Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Menyikapi Program Naturalisasi Pesepak Bola di Indonesia
5 September 2022 12:44 WIB
Tulisan dari Muhammad Rizky Putramadiansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Program naturalisasi pemain sepak bola di Indonesia mulai hangat diperbincangkan pada tahun 2010. Pada saat itu, sebagai langkah persiapan menuju Piala AFF 2010, Indonesia menaturalisasi pesepak bola seperti Cristian Gonzales dan Irfan Bachdim untuk memperkuat tim nasional sepakbola Indonesia. Fenomena tersebut tampak makin gencar dilakukan hingga sekarang. Menurut data yang dikutip dari Bola.net, total sudah sebanyak 35 pesepak bola yang dinaturalisasi oleh Pemerintah Indonesia. Akan tetapi dari angka tersebut tidak semuanya digunakan untuk memperkuat timnas Indonesia. Beberapa diantaranya ada yang karena kebutuhan klub dan ada juga yang karena keinginan sendiri untuk ber-WNI contohnya seperti Otavio Dutra, Fabiano Beltrame, dan Osas Saha.
ADVERTISEMENT
Dalam waktu dekat, tim nasional Indonesia akan dihadapi oleh dua turnamen besar, yakni Piala AFF 2022 dan Piala Asia 2023. Salah satu langkah persiapan menuju dua perhelatan tersebut, pemerintah Indonesia sedang mengupayakan untuk menaturalisasi pesepak bola yang memiliki keturunan Indonesia, yaitu Sandy Walsh dan Jordi Amat.
Sandy Walsh saat ini sedang membela klub kasta tertinggi Liga Belgia, yaitu KV Muenchen. Dia memiliki darah Indonesia dari sang ibu yang keturunan Indonesia.
Sedangkan Jordi Amat, dia baru saja bergabung dengan klub raksasa Malaysia, Johor Darul Ta'zim. Sebelumnya dia telah malang melintang di kompetisi sepak bola benua Eropa, diantaranya dia pernah berseragam Swansea City dan Espanyol. Jordi memiliki darah Indonesia dari sang nenek yang berasal dari Makassar dan merupakan keturunan dari raja Kerajaan Siau, Manalang Doelag Kansil.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, belum ada regulasi yang dikeluarkan oleh FIFA selaku federasi sepak bola dunia, untuk mengatur batasan jumlah pemain naturalisasi. Menurut pernyataan dari Anggota Exco PSSI, Hasani Abdulgani yang dikutip dari Bola.net, bahwa tidak ada batasan dari FIFA, melainkan lebih kepada etika, mau atau tidak seluruh squad timnas Indonesia dihuni oleh pemain naturalisasi. Namun, Hasani menegaskan bahwa dirinya memiliki standar mengenai seberapa banyak pesepak bola naturalisasi yang dapat membela timnas Indonesia, yaitu maksimal empat pemain naturalisasi.
Ada hal lain yang seharusnya juga menjadi perhatian federasi sepak bola Indonesia untuk menciptakan kualitas timnas sepak bola yang ditakuti negara lain tanpa harus melulu melalui program naturalisasi. Mulai dari perbaikan kompetisi, perbaikan kinerja wasit, dan pembinaan sepak bola di semua kelompok umur.
ADVERTISEMENT
Perbaikan Kompetisi Sepak Bola
Kompetisi sepak bola yang dibuat di Indonesia sebenarnya sudah berjalan dengan baik, namun kompetisi yang bergulir baru satu, yaitu liga. Perlu adanya kompetisi yang mempertemukan klub-klub dari tiap-tiap kasta seperti layaknya Piala FA di Inggris. Karena kompetisi semacam itu dapat dijadikan salah satu wadah untuk pelatih mencoba pemain-pemain lapis kedua dan memberi kesempatan kepada para pemain muda untuk mendapatkan jam terbang, mengingat ketatnya persaingan di liga yang membuat pelatih agak riskan untuk memainkan pemain lapis keduanya.
Indonesia sebenarnya mempunyai kompetisi semacam itu, yakni Piala Indonesia yang sempat tidak jadi digelar namun sekarang sedang dalam tahap perencanaan untuk kembali digulirkan. Kompetisi ini sudah vakum cukup lama, yaitu terakhir kali digelar pada tahun 2019.
