Undang-undang Pembenahan Sepak Bola Indonesia, Mungkinkah?

Riza Saldi
Freelance copywriter, nulis di gwp.id
Konten dari Pengguna
11 Februari 2024 6:47 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Riza Saldi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Membahas sepak bola negeri kita sudah memasuki tahap membosankan. Sebagai penonton, saya melihat tidak banyak yang berbeda dari pertama kali saya menonton sepak bola nasional hampir tiga puluh tahun lalu, hingga saat ini. Aspek teknik, fisik, dan mental, tidak bergeser terlalu jauh. Mengecewakan, karena pada rentang waktu yang sama, Jepang dan Korea Selatan misalnya, di tahun 1990-an masih jago kandang di level Asia. Kini, dua negeri itu sudah mengorbitkan pemain kelas dunia, sambil terus mengekspor pemain-pemain muda potensialnya ke liga-liga di benua eropa.
ADVERTISEMENT
Kenapa bisa berbeda?
Jujur saja, di Indonesia tidak ada yang berminat memulai pembenahan. Berbenah adalah sebuah aksi kontinu yang panjang dan melelahkan. Ibarat tanaman, sepak bola Indonesia adalah pohon tua yang sudah dipenuhi benalu. Memangnya siapa yang cukup berani memulai aksi radikal dengan menebang pohon tua itu sehingga benalu-benalunya ikut mati? Siapa yang punya stamina tinggi melanjutkan prosesnya dengan menyemai bibit unggul yang baru, menunggunya tumbuh, memeliharanya agar tidak ada hama yang hinggap, hingga menghasilkan buah berkualitas tinggi?
Berbenah tidak dapat dilakukan dalam waktu pendek. Terutama oleh politisi-politisi kita yang cuma sudi mampir mengurusi sepak bola hanya sebagai komoditas politik lima tahunannya.
Peran swasta, baik individu maupun korporasi, sulit dilibatkan dalam pembenahan, karena terlalu banyak stakeholder yang minta dipuaskan kepentingannya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan intervensi negara? Toh negara punya sumber daya yang tak terbatas, hingga dinilai mampu menjalankan dan membiayai pembenahan sepak bola kita dari akarnya hingga menghasilkan buahnya kelak. Namun, apa urgensi negara terjun dalam pembenahan sepak bola? Tidak ada satu pun amanat berupa undang-undang yang mengharuskan negara terlibat aktif dalam hal tersebut.
Jadi, bagaimana sebaiknya? Setidaknya, para politisi dapat sedikit berguna, dengan mulai aktif menggodok undang-undang pembenahan sepak bola Indonesia. Namun hal itu bisa terjadi apabila mereka tidak lagi memandang sepak bola sebagai hiburan semata, melainkan sebagai industri yang dapat menggerakkan roda perekonomian negara. Potensi ekonomi dapat dihitung oleh para ahlinya. Lalu, gunakan data tersebut untuk menjadikan kerangka berpikir pembentukan undang-undang pembenahan sepak bola Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tentu saja langkah ini punya risiko. Keterlibatan aktif negara dalam sepak bola dianggap sebagai hal terlarang oleh FIFA. Namun, demi pembenahan pohon tua penuh benalu yang bernama sepak bola Indonesia, negara perlu terlibat. Sebab, hanya negara yang dapat menegakkan integritas secara paksa dengan menggunakan instrumen hukum. Saat ini, bisa dibilang integritas telah lama hilang di kepengurusan federasi sepak bola dan pengelolaan liga kita. Kita tidak bisa lagi menunggu juru selamat dengan integritas tinggi turun menyelamatkan sepak bola kita. Kita harus mulai menciptakan ekosistem sepak bola yang bersih, dan untuk itu, betapa tidak beruntungnya, kita mesti berharap pada peran negara.