Berburu Keberkahan Bulan Ramadhan dengan Ziarah ke Makam Para Ulama di Kota Solo

Muhammad Rizal
Mahasiswa Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
28 April 2022 10:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Rizal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Makam KH. Idris Jamsaren (Foto: Muhammad Rizal)
zoom-in-whitePerbesar
Makam KH. Idris Jamsaren (Foto: Muhammad Rizal)
ADVERTISEMENT
Setiap bulan Ramadhan tiba, umat Islam berlomba-lomba dalam kebaikan demi bisa lebih meraih keberkahan dengan segala ibadah yang diperintahkan oleh syariat islam. Salah satunya yakni dengan berziarah ke makam para ulama. Dengan kita berziarah dan memanjatkan doa untuk para ulama, maka kita akan mendapatkan keberkahan atas doa yang kita sampaikan.
ADVERTISEMENT
Makam para ulama sendiri hampir di setiap daerah ada karena pada zamannya setiap ulama menyebar ke berbagai daerah untuk memperkenalkan agama islam. Tak terkecuali Kota Solo, banyak para ulama dan habaib yang mendedikasikan ilmu dan tenaganya untuk menyebarkan agama islam. Sehingga tidak heran, jika Kota Solo terdapat banyak makam-makam keramat para ulama dan habaib yang bisa menjadi tempat pilihan berziarah ketika berada di Kota Solo.
Berikut makam-makam keramat para ulama di Kota Solo yang bisa dijadikan pilihan untuk berziarah, terlebih pada bulan Ramadhan:
1. Tiga Makam Keturunan Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi
Kurang puas rasanya jika kita berkunjung ke Kota Solo hanya menikmati wisata kuliner dan wisata budaya saja tanpa wisata religi dengan berkunjung ke makam para tokoh pejuang agama islam. Dalam hal ini yaitu tiga makam keturunan Habib Ali sang pengarang simtuddurar yakni makam Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi, dan diapit dua makam lainnya; Habib Anis bin Alwi al-Habsyi dan Habib Ahmad bin Alwi Al-Habsyi.
ADVERTISEMENT
Dalam sejarah hidupnya, Habib Alwi yang merupakan anak dari Habib Ali menyebarkan agama islam di Solo dengan membangun Masjid Riyadl sebagai tempat dakwah yang masih terjaga hingga kini. Sedangkan dua nama lainnnya merupakan anak dari Habib Alwi yang telah berjasa melanjutkan perjuangan dakwah sang ayah.
Untuk makamnya sendiri berada di pelataran Masjid Riyadh, pasar Kliwon Solo. Khusus malam Jum’at Legi, diadakan rutinan pembacaan simtuddurar.
2. Makam Pahlawan Nasional KH. Samanhudi
Selanjutnya adalah makam pahlawan nasional pendiri organisasi pertama, Sarekat Dagang Islam (SDI) yaitu KH. Samanhudi yang berada di Desa Banaran, Grogol, Solo. Di samping sebagai penggagas SDI, beliau pula merupakan pengusaha batik di Solo. Atas jasa-jasanya tersebut, pemerintah Republik Indonesia menetapkan KH. Samanhudi sebagai pahlawan nasional dan nama beliau diabadikan sebagai nama museum, yaitu Museum Haji Samanhudi yang terletak di Kampung Batik Laweyan, Solo.
ADVERTISEMENT
3. Makam Kiai Ageng Henis Laweyan
Jika sebelumnya kita berziarah ke makam pahlawan nasional yang namanya diabadikan sebagai nama museum di Kampung Batik Laweyan, sekarang kita beralih ke makam proklamator berdirinya Kampung Batik Laweyan, Kiai Ageng Henis Laweyan. Dalam prosesnya, Kiai Ageng sangat aktif berperan mengembangkan kesenian membatik di Kampung Laweyan, Solo. Dari titik ini pula Kiai Ageng berperan sebagai pendakwah yang pernah mengislamkan Ki Ageng Beluk seorang tokoh masyarakat beragama Hindu.
Jika melihat garis keturunan Kiai Ageng, beliau merupakan leluhur Kerajaan Mataram. Hal ini bisa dijadikan napak tilas betapa kayanya sejarah bangsa ini. Lokasi makamnya berada di pintu gerbang sebelah kanan Masjid Laweyan, Solo.
