Konten dari Pengguna

Mengenal Untuk Melestarikan Kue Jojorong

MUHAMMAD RIZKI ABIATI -
Seorang mahasiswa Desain Komunikasi Visual di IT Telkom Purwokerto
27 Mei 2022 17:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari MUHAMMAD RIZKI ABIATI - tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto dari Kue Jojorong Labuan (sumber : dokumen pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Foto dari Kue Jojorong Labuan (sumber : dokumen pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia merupakan negara kepulauan, terdapat ribuan pulau yang terdapat di Indonesia. Begitupula dengan ragam budayanya yang sangat banyak sekali. seperti tari – tarian, makanan tradisional, musik dan masih banyak lagi. Provinsi Banten terkenal akan budaya dan adat istiadatnya yang sangat kental. Orang – orang akan tergambarkan bahwa Banten adalah Baduy. Tetapi Banten tidak hanya Baduynya saja, banyak sekali hal unik nan menarik yang berada di Banten.
ADVERTISEMENT
Kota Pandeglang merupakan salah satu dari beberapa kota yang berada di wilayah Provinsi Banten. Kota yang dikenal dengan kota seribu ulama sejuta santri ini memiliki beragam budaya dan tempat pariwisata yang elok akan keindahan alamnya seperti hutan, gunung, sawah, dan lautan. Keindahan alam ini tidak lepas dari aturan adat budaya yang terdapat di Kota Pandeglang yang sudah mandarah daging dan wajib diwariskan dari generasi ke generasi. Kota seribu ulama sejuta santri ini juga memiliki baragam makanan khas yang mungkin jarang atau tidak ditemukan didaerah lain, salah satunya adalah Jojorong.
Jojorong merupakan kue tradisional asal Pandeglang. Dulunya kue ini seperti kue perjamuan untuk acara nikahan dan hajat hajat besar lainnya pada tahun 70an. Hingga saat ini kue yang berbahan dasar dari tepung beras ini masih mempertahankan sisi tradisionalnya seperti masih menggunakan daun pisang yang dibentuk seperti mangkuk untuk kemasannya. Namun seiring berjalannya waktu, kue tradisional ini sudah banyak yang melupakan.
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu mendengar nama makanan yang unik ini? kue jojorong merupakan makanan berupa kue basah yang berasal dari tanah pasundan. Kue jojorong mempunyai bentuk yang unik karena wadahnya terbuat dari daun pisang, dengan rasa kue yang lembut dan manis didalamnya. Di daerah Banten, kue jojorong paling mudah ditemukan di daerah pesisir Pandeglang, dari Ujung Kulon, Labuan dan Carita. Namun tidak ada penjual yang menjajakan kue ini di pasar kecuali saat Ramadan.
Bentuk jojorong yang memiliki khas seperti mangkuk dibentuk dengan menggunakan daun pisang yang kemudian diikat dengan menggunakan lidi agar tidak berantakan dan rapih, dengan rasa yang cukup manis yang berasal dari gula merah dibagian dasar kue tersebut, membuat rasa kue jojorong ini semakin khas dan disukai banyak orang. Kue ini memiliki rasa yang paling enak menurut warga banten karena mempunyai cita rasa yag manis dan lezat.
ADVERTISEMENT
Walaupun banyak orang yang suka kue jojorong ini, sayangnya kue ini masih belum populer dibeberapa daerah dan memang hanya terkenal di daerah asal kue yaitu Pandeglang, hal ini karena memang kurangnya sosialisasi dan pengenalan makanan khas daerah ke daerah lainnya diluar Banten. Meskipun makanan ini belum populer masyarakat luar Banten makanan ini tetap tidak bisa membohongi lidah para penikmatnya, masyarakat yang pernah mencoba makanan ini biasanya menyukainya dan membeli dalam jumlah banyak untuk hajat, nikahan dan sebagainya.
Faktor utama yang membuat kue ini kurang popular diluar Pandeglang dikarenakan sifat jojorong adalah kue basah yang memeang tidak dapat disimpan berhari – hari karena memang bahan yang digunakan juga tanpa bahan pengawet sedikitpun, kelebihanna makanan ini aman untuk dikonsumsi. Karena kue ini tidak dijual setiap hari, maka masyarakat pun tidak tanggung – tanggung dalam membelinya bisa sampai ratusan kue dalam setiap pembeliannya.
ADVERTISEMENT
Kue jojorong ini sering dikenal dengan kue putri malu. Mengapa disebut demikian? karena ketika makan akan terlihat dibalik tepung berasnya yang putih seperti salju akan terlihat lelehan gula aren yang menggoda. Untuk menyantapnya biasanya menggunakan sebuah sendok untuk mengambil kue jojorong dai wadahnya yang unik dan mungil yang terbalut dengan daun pisang.
Dalam pembuatannya memang sedikit sulit untuk kue yang berbahan dasar dari gula merah, tepung, santan dan sebagainya yang dikukus dalam kemasan daun pisang. Salah sedikit saja dalam pembuatan Jojorong, teksturnya tidak akan lembut dan lembek, melainkan akan mengering dan juga mengeras.
Namun, seiring berjalannya waktu. Kue ini mulai punah ditelan zaman. Pasalnya, pembuat sekaligus pengrajin dari kue ini saja sudah jarang ditemukan. Padahal, ada beberapa cara untuk meningkatkan daya jual dengan mengikuti zaman.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, kue jojorong yang merupakan makanan khas Pandeglang khususnya Kecamatan Labuan, banyak sekali anak muda yang belum mengetahui Kue Jojorong sebagai makanan khas daerahnya. Maka dari itu, rebranding kue jojorong sangat diperlukan untuk meningkatkan brand awareness (tingkat kesadaran) terhadap kue jojorong itu sendiri.
Rebranding merupakan kegiatan mengubah citra perusahaan dari suatu organisasi. Hal tersebut merupakan strategi pasar untuk memberikan nama, simbol dan perubahan desain untuk memudahkan pembeli dalam memilih brand kesukaannya. Hal ini dapat dilakukan terhadap Kue Jojorong, dengan membuat nama baru, logo dan sebagainya agar terkesan lebih modern. Jika telah melakukan rebranding terhadap suatu makanan, tidak sah rasanya jika tidak melakkukan perubahan atau membuat Desain Kemasan yang baru. Desain Kemasan yang bisa dan efektif sekaligus menjaga keaslian wadah yang terbuat dari daun pisang. Maka dari itu, Desain Kemasan Sekunder menjadi pilihan, mengganti kotak parsel transparan dengan kotak yang terkesan modern nampaknya dapat menambah daya tarik pembeli.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, Jojorong hanya dijual secara rumahan oleh 2 keluarga besar dan terkadang dijual juga oleh penjual keliling. Hal tersebut dianggap kurang modern karena tidak memiliki tempat berdagang khusus sama sekali seperti stand dagang dan sebagainya. Hal tersebut dapat bermanfaat untuk memudahkan pembeli mengetahui lokasi penjualan dari Kue Jojorng ini yang paling dekat dengannya, karena jika menunggu pedagang yang berkeliling saja terkadang tidak dapat dipastikan kedatangannya.
Semoga dengan banyaknya cara yang dapat terus melestarikan keberadaan Kue Jojorong. Anak – anak kecil hingga orang dewasa tidak melupakan kehadiran kue ini. Terutama untuk warga asli Pandeglang Banten dan untuk seluruh masyarakat Indonesia.***
Muhammad Rizki Abiati, Mahasiswa Desain Komunikasi Visual ITTP