Influencer dan Realitas Opinion Leader Kita

Muhammad Saiful Aziz
Mahasiswa Pascasarjana Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada
Konten dari Pengguna
21 Mei 2020 12:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Saiful Aziz tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi influencer (sumber: https://www.pexels.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi influencer (sumber: https://www.pexels.com)
ADVERTISEMENT
Belakangan kita dihebohkan dengan perilaku beberapa influencer kita yang cukup menggemparkan. Gemparnya jagat virtual dimulai dengan konten yang dibuat oleh salah satu content creator yang mengunjungi gerai makanan cepat saji Mc Donald’s (McD) yang berlokasi di Gedung Sarinah Jakarta.
ADVERTISEMENT
Adapun sebelumnya gerai makanan cepat saji ini memang ramai dibicarakan karena merupakan gerai McD pertama di Indonesia yang telah buka selama 30 tahun. Hal tersebutlah yang konon kemudian menjadi alasan gerai McD di Sarinah ini dianggap memiliki kenangan yang cukup mendalam bagi banyak orang sehingga tutupnya gerai tersebut dianggap cukup menjadi kesedihan bagi banyak orang.
Adapun influencer tersebut kemudian mengunggah konten pada platform YouTube dengan mendatangi McD di Sarinah tersebut dengan beberapa rekan dan istrinya yang sesama influencer dan kemudian makan di tempat tersebut. Konten tersebut dibuat di tengah peraturan pemerintah untuk menjalankan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB. Sontak kemudian jagat virtual dihebohkan dengan konten tersebut.
Lalu konten selanjutnya yang tidak kalah kontroversial adalah konten yang melibatkan salah satu influencer yang notabene merupakan istri dari influencer yang membuat konten di McD Sarinah tersebut. Influencer ini menyatakan dalam konten podcast yang melibatkan dirinya tersebut bahwa dirinya jarang menggunakan masker dan tidak membudayakan mencuci tangan. Dalam podcast tersebut juga beberapa pernyataan dari influencer tersebut terkesan meremehkan penularan yang dimungkinkan terjadi dari Corona Virus Disease 19 (Covid-19). Namun beberapa waktu kemudian, video podcast tersebut diblokir oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan keduanya meminta maaf.
ADVERTISEMENT
Beberapa kejadian tersebut sejatinya mengisyaratkan bahwa banyak dari influencer yang tidak memahami apa yang dikatakan olehnya berpotensi dapat diikuti oleh banyak pengikutnya. Para influencer tersebut tentu saja memilki ribuan bahkan jutaan follower yang berpotensi mengikuti setiap kata yang mereka ucapkan. Adapun menjadi influencer sebagaimana istilahnya, maka berpotensi untuk mempengaruhi berbagai hal.
Dalam hal ini maka para influencer sejatinya menjadi dari bagian yang disebut sebagai opinion leader. Iswandi Syahputra mendefinisikan opinion leader dalam konsep opinion leadership sebagai kepemimpinan oleh pengguna media aktif yang menafsirkan makna pesan media atau konten untuk pengguna kedua yang lebih rendah. Biasanya opinion leader dijunjung tinggi oleh orang-orang yang menerima pendapatnya. Adapun opinion leader dapat dikonsepkan sebagai early adopter yang kemudian akan ditiru oleh follower nya.
ADVERTISEMENT
Adapun selanjutnya influencer juga berpotensi mempengaruhi follower-nya apabila kita melihatnya dalam konteks teori belajar sosial. Teori ini didasarkan pada gagasan bahwa kita belajar dari interaksi kita dengan orang lain dalam konteks sosial. Dalam konteks ini dengan mengamati perilaku yang dilakukan oleh influencer, maka orang lain utamanya adalah follower berpotensi mengembangkan perilaku serupa. Setelah mengamati perilaku influencer, para follower dapat mengasimilasi dan meniru perilaku itu, terutama jika pengalaman pengamatan mereka positif.
Maka para influencer harus mulai sadar bahwa dengan menyandang predikat influencer, maka sejatinya terdapat tanggung jawab melekat padanya yakni setiap hal yang dilakukan utamanya berupa konten yang diproduksi, maka berpotensi besar untuk ditiru oleh para follower-nya. Ini menjadi kritik bersama kita semua kepada para influencer agar influencer dapat menciptakan konten-konten yang positif sehingga predikat influencer yang ia miliki dapat bermanfaat untuk berpengaruh positif bagi warganet.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain warganet juga harus sadar bahwa influencer yang notabene merupakan opinion leader, sejatinya hal-hal yang disampaikan oleh mereka kerap kali berada pada tataran opini. Opini sendiri sebenarnya harus kita letakkan dalam posisi yang validitasnya harus kita uji dan posisinya bukanlah sebagai pengetahuan. Maka dari sini kita harus mampu untuk bijak menyaring informasi dari setiap hal yang muncul di layar gawai kita dengan tidak serta merta mengikuti apa yang ada pada layar kita dan menyaringnya dengan ilmu pengetahuan yang kita miliki. Adapun banyaknya akses informasi di media sosial kita harus dapat diimbangi dengan banyaknya pula akses kita terhadap ilmu pengetahuan.