Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Krisis Keadilan dalam Tragedi Kanjuruhan: Nyawa Terabaikan
1 Oktober 2024 16:47 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Muhammad Rifqy Anugerah Raharjo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tragedi Kanjuruhan merupakan sejarah kelam bagi sepak bola Indonesia dan dunia. Tragedi yang terjadi pada 1 Oktober 2022 merupakan tragedi yang menelan ratusan korban baik orang dewasa maupun anak – anak, Peristiwa yang terjadi di Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur setelah pertandingan antara AREMA FC Melawan PERSEBAYA SURABAYA dengan hasil skor 2-3. Pada hari itu AREMA FC menerima hasil yang buruk setelah 23 tahun tidak pernah kalah di kandang sendiri yang menjadikan alasan supporter AREMA FC turun ke lapangan, Menciptakan situasi yang tidak terkondisi, Meskipun hal tersebut di anggap sebagai rasa kekecewaan situasi pada saat itu semakin memburuk karena banyaknya supporter yang turut turun ke dalam lapangan.
ADVERTISEMENT
Aparat mencoba membubarkan masa yang ada di lapangan dan juga menembakkan gas air mata kearah Gate 13, Sesuai regulasi dari FIFA penggunaan gas air mata di dalam stadion tidak diperbolehkan untuk membubarkan masa dan juga beberapa pintu keluar penonton juga di tutup rapat yang menyebabkan kekacauan semakin menjadi. Akibat dari penutupan pintu keluar tersebut banyak sekali masa yang terinjak injak dan juga sesak napas karena minimnya akses keluar pada saat itu, kepanikan tersebut yang menyebabkan banyak korban jiwa karena berdesak desakkan dan juga terinjak injak antara satu dengan yang lainnya.
Korban saat itu memiliki jumlah yang sangat banyak yaitu 152 korban dinyatakan meninggal dunia termasuk wanita dan juga anak – anak, Ratusan lainnya mengalami luka – luka yang cukup parah akibat gas air mata dan terinjak injak juga cukup banyak orang tua yang trauma akan kejadian tersebut sehingga melarang anaknya untuk pergi mendukung tim lokal kebanggannya. Faktor penyebab yang menjadikan banyaknya ratusan korban adalah penggunaan gas air mata yang tidak sesuai dengan regulasi FIFA, Desain dan Kondisi stadion yang dirasa kurang sebab akses keluar banyak yang terkunci rapat sehingga menyebabkan kepadatan penonton yang akan keluar stadion dan Tindakan pengamanan yang gagal dalam pengamanan massa serta regulasi yang buruk, seharusnya pertandingan Dearby Jawa Timur dilaksanakan sore hari bukan malam hari.
ADVERTISEMENT
Tragedi tersebut memicu banyaknya komentar buruk terhadap regulasi PSSI khususnya aliansi supporter indonesia, Komentar tersebut berisi tentang pertanggungjawaban terhadap pihak penyelenggara termasuk panitia pertandingan, aparat keamanan dan pengelola stadion. FIFA turut serta memberikan ungkapan bela sungkawa serta memberikan sanksi terhadap regulasi sepak bola Indonesia hal tersebut justru langsung memberikan dampak terhadap sepak bola Indonesia, PSSI melakukan evaluasi besar – besaran terhadap standar keselamatan stadion, Beberapa pertandingan juga di hentikan untuk menata ulang regulasi keamanan stadion agar setara dengan keamanan stadion di berbasgai negara maju.
Pemerintah membentuk “Tim Gabungan Independent Pencari Fakta” untuk menyelidiki beberapa hal yang di rasa cukup janggal pada saat terjadinnya insiden tersebut, pejabat dan juga orang penting turut serta andil dalam melakukan penyelidikan kasus tragedi kanjuruhan namun hasil yang di dapat sangatlah tidak ada hasilnya dan banyak para kerabat korban menuntut keadilan pada permasalahan tersebut. Keadilan yang dituntut oleh kerabat merupakan keadilan dicari selama 2 tahun ini bagaimana kasus tersebut belum selesai hingga saat ini baik dari pihak club maupun pihak supporter semoga kedepannya keadilan bagi para korban bisa di selesaikan dengan baik, sepakbola bukan milik industry tertentu tapi sepakbola adalah hiburan bagi rakyat khususnya Indonesia.
ADVERTISEMENT