Konten dari Pengguna

Mengenal Lebih Dekat Agam Dwi Ahmad Fahrezi, Pengrajin Muda Asal Banyuwangi

muhammad sholeh kurniawan
Kesalahan adalah guru terbaik manusia ketika ia cukup jujur untuk mengakuinya dan bersedia untuk belajar dari mereka.
29 Agustus 2017 10:02 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari muhammad sholeh kurniawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mengenal Lebih Dekat Agam Dwi Ahmad Fahrezi, Pengrajin Muda Asal Banyuwangi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Banyuwangi - Menjadi seorang pengusaha di waktu muda adalah pilihan hidup dari Agam Dwi Ahmad Fahrezi. Pengusaha muda kreatif bidang kerajinan tangan yang tinggal di Kelurahan Pengantigan, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi. Meski dengan keterbatasan pengalaman berbisnis yang ia miliki, ia terus maju pantang menyerah. Berikut kisah pahit manisnya mendirikan usaha kerajinan.
ADVERTISEMENT
Sejak terbit mentari di ufuk timur, Agam, --sapaan Agam Dwi Ahmad Fahrezi, sibuk menyelesaikan pesanan para pelanggannya yang order silih berganti. Anak kedua dari tiga bersaudara ini nampak lihai memotong dan membelah bahan baku yang terbuat dari kayu, pengabungan bahan baku dengan menggunakan lem, proses penghalusan produk hingga tahap pemlituran kerajinan-kerajinan.
Berbekal dengan bahan baku dari kayu jati, kayu kopi, kayu asem dan kayu mahoni. Dengan keahliannya ia sulap dengan produk-produk kreatif yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Ia memasok harga produksinya dengan harga yang sangat terjangkau, mulai dari puluhan ribu sampai ratusan ribu.
Mengenal Lebih Dekat Agam Dwi Ahmad Fahrezi, Pengrajin Muda Asal Banyuwangi  (1)
zoom-in-whitePerbesar
“Sejauh ini sudah ada 200 lebih macam kerajinan tangan yang saya produksi. Dan itu semua hasil kreatifitas saya sendiri yang mengalami beberapa modifikasi. Saya berusaha dalam waktu satu bulan sekali harus ada jenis produk baru. Mulai dari kotak tisu, gantungan kunci, jam tangan, jam dinding, vas bunga, asbak, sampai ukiran kalender yang semuanya terbuat dari bahan baku kayu,” tutur Agam yang juga pernah berprofesi sebagai sales di suatu perusahaan hingga terlibat di dunia kontraktor.
ADVERTISEMENT
Alasan dia memilih usaha bidang kerajinan karena memiliki beberapa tantangan tersendiri. Khususnya dalam hal kreativitas produknya dengan memanfaatkan ketersediaan Sumber Daya Alam (SDA). Maka, tak jarang ia juga melakukan lawatan di berbagai darah mulai Malang sampai Yogyakarta untuk riset. ”Riset sangat penting dilakukan. Dengan berbekal hasil riset, memudahkan hasil karya lebih aplikatif, up to date dan diminati oleh pasar,”ungkap pengusaha dan juga mahasiswa di Universitas 17 Agustus 1945 Kabupaten Banyuwangi.
Selain itu, Agam juga memiliki mentor namanya Jaya Setiabudi pengusaha kelahiran Semarang. Kerapkali Agam mengikuti berbagai pelatihan yang langsung dilakukan oleh Mas J sapaan Jaya Setiabudi. “Baru-baru ini Mas J melakukan pelatihan tentang kewirausahan di Jember. Dan Alhamdulillah saya ikut. Mas J orangnya sangat supel dan lihai dalam berbisnis. Pokoknya sangat menginpirasi. Khususnya bagi para pelaku usaha yang baru,” tutur Agam yang masih duduk di semester 6.
ADVERTISEMENT
Mengenal Lebih Dekat Agam Dwi Ahmad Fahrezi, Pengrajin Muda Asal Banyuwangi  (2)
zoom-in-whitePerbesar
Usaha yang berumur satu tahun ini tak luput mengalami berbagi kendala. Mulai dari permodalan sampai dengan pengiriman produk pesanan. “Dengan modal 3 juta. Yang alokasi dana waktu itu hanya cukup digunakan membeli mesin produksi dan bahan baku. Karenanya saya sering mendapatkan sokongan biaya produksi dari konsumen langsung. Sebab konsumen melakukan pembayaran di awal. Nah biaya itulah yang dilakukan untuk tambahan biaya produksi,” jelas pengusaha yang berusia 22 tahun ini.
Pun dalam aspek pemasaran misalnya. Ia mengaku awalnya produk-produk dipasarkan melalui teman-teman akrabnya. Berawal membuat suatu produk dari kayu, lalu ditawarkan kepada sejumlah kawan-kawannya. “Aspek pemasaran juga dilakukan secara online. Saya katakan perilaku konsumen sekarang 60% sudah beraktifitas belanja di media online. Sehingga melalui berbagai media sosial sampai pengiriman email file proposal yang intinya mengajak kerjasama tak bisa dipungkiri sudah saya lakukan. Mulai dari kirim email ke hotel-hotel sampai resto-resto. Ditambah dengan penitipan produk-produk di artshop kota-kota lain. Mulai dari Malang sampai Surabaya,” jelas mahasiswa yang mengampu pendidikan bidang ekonomi manajemen.
ADVERTISEMENT
Ditambah juga pernah gagal dalam proses pengiriman barang ke Bali, setelah barang sampai ternyata barang-barangnya rusak. Akibat dari berbagai benturan saat pengiriman. Konsumen tak mau tahu dan minta barang diganti atau uangnya dikembalikan. “Saya berfikir kerugian ini tidak menjadi masalah. Biasa sudah, dalam belajar pasti mengalami kegagalan. Sekarang sudah tidak lagi mengalami seperti itu,” jelas pengusaha kerajinan tangan yang memiliki brand ‘Ongko Craft’.
“Dan Alhamdulilah omzet perusahaan saya mencapai 7 juta per bulan. Diantara faktor-faktor yang mendukung dengan bergabung dengan website belanja online daerah banyuwangi-mall.com, juga terlibat dalam asosiasi ‘Banyuwangi Craft’ yang memberikan kemudahan mengikuti pelatihan dan pameran yang gencar-gencarnya dilakukan saat kepemimpinan Abdullah Azwar Anas. Tak jarang, Bupati Banyuwangi terlibat langsung dalam promosi produk-produk lokal para pelaku usaha mikro melalui akun media sosial pribadinya yang memiliki ribuan followers,” pungkas pengusaha muda asli Kecamatan Banyuwangi ini. (M. Sholeh Kurniawan)
ADVERTISEMENT