Diet Ramah Lingkungan dengan Sistem Pangan Berkelanjutan

Muhammad Rifqi Musyaffa
Mahasiswa kedokteran Universitas Palangka Raya
Konten dari Pengguna
13 Juli 2023 14:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Rifqi Musyaffa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ini adalah tulisan kedua saya yang terinspirasi oleh kegiatan perkuliahan di University of Otago, Selandia Baru. Kali ini yang mengajar adalah Profesor Sheila Skeaff, seorang ahli gizi yang cukup terkenal di Selandia Baru. Beruntung saya bisa bertemu dan diajari langsung oleh Profesor Sheila Skeaff dalam paper (istilah yang digunakan kampus Selandia Baru untuk "Mata Kuliah") Understanding Human Nutrition.
Sumber : Dokumentasi priabadi
Seringkali kita mendengar dan membaca istilah "diet", tetapi sudah benarkah pemahaman kita tentang "diet" ? Umumnya kita mengartikan diet sebagai cara untuk menurunkan berat badan dengan cara mengurangi asupan makanan. Kesalahan penggunaan istilah "diet" sendiri ternyata tidak hanya dilakukan oleh orang Indonesia. Profesor Sheilaa Skeaff juga menerangkan bahwa sudah umum di dunia saat ini banyak orang mengartikan diet hanya sebagai weight loss diet. Padahal makna diet sendiri seharusnya diartikan sebagai pola asupan makanan dan minuman yang didapatkan oleh seseorang per hari atau per minggu. Selain itu, diet juga dilakukan berdasarkan tujuan tertentu.
ADVERTISEMENT
Diet memiliki banyak jenisnya, misalnya diet tinggi karbohidrat dan protein untuk mereka yang mengalami kurang gizi, dan diet rendah karbohidrat dan lemak untuk mereka yang ingin menurukan berat badan. Ada juga diet rendah garam, biasanya disarankan untuk orang yang mengalami riwayat tekanan darah tinggi dan penyakit jantung.
Dalam perkuliahan tersebut juga saya untuk pertama kalinya mengenal istilah Sistem Pangan Berkelanjutan yang sedang banyak dikembangkan dan disebarkan oleh The Eat-Lancet Commission. Organisasi tersebut merupakan kerjasama antara The Lancet dan EAT (organisasi non profit asal Norwegia). The Lancet sendiri adalah jurnal kedokteran terbaik di dunia saat ini, menempati urutan pertama dari 167 jurnal kedokteran terbaik lainnya.
Dalam konsep sistem pangan berkelanjutan yang digagas oleh EAT-Lancet Commission ini, terdapat setidaknya 2 hal yang menjadi tujuan dan harus diperhatikan:
ADVERTISEMENT
Mereka mengusulkan untuk melakukan batasan tertentu dalam produksi pangan global untuk mengurangi risiko permanen dari efek samping produksi pangan.
Untuk batas perubahan iklim bagi produksi pangan, asumsi mendasar yang biasa digunakan adalah bahwa dunia akan mematuhi Perjanjian Paris (menjaga agar pemanasan global di bawah 2°C, dengan target 1,5°C) dan melakukan dekarbonisasi sistem energi global pada tahun 2050. Asumsi lain yang digunakan adalah bahwa pertanian dunia akan bertransisi menuju produksi pangan berkelanjutan, yang mengarah pada pergeseran dari penggunaan lahan sebagai sumber menjadi penyerap karbon bersih (dari net source of carbon menjadi net sink of carbon). Oleh karena itu, estimasi batas perubahan iklim bagi produksi pangan merupakan kajian dari jumlah maksimum gas non-CO2 (yaitu metana dan dinitrogen oksida) yang dinilai perlu dan sulit untuk dikurangi lebih lanjut — setidaknya sebelum tahun 2050 — untuk mewujudkan pola makan sehat bagi semua penduduk di planet bumi dan mencapai target Perjanjian Paris.
ADVERTISEMENT
Aksi-aksi yang siap diterapkan telah dikaji oleh EAT Lancet Commission antara lain:
1) perubahan global menuju pola makan sehat;
2) peningkatan praktik produksi pangan; dan
3) mengurangi kehilangan pangan dan limbah pangan.
Sumber : Ciptaan pribadi diadaptasi dari Laporan EAT-Lancet
Tujuan EAT Lancet Commission adalah untuk mengidentifikasi serangkaian tindakan yang memenuhi sasaran ilmiah untuk pola makan sehat dan produksi pangan berkelanjutan, yang memungkinkan transisi sistem pangan global ke dalam safe operating space.
Diet sehat yang disarankan oleh EAT-Lancet Commission mencakup asupan kalori yang optimal dan sebagian besar terdiri dari beragam jenis pangan nabati, sedikit pangan hewani, mengandung lemak tak jenuh (bukan lemak jenuh), dan sedikit biji-bijian olahan, pangan olahan (highly processed foods) dan gula tambahan. Untuk lebih jelasnya bisa Anda baca di laporan yang dikeluarkan oleh EAT-Lancet Commission.
Sumber : Ciptaan pribadi diadaptasi dari Laporan EAT-Lancet
ADVERTISEMENT