Konten dari Pengguna

Penulis Best Seller Jepang yang Hobi Berlari

Muhammad Ridwan Tri Wibowo
Mahasiswa PBSI UNJ 2022
2 Agustus 2023 20:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Ridwan Tri Wibowo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Haruki Murakami, lahir di Kyoto, 12 Januari 1949. Ia dianggap sebagai salah seorang figur penting dalam kesusastraan masa kini. Steve Poole memujinya sebagai salah seorang penulis terbaik dunia yang pernah ada.
ADVERTISEMENT
Kini ia telah mendapat predikat sebagai penulis best seller baik di Jepang maupun di negara-negara lainnya. Karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam 50 bahasa dan telah terjual jutaan eksemplar di seluruh dunia.
Beberapa karyanya yang paling dikenal, antara lain; A Wild Sheep Chase, Norwegian Wood, Kafka on the Shore, IQ84, dan buku ini sendiri--What I Talk About When I Talk About Running. Penghargaan yang pernah ia raih, antara lain; World Fantasy Award (2006), Frank O’Connor Internasional Short Story Award (2006), Franz Kafka Price (2006), dan Jerusalem Prise (2009).

Identitas Buku

Sumber foto: Pribadi
WHAT I TALK ABOUT WHEN I TALK ABOUT RUNNING
Diterjemahkan dari Hashiru Koto ni Tsuite Kataru Toki ni Boku no Kataru Koto
ADVERTISEMENT
Penulis : Haruki Murakami
Penerjemah : Ellnovianty Nine Sjarif dan A. Fitriyani
Perancang sampul : Fahmi Ilmansyah
Pemeriksa aksara : Pritameani
Penata aksara : Anik Nurcahyati
Penerbit : Bentang Pustaka
ADVERTISEMENT
Cetakan Kedua, Mei 2016
Judul buku ini diambil dari judul kumpulan cerpen What We Talk About When We Talk About Love karya penulis favoritnya: Raymond Carver. Murakami sangat berterima kasih kepada, Tess Gallagher, yang berbaik hati mengizinkannya untuk menggubah judul tersebut dan memakainya sebagai judul buku ini.
Murakami menganggap buku ini bukan sesuaru autobiografi, tetapi semacam memoar. Menurutnya, juga terlalu dipaksakan kalau menyebut buku ini kumpulan esai. Melalui buku ini, ia ingin mengungkapkan kehidupan yang dijalani baik sebagai penulis maupun sebagai orang biasa, selama lebih dari 25 tahun. Dan, tulisan yang terkumpul di buku ini dibuat di antara musim panas 2005 dan musim gugur 2006.
Di bagian penutup, ia berkata bahwa buku ini dipersembahkan kepada seluruh pelari yang berpapasan dengannya di jalan—baik yang melewatinya maupun yang dilewatinya. Menurutnya tanpa mereka, ia tidak akan mungkin mampu berlari.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi kelab jazz via Unsplash
Pada sebuah musim semi, Murakami menerima telepon dari editor majalah sastra bulanan Gunzo, bahwa Kaze no Uta o Kike (Hear the Wind) masuk tahap penilaian akhir dan mendapatkan penghargaan sebagai juara karya pemula. Penghargaan itu diterbitkan dalam bentuk bunkobon (buku saku). Kemudian, ia menulis 1973-Nen no Piinbōru (Pinball, 1973). Kedua novel dinominasikan untuk Penghargaan Akutagawa, namun tidak memperoleh penghargaan.
Proses penulisan novel Kaze no Uta o Kike (Hear the Wind) dan 1973-Nen no Piinbōru (Pinball, 1973) dilakukannya di sela-sela mengurus bisnis (kelab jazz); di mana ia harus berusaha meluangkan waktu 30 menit, sejam, atau mencuri sedikit waktu saat bekerja di kelab. Perlahan-lahan, ia ingin menulis novel yang lebih substantif dan berkarakter kuat. Agar lebih fokus, ia memutuskan untuk menutup sementara kelab jazznya, tapi orang-orang di sekelilingnya tidak setuju karena penghasilan dari kelab jazz jauh lebih besar dari menulis.
ADVERTISEMENT
Ia pun akhirnya berkata pada istrinya, "Aku ingin bebas selama dua tahun ke depan untuk menulis. Kalau nanti gagal, kita masih bisa membuka toko kecil di suatu tempat. Aku masih muda dan kalau gagal dapat berusaha lagi." Keputusan itu diambil di tahun 1981 dan istrinya menyetuyuinya--padahal mereka masih punya utang yang lumayan banyak.