4. Makam Kiai Muhammad bin Sulaiman bin Zakariya
ADVERTISEMENT
Belum banyak orang ketahui mengenai ulama yang satu ini. Di mana Kiai Muhammad bin Sulaiman bin Zakariya merupakan seorang ulama ahli Tafsir yang telah mengukir banyak karya selama hidupnya. Diantaranya kitab Al-Burhān ‘alā Waḥyi al-Qur’ān, buku manasik haji, buku mengenang KH. Sulaiman, Asma’ al-Ḥusna dan Syarahnya, Jāmi‘ al-Bayān min Khulāṣati Suwar al-Qur’ān, buku Keutamaan Alquran, dan buku Manāqib Imām Syafi’.
Beliau merupakan ulama yang sangat alim, sehingga sangat disarankan berziarah ke makamnya untuk mendapatkan keberkahan. Kiai Muhammad bin Sulaiman bin Zakariya wafat pada hari Sabtu Pon tanggal 7 September 1991 M/28 Shafar 1412 H dan dimakamkan di Pemakaman Pulo, Pajang, Laweyan (satu komplek dengan Makam KH. Ahmad Sofawi, KH. Muhammad Aminudin dan KH. Muhamad Umar Fauzi).
ADVERTISEMENT
5. Makam Kiai Manshur Popongan
Dari Surakarta kita beranjak ke daerah Klaten (sekitar 18 km). Tepatnya di Pondok Pesantren Popongan, Dusun Popongan, Desa Tegalgondo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten. Disitu terdapat makam pendiri Pondok Pesantren Popongan dan mursyid Tarekat Naqsyabandiyah-Khalidiyah. Beliau adalah KH. Muhammad Manshur putra Syaikh Muhammad Abdul Hadi Giri Kusumo, seorang mursyid Tarekat Naqsyabandiyah-Khalidiyah di Giri Kusumo Mranggen Demak.
Dalam proses pengembangan Tarekat Naqsyabandiyah, Kiai Manshur dibantu oleh para santri dan jama’ahnya beserta Kiai Arwani Kudus dan Kiai Abdul Mi’raj (Candisari Semarang) untuk memperluas jaringan di sekitar Klaten. Setelah pondok pesantren berdiri, banyak tamu agung yang berdatangan ke rumah Kiai Manshur untuk bersilarurrahmi dan ngalap berkah. Karisma Kiai Manshur pun kian populer di kalangan masyarakat Klaten, Surakarta, Semarang, Jawa Tengah pada umumnya, dan Yogyakarta. Salah satu murid Kiai Manshur adalah Kiai Munawwir, pendiri Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Setiap tahun Pondok Pesantren Popongan mengadakan acara haul yang dihadiri ribuan orang dari berbagai daerah.
ADVERTISEMENT
6. Makam KH. Idris Jamsaren dan KH. Ahmad Siroj
Berlanjut ke makam pengasuh Pondok Pesantren tertua di Solo yakni KH. Idris Jamsaren yang diamanahi sebagai pengasuh Pondok Pesantren Jamsaren setelah vakum selama 50 tahun lamanya disebabkan operasi militer Belanda. KH Idris Jamsaren merupakan seorang ulama yang pertama kali membawa Tarekat Syadziliyah dari Kota Makkah ke tanah Indonesia bersama Kiai Ahmad Nahrawi Muhtaram Al-Banyumasi.
Beliau wafat pada tahun 1923 Masehi dan dikebumikan di Dusun 2, Makamhaji, Kec. Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Lokasi makam KH. Idris tepat berada di samping makam KH. Ahmad Siroj yang merupakan kakak dari istrinya Kiai Idris. Kiai Siraj atau yang biasa akrab dipanggil Mbah Siroj merupakan waliyullah yang mempunyai banyak karamah selama hidup beliau.
ADVERTISEMENT
7. Makam KH. Ahmad Umar Abdul Mannan
Safari religi yang terakhir berziarah ke makam ulama karismatik di Kota Solo yakni KH. Ahmad Umar Abdul Mannan atau biasa dipanggil Mbah Umar. Beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan dan penghafal Al-Qur’an yang diberi keistimewaaan oleh Allah bisa mengetahui banyak kandungan makna Al-Qur’an. Tentu bagi kita yang ingin mendapat keberkahan dari kekasih Allah ini bisa berziarah langsung ke belakang Masjid Al-Muayyad di tengah komplek Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan, Solo.
Berikut tadi merupakan makam-makam para kekasih Allah yang bisa kita kunjungi di Kota Solo hasil dari pengalaman penulis. Namun, tidak menutup kemungkinan masih banyak makam-makam para ulama dan habaib di Kota Solo yang belum disebutkan penulis. Semoga bermanfaat.
ADVERTISEMENT