news-card-video
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Kisah Unik Kota Kudus: Mengapa Tak Boleh Menyembelih Sapi?

Muhammad Rizalul Umam
Mahasiswa Sejarah Universitas Negeri Semarang
10 Maret 2025 16:10 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Rizalul Umam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar Menara Kudus. Foto Dokumentasi Pribadi Muhammad Rizalul Umam.
zoom-in-whitePerbesar
Gambar Menara Kudus. Foto Dokumentasi Pribadi Muhammad Rizalul Umam.
ADVERTISEMENT
Mengapa di Kudus Tidak Boleh Menyembelih Sapi? Ini Sejarah dan Filosofinya
ADVERTISEMENT
Jika Anda berkunjung ke Kudus, Jawa Tengah, ada satu aturan tak tertulis yang masih dijaga erat oleh masyarakat setempat: larangan menyembelih sapi. Mungkin Anda bertanya-tanya, mengapa di kota ini sapi begitu dihormati hingga tidak boleh disembelih? Ternyata, larangan ini memiliki akar sejarah yang kuat dan nilai filosofi yang mendalam.
Warisan Sunan Kudus
Larangan menyembelih sapi di Kudus berasal dari ajaran Sunan Kudus, salah satu Wali Songo yang berperan besar dalam penyebaran Islam di tanah Jawa. Sunan Kudus dikenal sebagai sosok yang bijaksana dalam berdakwah, terutama dalam pendekatan budaya dan toleransi.
Pada masa itu, mayoritas penduduk Kudus masih menganut agama Hindu, di mana sapi dianggap sebagai hewan suci. Demi menghormati keyakinan mereka dan agar dakwah Islam dapat diterima dengan lebih mudah, Sunan Kudus menerapkan strategi dakwah yang mengedepankan toleransi. Salah satu caranya adalah dengan melarang penyembelihan sapi dan menggantinya dengan kerbau. Cara ini terbukti efektif dalam merangkul masyarakat Hindu ke dalam ajaran Islam tanpa ada konflik budaya yang tajam.
ADVERTISEMENT
Bertahan Hingga Kini
Meski telah berlalu berabad-abad, nilai toleransi yang ditanamkan Sunan Kudus tetap bertahan. Hingga kini, banyak warga Kudus, terutama di daerah Kota Lama, yang masih memegang teguh aturan ini. Bahkan di rumah-rumah makan khas Kudus, seperti soto dan nasi pindang, Anda akan menemukan bahwa daging yang digunakan adalah daging kerbau, bukan sapi.
Larangan ini bukan sekadar tradisi, tetapi juga menjadi simbol keberagaman dan penghormatan terhadap budaya yang lebih luas. Kudus menjadi contoh bagaimana nilai toleransi yang diajarkan sejak zaman dahulu tetap bisa relevan dalam kehidupan modern.
Bukan Larangan Formal, Tapi Sebuah Kearifan Lokal
Perlu dicatat, larangan menyembelih sapi di Kudus bukanlah aturan hukum yang tertulis dalam peraturan pemerintah, melainkan lebih kepada kearifan lokal yang dihormati oleh masyarakat. Tidak ada sanksi hukum bagi yang melanggarnya, tetapi masyarakat setempat tetap menjunjung tinggi tradisi ini sebagai bentuk penghormatan terhadap ajaran Sunan Kudus.
ADVERTISEMENT
Toleransi dalam Keberagaman
Kisah ini mengajarkan kita bahwa Islam di Nusantara berkembang dengan cara yang unik, mengedepankan kearifan dan toleransi. Dalam dunia yang semakin global dan penuh perbedaan, semangat menghormati budaya dan tradisi seperti yang ditanamkan oleh Sunan Kudus tetap relevan.
Jadi, jika suatu hari Anda berkunjung ke Kudus dan menikmati lezatnya soto kerbau, ingatlah bahwa di balik cita rasanya yang khas, ada sejarah panjang tentang kebijaksanaan, toleransi, dan penghormatan terhadap keberagaman budaya.