Konten dari Pengguna

Teori Kebutuhan Maslow Menurut Akun Youtube Satu Persen dan Ngaji Filsafat

Muhammad Ridwan Tri Wibowo
Mahasiswa PBSI UNJ 2022
1 Agustus 2023 18:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Ridwan Tri Wibowo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow via Istock
zoom-in-whitePerbesar
Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow via Istock
ADVERTISEMENT
Awalnya saya kira teori ini hanya sekedar mencari keseimbangan dan mencari kebahagiaan hidup, tapi ternyata teori ini mencakup luas. Teori ini mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terjadi di sekitar kita.
ADVERTISEMENT
Contohnya:
Mengapa masyarakat kita mempunyai minat baca yang rendah?
Mengapa banyak masyarakat kita yang miskin?
Mengapa gaji sudah mencapai upah minimum regional (UMR) tapi kebutuhan dasar tidak tercukupi?
Mengapa orang berpengaruh kebanyakan lahir dari keluarga kaya?

Penjabaran Menurut Akun Satu Persen

Logo akun Satu Persen.
Level 1: Kebutuhan Tubuh
Level 2: Keamanan (Finansial)
Level 3: Hubungan Sosial
Level 4: Harga Diri (Apresiasi)
Level 5: Aktualisasi
Level 1 dan Level 2 adalah kebutuhan dasar, level 3 dan level 4 adalah kebutuhan psikologis, dan level 5 dijawab dengan slogan Satu Persen, yaitu hidup seutuhnya (berdamai dengan diri sendiri dan menjadi apa yang dikehendaki pada kita). Kebutuhan tubuh, keamanan, hubungan sosial, dan harga diri masuk ke dalam kebutuhan yang didorong dengan ada rasanya tidak puas (Deficiency Needs).
Sedangkan aktualisasi diri (Being Needs) atau kebutuhan menjalani hidup yang sesuai dengan potensi, dikendalikan dengan perasaan di mana kamu ingin hidup sesuai dengan potensi yang kamu punya. Ada orang yang acuh dengan kondisi finansialnya hanya memikirkan kebahagiaannya saja. Di sisi lain, ada orang yang terlalu materialistis hingga melupakan kebahagiaannya. Kita perlu sadar bahwa materi dan psikologis harus seimbang. Kita juga secara tidak sadar lebih sering dimotivasi oleh Deficiency Needs dibanding Being Needs.
Nah, dari penjabaran akun Satu Persen, kita bisa pahami teori kebutuhan Maslow secara umum.  Namun penjabaran di atas rasanya belum tepat sasaran dengan yang ingin saya sampaikan. Penjabaran di atas lebih menjorok kepada keresahan masyarakat metropolitan yang sudah mempunyai banyak privilage dalam hidupnya. Setidaknya kita sudah tahu dulu level-level kebutuhan manusia.
ADVERTISEMENT

Penjabaran Menurut Akun Ngaji Filsafat

Fahruddin Faiz via tafsiralquran.id

Level 1 dan Level 2

Menurut Fahruddin Faiz selaku pembicara di akun Ngaji Filsafat, sebelum naik ke level berikutnya, kebutuhan level 1 harus tercukupi terlebih dahulu. Gimana kita akan merasa aman dan nyaman kalau kita masih kepikiran "besok makan apa?”. Biasanya orang yang tidak aman dan nyaman selalu ketakukan. Energinya habis ke sana semua.
Nah, menurut kacamata saya, biasanya masyarakat miskin yang masih berusaha mencukupi kebutuhan level 1 dan 2 (tapi yang sadar akan hal ini, bukan yang sok gengsi) mereka tidak berpikir besok mau jadi apa atau bercita-cita menjadi apa. Mau menjadi kuli bangunan atau tukang sayur mereka cuek. Karena yang ada dalam pikiran merek yang penting bisa makan. Masyarakat ini kalau dipaksakan membaca buku, bukan hidupnya makin baik, tapi malah semakin buruk karena hanya menambah pengeluaran dan beban pikiran saja.
ADVERTISEMENT
(poin ini bisa menjawab mengapa masyarakat kita rendah terhadap minat baca)
Ilustrasi orang miskin yang tampak bahagia via Pixabay (https://pixabay.com/id/photos/gadis-anak-laki-laki-2754233/)

Level 3

Di level 3 ada namanya hubungan sosial. Di sini timbul keinginan rasa ingin saling memiliki. Makanya, di dunia ini banyak perkumpulan dan organisasi. Dalam urusan percintaan, kita ingin ada rasa saling memiliki. Mencintai saja tentu pahit dan dicintai tanpa mencintai rasanya hambar.
Dalam hal ini, saya ingin menekankan lebih ke kasus percintaan. Banyak masyarakat di sekitar kita yang kebutuhan level 1 masih belum tercukupi tapi memaksa saling berkomitmen untuk melangkah bersama ke hubungan yang lebih serius. Kita pasti sering mendengar, "nikah bukan modal cinta doang", saya rasa perkataan itu benar adanya. Kalau dipaksakan cuma menambah beban pengeluaran untuk makan. Masyarakat seperti ini biasa selalu berdalih rezeki akan lebih banyak kalau sudah menikah.
ADVERTISEMENT
(poin ini bisa menjawab mengapa masyarakat kita banyak yang miskin)
Ilustrasi pasangan muda yang sedang bertengkar via Pixabay (https://pixabay.com/id/photos/beberapa-cinta-2206294/)

Level 4

Lanjut ke level 4, yaitu harga diri atau apresisasi. Di dalam hidup kita butuh penghargaan dari orang lain. Orang lain menganggap diri kita penting, menganggapmu punya peran. Ironisnya di masyarakat yang kebutuhan dasarnya belum tercukupi, bisa-bisa masih berpikir orang lain memberikan penghargaan terhadap dirinya. Kalau mau gajinya yang UMR bisa mengatasi masalah kebutuhan level 1 dan level 2, mereka malah kredit motor dan hp yang sedang tren; yang akhirnya malah tidak bisa kebayar dan melakukan pinjaman online.
(poin ini bisa menjawab mengapa gaji sudah UMR tapi kebutuhan dasar tidak tercukupi)

Level 5

Dan, level 5 adalah aktualisasi diri. Kebutuhan menjalani hidup yang sesuai dengan potensi, dikendalikan dengan perasaan di mana kamu ingin hidup sesuai dengan potensi yang kamu punya. Yang terakhir ini mampu menjawab pertanyaan, "Kenapa si orang berpengaruh lahir dari keluarga kaya?"
ADVERTISEMENT
Ya, karena dia sudah tidak lagi mikirin besok bisa makan apa tidak? Besok ada ongkos kuliah apa tidak? Atau pertanyaan-pertanyaan yang cukup menggangu lainnya.