Keras Kepala dan Lari Cocok untuk Dirinya

Ilustrasi orang sedang berlari via Unsplash
Menjadi penulis lepas, membuat Murakami gampang gemuk kalau tidak melakukan apapun. Ia merokok 60 batang/hari yang membuat kukunya menguning dan badan bau asap rokok. Akhirnya, ia sadar bahwa hal ini tidak baik buat dirinya. Dalam menulis novel Hitsuji a Meguru Boken ia memulai kebiasaan berlari setiap hari. Karena dengan itu, ia memiliki motivasi yang kuat untuk berhenti merokok.
ADVERTISEMENT
"Bukan cuma tekad yang kuat yang membuat kita bisa melakukan sesuatu. Dunia tidak sesederhana itu. Sejujurnya aku bahkan tak berpikir bahwa ada korelasi antara aku berlari setiap hari dan apakah aku memiliki niat yang kuat atau tidak. Kupikir, aku bisa rutin berlari selama lebih dari dua puluh tahun karena alasan sederhana, yakni lari cocok untukku. Atau, paling tidak, karena aku tak merasa bahwa berlari itu menyakitkan. Manusia secara alami akan terus melakukan sesuatu yang disukainya dan tidak melanjutkan sesuatu yang tidak disukai." –Halaman 53
Sudah sejak sekolah dasar hingga kuliah, ia mengakui tidak pernah tertarik dengan hal-hal yang dipaksakan untuk dipelajari. Ia selalu mengatakan pada dirinya sendiri bahwa hal itu adalah sesuatu yang harus dilakukan sehingga dirinya bukan termasuk murid yang malas dan bisa bertahan sampai bangku kuliah.
ADVERTISEMENT
Ia mengakui tidak mempunyai kenangan pernah dipuji karena mendapatkan nilai bagus atau menjadi nomor satu di bidang apa pun. Ia pun baru menikmati belajar setelah akhirnya berhasil melewati sistem pendidikan dan menjadi bagian dari masyarakat alias menjadi pekerja. Menurutnya, jika melakukan sesuatu sesuai minat, kecepatan, dan cara kita sendiri, kita dapat mempelajari pengetahuan dan keterampilan dengan cukup efesien.
Selanjutnya ia menjelaskan bahwa sebagian besar pengetahuannya tentang menulis dipelajari melalui berlari setiap hari. Contoh pelajaran secara fisiknya adalah seberapa banyak ia harus bersikap keras kepada dirinya sendiri, seberapa banyak istiharat yang diperlukan, dan seberapa istirahat yang berlebihan. Untuk pengetahuan menulisnya sendiri; berlari adalah aktivitas yang tepat untuk dirinya menghafal. Saat menggerakkan kaki, ia membariskan kata-kata dalam kepalanya, mengukur ritme kalimatnya, lalu mengetahui bagaimana bunyinya.
ADVERTISEMENT
Kemudian di bagian lainnya, ia mengatakan ketika berlari ia suka mendengarkan album Beggars Banquet milik The Rolling Stone dan album Reptile milik Eric Clapton. Ia mengungkapkan, di album itu ada sesuatu yang menarik hatinya. Menurutnya, lagu-lagu di album tersebut tidak kasar dan tidak dibuat-buat. Ritmenya teratur dan melodinya terdengar natural. Pikirannya pelan-pelan terhanyut ke dalam musiknya, dan kakinya berlari mengikuti alunan lagu tersebut.