Konten dari Pengguna

Mengenal Lebih Dekat Sholeh Mubarok, Duta Santri Banyuwangi 2017

muhammad sholeh kurniawan
Kesalahan adalah guru terbaik manusia ketika ia cukup jujur untuk mengakuinya dan bersedia untuk belajar dari mereka.
25 September 2017 22:12 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari muhammad sholeh kurniawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mengenal Lebih Dekat Sholeh Mubarok, Duta Santri Banyuwangi 2017
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Banyuwangi - Rasa syukur dan terimakasih terucap di bibir M. Sholeh Mubarok selepas didapuk sebagai juara pertama pemilihan duta Kang santri (kategori laki-laki), saat dimintai keterangan via telfon. Senin (25/09) pagi.
ADVERTISEMENT
“Alhamdulillah. Saya bersyukur terutama kepada Allah SWT dan kepada segenap panitia, guru, dan dewan juri pemilihan duta kang dan mbak santri tahun 2017. Karena saya menjadi juara pertama pemilihan duta kang santri,” tutur Sholeh – sapaan M. Sholeh Mubarok.
Santri yang masih menempuh kuliah di Institut Agama Islam Darussalam (IAIDA) ini mengatakan, dengan menjadi juara tahun ini menjadi sebuah tantangan dan spirit untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
“Juara kali ini bukan untuk kesombongan. Melainkan untuk memacu saya menjadi lebih berprestasi kembali. Menjadi lebih giat untuk belajar di pesantren. Karena diatas langit masih ada langit. Saya siap untuk menjadi yang lebih baik,” tutur santri semester tiga, Jurusan Pendidikan Bahasa arab.
ADVERTISEMENT
Selain itu, menurut Sholeh, segala bentuk takdir dan kelebihan butuh diimbangi dengan nilai-nilai akhlaqul karimah.
“Kosong. Jika banyaknya kelebihan dan ilmu yang dimiliki seseorang, tanpa dihiasi dengan nilai-nilai akhlaqul karimah. Karena ini saling berkaitan. Tidak dapat dipisahkan. Bukankah akhlaq, perhiasan bagi seseorang yang memiliki ilmu,” tutur santri yang mondok di Pesantren Darussalam, Tegalsari selama empat tahun.
Dalam hal penyampaian manfaat dan keilmuan di masyarakat luas, Sholeh menegaskan butuh wadah organisasi sebagai washilah (red. perantara).
“Organisasi ideal bagi saya adalah terlibat dalam Nahdlatul Ulama. Karena NU memiliki kelengkapan di setiap lembaga dan badan otonomnya. Juga ditambah organisasi sosial kemasyarakatan ini memiliki basis massa terbesar di Indonesia, bahkan di dunia,” jelas santri yang juga aktif dalam organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU).
ADVERTISEMENT
Terkait dengan hal persiapan materi pelajaran yang dibutuhkan saat pemilihan duta kang dan mbak santri, Sholeh lebih banyak belajar masalah wawasan kebangsaan, sejarah, dan ke-NUan.
“Firasat saya benar. Ternyata banyak teman-teman santri yang berguguran karena minimnya wawasan kebangsaan, sejarah, dan ke-organisasian, khususnya terkait ke-NUan. Ini adalah cambuk bagi santri-santri sekarang, sudah saatnya untuk bangkit dengan keseimbangan ilmu-ilmu yang kontekstual. Bukan hanya unggul dalam keilmuan khas pesantren,” tegas Sholeh.
Dengan hadiah yang diberikan oleh panitia, Sholeh menerangkan digunakan untuk hal-hal kebaikan yang dapat meringankan dan membuat tersenyum kedua orang tuanya.
“Uang pembinaan ini akan saya gunakan untuk melunasi biaya administrasi kuliah yang masih kurang. Saya ingin meringankan beban kedua orang tua saya. Pun sudah waktunya untuk melatih hidup mandiri, tanpa bersandar di balik punggung kedua orang tua,” kata Sholeh.
ADVERTISEMENT
“Semoga anugerah ini memberikan kemanfaatan dan keberkahan untuk diri saya dan orang tua menjadi lebih baik ke depannya,” harap santri yang berusia 20 tahun ini. (M. Sholeh Kurniawan)