Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Surat Terbuka untuk Cat Lover
1 Januari 2025 6:10 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Muhammad Ridwan Tri Wibowo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kenapa orang bisa menyukai kucing? Katanya sih, karena kucing itu imut, lucu, dan menggemaskan. Katanya, bahkan, ada yang menyukai kucing karena kucing bisa menjadi teman baik saat kesepian. Wow!
ADVERTISEMENT
Tapi sayangnya, alasan-alasan tersebut, tidak bisa membuatku untuk menyukai kucing, meskipun aku mengakui kucing itu lucu, imut, dan menggemaskan.
Suatu waktu, aku pernah dipaksa teman untuk menyukai kucing, ”Nggak ada alasan untuk nggak suka kucing, Wan. Buktinya aja, kucing jadi hewan kesayangan nabi Muhammad saw.,” begitulah ajakannya. Selalu bawa-bawa nabi! Klise dan template.
Oh iya, kalau tidak bawa-bawa nabi, kadang bawa-bawa pahala, ”Siapa tau aja jadi pahala. Bisa aja kan kalo kucing, tuh, seneng. Nabi juga ikut seneng!” sekali lagi, aku ingin berteriak, ”Ajakan lu klise banget, pren.”
Bahkan, ada teman yang menyuruhku untuk memelihara kucing.
Alasannya, agar aku tahu serunya memelihara kucing, dan di situlah aku diharapkan bisa pelan-pelan menyukai kucing. ”Makanya, lu coba pelihara kucing dulu, Wan!” begitulah ajakannya yang membuatku makin malas memelihara kucing.
ADVERTISEMENT
Kenapa sih, orang kalau sudah mentok, pasti ajakan template? Kerap kali aku mendapatkan ajakan ini. Bosen tahu!
Nah, cerita di atas adalah renunganku, ketika aku sedang duduk bengong di pelataran Pustikom kampusku. Pustikom adalah singkatan dari Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi. Di situlah tempat kucing-kucing liar kelayapan.
Ada kucing berwarna hitam, kucing berwarna belang: hitam-putih, kucing berwarna coklat, kucing berwarna oranye, kucing berwarna abu-abu, dan kucing berwarna abu-abu agak kecoklatan. Dan, sebenarnya masih banyak lagi, aku malas mengingatnya.
Kalau ada orang membuka tutup makanan, itu kucing langsung lomba lari, dulu-duluan siapa yang cepat sampai. Kalau tidak dikasih, kadang suka naik-naik ke kaki, kadang malah langsung loncat ke tangan atau bahkan langsung loncat ke tempat makan.
ADVERTISEMENT
Gila nggak sih? Soalnya aku juga pernah merasakan hal yang sama. Aku lagi enak-enak makan, lagi benar-benar fokus makan, tiba-tiba dikerubungi banyak kucing. Aku kaget. Tapi, aku masih mencoba tetap santai. Lalu, aku membagikan makanan kepada mereka.
Setelah makanan yang kuberikan dilahap tuntas, mereka balik lagi. Awalnya muter-muter, tapi ketika tanganku ingin melemparkan potongan ayam ke arah depan, tiba-tiba dari arah samping ada kucing berwarna abu-abu loncat ke tempat makanku.
Karena kaget, akhirnya jatuhlah tempat makanku. Mereka tanpa rasa bersalah langsung mengerubuti ayamku. Saat mengerubuti ayam tersebut, terjadilah perkelahian yang membuat perasaanku tidak nyaman. Teriakannya cempreng dan berisik sekali!
Kucing Suka Ganggu Fokus Makanku
Nah, dari cerita di atas, aku ingin klarifikasi sedikit. Kadang kalau lagi makan, apalagi sendirian, aku suka fokus banget sama makananku. Kalau sudah begini, biasanya aku tidak mau diganggu gugat. Entah diajak bicara atau diajak apalah.
ADVERTISEMENT
Sialnya, banyak kejadian kucing datang menghampiriku sambil ”meang-meong” ketika aku lagi fokus makan. Sumpah ini sangat mengganggu duniaku. Keasyikanku diusik. Kesunyianku diusik. Kesepianku diusik. Kehampaanku diusik. Usik saja terus!
