Konten dari Pengguna

Dasasila Bandung dan Budaya: Warisan Konferensi Asia-Afrika yang Tetap Relevan

Muhammad Rizalul Umam
Mahasiswa Sejarah Universitas Negeri Semarang
27 Maret 2025 21:47 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Rizalul Umam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Ruang sidang Konperensi Asia Afrika. Sumber Dokumentasi Pribadi Muhammad Rizalul Umam.
zoom-in-whitePerbesar
Foto Ruang sidang Konperensi Asia Afrika. Sumber Dokumentasi Pribadi Muhammad Rizalul Umam.
ADVERTISEMENT
Dasasila Bandung lahir dari Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada 1955, membawa semangat anti-kolonialisme dan solidaritas antarnegara berkembang. Namun, lebih dari sekadar dokumen politik, Dasasila Bandung juga memiliki dampak besar dalam dunia budaya. Prinsip-prinsipnya yang menekankan perdamaian, kesetaraan, dan kerja sama ternyata selaras dengan berbagai aspek kebudayaan, mulai dari diplomasi budaya hingga pelestarian warisan lokal.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana sebenarnya hubungan antara Dasasila Bandung dan budaya?
Menjaga Identitas Budaya dari Pengaruh Asing
Salah satu poin utama dalam Dasasila Bandung adalah penolakan terhadap kolonialisme dan imperialisme dalam segala bentuknya. Dalam konteks budaya, ini berarti melindungi kebudayaan lokal dari dominasi budaya asing yang dapat mengikis identitas nasional. Sejumlah negara Asia dan Afrika yang pernah dijajah menghadapi tantangan serupa: budaya mereka sempat ditekan oleh budaya penjajah. Setelah merdeka, banyak negara berupaya merevitalisasi bahasa, seni, dan tradisi mereka. Misalnya, Indonesia dengan gerakan kembali ke budaya lokal pasca-kemerdekaan, serta negara-negara Afrika yang melestarikan bahasa asli mereka sebagai bentuk perlawanan terhadap hegemoni bahasa penjajah.
Diplomasi Budaya sebagai Jembatan Perdamaian
Dasasila Bandung menekankan pentingnya penyelesaian sengketa secara damai dan kerja sama internasional. Ini sejalan dengan konsep soft diplomacy atau diplomasi budaya, di mana negara-negara membangun hubungan baik melalui pertukaran seni, tradisi, dan pendidikan. Festival budaya internasional, program pertukaran pelajar, hingga kerja sama industri kreatif menjadi bukti bahwa budaya dapat menjadi alat pemersatu. Sebagai contoh, Indonesia kerap mengirim seniman dan budayawan ke berbagai negara sebagai bagian dari diplomasi budaya, sementara Jepang sukses memperkenalkan budaya popnya ke seluruh dunia melalui anime dan musik.
ADVERTISEMENT
Menghidupkan Kembali Budaya yang Terpinggirkan
Kolonialisme tidak hanya menguasai politik dan ekonomi negara jajahan, tetapi juga menggusur budaya asli masyarakat setempat. Prinsip kesetaraan dalam Dasasila Bandung memberikan semangat baru bagi negara-negara untuk menghidupkan kembali warisan budaya mereka. Di beberapa negara Afrika, pakaian tradisional yang dulunya dianggap kuno kini menjadi kebanggaan nasional. Di Asia Tenggara, seni dan kerajinan tangan yang sempat ditinggalkan kini kembali menjadi daya tarik wisata dan sumber ekonomi kreatif. Bahkan, penggunaan bahasa lokal di ruang publik semakin didorong untuk menjaga identitas bangsa.
Peran Media dalam Menyebarluaskan Budaya
Dalam era globalisasi, penyebaran budaya tidak hanya terjadi melalui pertemuan antarnegara, tetapi juga lewat media digital. Prinsip kerja sama internasional dalam Dasasila Bandung kini bisa diterjemahkan dalam bentuk kolaborasi media dan industri kreatif. Film, musik, dan konten digital dari negara-negara Asia-Afrika semakin mendapat tempat di panggung global. K-pop dari Korea Selatan, Bollywood dari India, hingga industri film Nigeria (Nollywood) adalah contoh bagaimana budaya lokal bisa mendunia tanpa kehilangan jati diri.
ADVERTISEMENT
Melawan Diskriminasi Budaya di Kancah Internasional
Salah satu poin penting Dasasila Bandung adalah penghormatan terhadap hak asasi manusia. Ini termasuk hak setiap bangsa untuk mempertahankan kebudayaannya tanpa diskriminasi. Dalam dunia seni dan pariwisata, masih ada bias terhadap budaya dari negara berkembang. Produk seni dari Asia dan Afrika kadang dianggap eksotis, tetapi tidak mendapat apresiasi yang setara dengan budaya Barat. Gerakan dekolonialisasi dalam dunia seni dan pendidikan kini semakin menguat, sejalan dengan semangat Dasasila Bandung untuk menciptakan kesetaraan.
Kesimpulan
Dasasila Bandung bukan hanya sekadar pernyataan politik, tetapi juga memiliki dampak besar dalam dunia budaya. Prinsip-prinsipnya tentang perdamaian, kerja sama, dan penghormatan terhadap kedaulatan sangat relevan dalam upaya pelestarian budaya, diplomasi budaya, hingga perjuangan melawan diskriminasi global. Seiring dengan berkembangnya teknologi dan komunikasi, tantangan baru muncul dalam menjaga budaya lokal agar tidak tenggelam oleh arus globalisasi. Namun, semangat Dasasila Bandung tetap menjadi inspirasi bagi negara-negara Asia dan Afrika untuk mempertahankan jati diri mereka di tengah perubahan zaman.
ADVERTISEMENT
Apakah dunia siap untuk kembali menghidupkan semangat Dasasila Bandung dalam budaya? Jawabannya ada di tangan kita bersama.