulis pengalaman dan perubahan apa yang kita rasakan selama kita melakukan detoks media sosial.