Beberapa kali, aku menginap ke rumah teman yang memelihara kucing, dan kejadian kucing yang tiba-tiba menghampiriku saat makan itu selalu terjadi. Selalu terjadi! Inilah sebenarnya yang membuatku kesal. Bukan karena kedatangan kucing yang mau meminta sedikit makananku.
Soalnya, kalau aku ada makanan, tapi aku sedang dalam keadaan tidak ”mindful untuk makan”, tanpa pikir panjang aku langsung memberi kucing tersebut makanan. Ini serius! Nanti jangan salah tangkap, kalian mengcap-ku sebagai orang yang medit (dibaca: orang yang pelit).
Aku Tidak Suka Bersentuhan dengan Kucing
Selain penjelasanku di atas, ada satu alasan lagi, yaitu aku tidak suka bersentuhan dengan kucing. Jangankan kucing, kadang dengan orang yang aku belum kenal atau orang yang sudah kukenal tapi tidak dekat, aku saja tidak suka bersentuhan dengannya. Rasanya canggung dan geli saja—bukan geli karena jijik ya.
ADVERTISEMENT
Begitu juga dengan kucing. Rasa geli dan canggung benar-benar terasa. Dadaku kadang deg-degan, kadang-kadang tubuhku nge-freeze, dan ini sumpah membuatku tidak nyaman.
Mungkin bagi sebagian orang, saat kucing mengelus-elus kepalanya ke tubuh mereka, bahkan meloncat ke tubuh mereka, mereka akan merasa nyaman dan senang. Mungkin! Soalnya aku kan tidak merasakan itu. Sebentar aku cari di Google dulu.
Waduh, sayangnya artikel-artikel yang kubaca lebih ke arah; dari sudut pandang rasa nyaman kucingnya, bukan rasa nyaman pemiliknya. Mungkin buat kalian yang memelihara kucing, bisa bantu menjawabnya.
Pernah, suatu kejadian, saat aku menginap di rumah teman. Waktu itu, aku benar-benar tidak bisa tertidur pulas di kamarnya. Ini karena apa? Ini karena kucing peliharaannya masuk ke kamarnya terus mengisengiku.
ADVERTISEMENT
Aku yang awalnya sudah nyenyak tertidur, tiba-tiba terbangun karena selimut yang aku pakai digaruk-garuk dan ditarik-tarik oleh kucing tersebut. Suara garukannya sangat mengganggu. Akhirnya, kucoba paksa untuk tetap tertidur, tapi kucing tersebut berulah kembali. Gantian, bantal yang aku pakai yang digaruk-garuk.
Itu juga belum selesai. Setelah puas menggaruk-garuk selimut dan batal, kucing tersebut masuk ke dalam selimutku, serta mengendus dan mengjilat-jilat kakiku. ”Jebret,” rasa geli bercampur rasa ngilu, menyeruak dalam setiap aliran darahku.
Aku cuma bisa diam. Nafasku tertahan. Hingga berapa menit kemudian, aku bisa bergerak dan bangun, lalu langsung menuju kamar mandi. Bengong sepuluh menitan. Kemudian barulah aku cuci muka.
Beruntungnya, saat azan Subuh temanku bangun, jadi aku ada teman bicara. Kalau tidak? Mungkin dini hariku sampai ke pagiku, akan dihabiskan sambil terjaga dengan tatapan jengkel.
ADVERTISEMENT
Bagaimana tidak jengkel melihat kucing temanku yang pecicilan sekali. Dalam keadaan terjaga, aku melihat kucing tersebut berlari ke sana-ke mari. Lalu diam sebentar, kemudian tidak lama langsung garuk-garuk bantal atau selimut. Kalau bosan, balik lagi ke awal, berlari ke sana-ke sini. Gitu saja terus.
Dan, anehnya, temanku bisa tertidur nyenyak dengan kondisi seperti itu.