Selalu Dekat Dengan Sahabat

Sakti Darma A
Alumni Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta (2021)
Konten dari Pengguna
10 Mei 2020 15:26 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sakti Darma A tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi hubungan persahabatan. Sumber: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hubungan persahabatan. Sumber: pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Manusia adalah makhluk sosial yang mustahil mampu menjalankan segalanya sendiri.
ADVERTISEMENT
Menurut Aristoteles, kemakmuran seseorang tak dapat dipisahkan dari seorang sahabat. Menghindari sahabat adalah pilihan yang berisiko. Semakin besar menghindari, semakin besar pula risiko yang harus ditanggungnya.
Sebuah persahabatan terjalin karena adanya persamaan. Mulai dari kesamaan pikiran, sifat, hobi, selera baju, film, dan sebagainya. Dari kesamaan tersebut lah akan berlanjut menjadi obrolan yang lebih intens, tak terasa sudah lebih dekat dengan mereka yang selanjutnya disebut sahabat. Tak perlu ada deklarasi, hampir selalu bersama sudah menunjukkan pada dunia bagaimana status kami saat ini.
Siklus Persahabatan
Terkadang siklus persahabatan digambarkan sebagai berikut, berawal dari orang asing-kenal-dekat-sahabat-berselisih-menjauh- menjadi orang asing kembali. Sering kali pola itu memang berulang dalam sebuah persahabatan, sadar ataupun tidak. Banyak faktor yang menyebabkan gagalnya penyelesaian masalah dalam persahabatan, misalnya keegoisan salah satu pihak dari lingkup tersebut.
ADVERTISEMENT
Tak dipungkiri, memang seringkali perdebatan dan selisih paham kami lakoni. Hal tersebut menjadi wajar, tapi tak untuk berlarut-larut apalagi sampai menjadi musuh abadi. Sadar akan keunikan dari setiap individu yang ada, saling mengerti adalah salah satu kunci dasar menjaga persahabatan.
Menyoal siklus persahabatan tersebut, saya pun sering terjebak di dalamnya. Lingkaran sahabat SD tak berlanjut ke SMP, SMP tak berlanjut ke SMA, begitupun seterusnya. Faktor utama adalah karena memang tak selamanya raga kita bisa berdekatan. Adaptasi di lingkungan baru pun menghasilkan lingkaran sahabat yang baru. Sekalipun tak seintens dulu, komunikasi dengan sahabat lama masih terus berjalan.
Bukan Kuantitas, Tapi Kualitas
Disadari atau tidak, bertambahnya usia memperkecil jumlah sahabat yang kita miliki. Banyak aspek yang menjadi faktor realisasi hal tersebut, salah satunya adalah sikap yang selektif. Mendukung hal itu, studi yang dilakukan oleh Netherlands Organization for Scientific Research (NWO) mengatakan, manusia akan kehilangan setengah teman baiknya setiap tujuh tahun sekali.
ADVERTISEMENT
Joshua Suherman, seorang mantan artis cilik pernah memposting twit di akun twitter pribadinya. Ungkapnya, ‘seleksi alam’ akan membawa kita bertemu dengan teman yang sefrekuensi. Semakin dewasa, semakin kecil circle pertemanan yang dimilikinya.
Sependapat dengan pernyataan Joshua, kenyamanan berbagi suka dan duka memang tak timbul pada semua orang. Sekalipun memiliki banyak kesamaan, bukan berarti antar individu otomatis menjadi sahabat. Ada kalanya beberapa orang cukup sebatas teman atau rekan kerja belaka. Kenyamanan dan rasa percaya menjadi faktor pendukung timbulnya ikatan persahabatan.
Terlebih lagi bagi pribadi seperti saya yang cenderung menutup diri. Sedari duduk di bangku sekolah dasar, sahabat yang ada hanya dalam hitungan jari. Cukup beberapa orang terdekat saja yang tahu lebih jauh jatuh bangunnya diri ini. Banyak orang hanya sekadar bertanya keadaan kita bukan karena peduli, tetapi hanya ingin memenuhi rasa ingin tahu pribadi.
ADVERTISEMENT
Mencari sahabat memang susah-susah gampang, apalagi mempertahankannya. Maka dari itu, patut untuk kita agar pandai memilih dan tak terjebak pada sebuah persahabatan yang palsu (fake). Sudah menjadi kodrat manusia bahwa hidupnya akan dihiasi banyak masalah, begitupun dalam persahabatan. Perlu adanya kedewasaan diri dan saling mengerti satu sama lain, bukan hanya mengedepankan ego pribadi.
Ketika ada masalah, keluar dari sebuah lingkar persahabatan dan bergabung dengan lingkaran baru hanya akan menjadi sebuah pelarian. Kapan menjadi dewasa jika terus memupuk ego seperti itu? Selesaikan setiap masalah yang ada, jangan lari dan terjebak dalam ‘lingkaran setan’.