ADVERTISEMENT
Perbaikan Kinerja Wasit
Kinerja wasit di Indonesia juga kerapkali dipertanyakan kualitasnya. Keputusan-keputusan yang bersifat kontroversial dan ketidaktegasan dalam pengambilan keputusan seolah menjadi fenomena yang wajar kita lihat di persepakbolaan Indonesia. Kita pasti sering melihat pemain-pemain kita ketika berlaga di level timnas melakukan protes keras dan aksi-aksi yang tidak perlu yang justru berujung pada dikeluarkannya kartu kuning/merah kepada sang pemain. Hal ini merupakan cerminan dari dampak yang ditimbulkan apabila kualitas wasit di kompetisi sepak bola Indonesia tidak bekerja secara profesional.
Seorang wasit harus bersifat tegas atau bahkan galak sekalipun, supaya menciptakan kedewasaan dan mental disiplin di dalam diri para pemain. Tidak perlu muluk-muluk untuk menerapkan Video Assistant Referee (VAR), mulai saja dengan membentuk karakter wasit yang tegas terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
Pembinaan Sepak Bola di Semua Kelompok Umur
Selain perbaikan kompetisi dan kualitas wasit, pembinaan sepak bola di semua kelompok umur juga merupakan hal yang fundamental untuk menciptakan bibit-bibit sepak bola Indonesia. Seringkali kita melihat pemain-pemain yang sudah berada di level timnas melakukan salah passing dan control bola yang tidak lengket. Padahal itu merupakan hal paling mendasar dalam permainan sepak bola. Hal ini yang harus diperbaiki dari mulai kelompok umur, karena jika hal dasar saja pemain-pemain kita kurang menguasai, bagaimana pelatih dapat menerapkan taktik dengan sempurna?
Program naturalisasi yang dilakukan pemerintah untuk mencari pesepak bola keturunan Indonesia, sesungguhnya merupakan program jangka pendek, karena pemain-pemain yang telah dinaturalisasi itu mayoritas sudah berusia hampir kepala tiga sehingga hanya dapat digunakan pada satu atau dua edisi turnamen saja. Selain itu, penggunaan pemain naturalisasi di timnas Indonesia juga secara tidak langsung telah mengkhianati perjuangan para pemain yang berdarah asli Indonesia yang telah menitih karier sebagai pesepak bola sejak usia dini. Oleh karena itu, melalui perbaikan di tiga hal tadi, setidaknya kita dapat mempersiapkan kualitas pemain-pemain sepak bola Indonesia untuk jangka 5-10 tahun ke depan dan memberikan kesempatan kepada seluruh pemain di pelosok negeri ini untuk memperkuat timnas Indonesia, tanpa merasa ‘dianaktirikan’ dengan kehadiran pemain-pemain naturalisasi.
ADVERTISEMENT
Kebijakan Pemerintah Indonesia
Dalam rangka mendukung peningkatan prestasi sepak bola nasional pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2019 yang salah satu isi instruksinya kepada Menteri Pemuda dan Olahraga untuk melakukan pembinaan usia dini dan usia muda secara berjenjang. Sebaiknya, instruksi ini dilaksanakan dengan baik agar tercipta bibit-bibit muda Indonesia yang mampu bersaing dengan pemain-pemain lokal maupun dengan pemain asing. Terlebih lagi di posisi striker. Timnas Indonesia sudah sejak lama tidak memiliki striker murni yang asli dari Indonesia. Setelah berakhirnya era Bepe dan Boaz, timnas Indonesia hanya bertumpu pada kualitas pemain naturalisasi seperti Cristian Gonzales, Irfan Bachdim, Sergio Van Dijk, hingga Ezra Walian. Proses peningkatan dan pembinaan ini juga makin diperkuat dengan diterbitkannya Undang-Undang Keolahragaan yang di dalamnya mengatur bahwa pemerintah pusat maupun daerah harus hadir, mendukung, dan memperhatikan pembinaan atlet di bidang olahraga presetasi, salah satunya sepak bola.
ADVERTISEMENT