Konten dari Pengguna

Gedung Kos-Kosan Jadi Saksi Sejarah: Intip Museum Sumpah Pemuda

Muhammad Rizalul Umam
Mahasiswa Sejarah Universitas Negeri Semarang
23 April 2025 10:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Rizalul Umam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Gedung Sumpang Pemuda Lama. Sumber Arsip Nasional Indonesia.
zoom-in-whitePerbesar
Foto Gedung Sumpang Pemuda Lama. Sumber Arsip Nasional Indonesia.
ADVERTISEMENT
Siapa sangka di balik bangunan tua di Jalan Kramat Raya, tersimpan kisah-kisah pemuda yang berani melawan penjajahan lewat bahasa, musik, dan semangat persatuan? Museum Sumpah Pemuda bukan cuma tempat belajar sejarah, tapi juga ladang fakta menarik yang relevan banget buat generasi muda masa kini.
ADVERTISEMENT
Museum Sumpah Pemuda menyimpan memori tentang bagaimana sekelompok anak muda dari berbagai daerah di Hindia Belanda usia mereka rata-rata masih 20-an tahun! berani menyatukan semangat bangsa yang terpecah. Fakta mengejutkan? Para tokoh seperti Soegondo Djojopoespito dan Muhammad Yamin masih berstatus mahasiswa saat menyusun ikrar pemuda.
Bangunan ini awalnya adalah "Indekos milenial" pada masanya bernama Het Indonesisch Huis tempat pelajar dari berbagai penjuru Nusantara berkumpul, berdiskusi, dan memperjuangkan ide-ide kebangsaan. Bisa dibayangkan, para pelajar ini melakukan diskusi serius tentang masa depan bangsa sambil tinggal seatap!
Fakta Menarik 1: Biola Legendaris Masih Tersimpan Rapi
Di museum ini, kamu bisa lihat langsung biola asli Wage Rudolf Supratman, alat musik yang digunakan untuk memainkan lagu Indonesia Raya untuk pertama kalinya secara instrumental. Faktanya, kala itu lagu ini belum boleh dinyanyikan, karena takut dianggap melawan pemerintah kolonial. Jadi dimainkan pakai biola agar tidak terlalu mencolok. Strategi jenius, kan?
ADVERTISEMENT
Fakta Menarik 2: Bangunan Ini Hampir Hilang dari Peta
Pada tahun 1970-an bangunan ini sempat nyaris dirobohkan karena dianggap tidak memiliki nilai ekonomis. Untungnya, berkat desakan sejarawan dan aktivis budaya, gedung ini akhirnya dipugar dan dijadikan museum resmi pada 1973. Artinya, kalau saja upaya penyelamatan ini gagal, mungkin kita tak pernah tahu bahwa Sumpah Pemuda pernah tercetus di sini.
Fakta Menarik 3: Museum yang “Instagramable” dengan Aura Vintage
Meski sarat sejarah, bangunan ini punya spot-spot yang cocok untuk konten media sosial. Dari pintu tua bergaya kolonial, tangga kayu yang klasik, hingga ruang rapat yang autentik—semuanya bisa jadi latar estetik untuk feed Instagram. Plus, sekarang museum ini juga sering mengadakan pameran tematik dan pertunjukan seni bertema kebangsaan.
Tampak ruang depan museum. Sumber dokumentasi pribadi Muhammad Rizalul Umam.
Mengapa Ini Relevan untuk Anak Muda?
ADVERTISEMENT
Tren nostalgia yang lagi ngetren di kalangan Gen Z bisa disambungkan ke sini. Kembali menyukai kaset, musik 80-an, gaya retro, hingga tempat-tempat yang punya vibe vintage jadi fenomena budaya digital saat ini. Museum Sumpah Pemuda ikut hadir sebagai ruang "kembali ke masa lalu"—tapi dengan nilai yang lebih dalam: tentang persatuan, keberanian, dan identitas.
Dan menariknya lagi, semangat “satu bahasa, satu bangsa” itu kini bisa kita rasakan lewat internet dan media sosial, yang mempersatukan pemuda dari berbagai daerah, sama seperti mereka dulu berkumpul di Kramat Raya.
Kesimpulan:
Museum Sumpah Pemuda bukan cuma tempat belajar sejarah, tapi juga tempat menemukan inspirasi dan identitas. Di tengah dunia yang makin individualistik, museum ini memberi pesan penting: bahwa masa depan Indonesia pernah digagas di tangan anak-anak muda yang punya mimpi besar.
ADVERTISEMENT