Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Hoaks Membangun dalam Sejarah Penulisan Hadits
8 Januari 2018 11:08 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
Tulisan dari Muhammad Sholich Mubarok tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hoaks membangun. Dua kalimat ini begitu trending dan merajai dunia maya hingga dunia nyata. Menjadi buah jari di mana-mana. Kalimat yang berasal dari Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Mayjen TNI Djoko Setiadi itu, dijadikan meme dan candaan khas di insta story. "Kamu terlalu baik untuk aku" juga dituding mengandung "hoaks membangun" di kawula muda.
ADVERTISEMENT
Hoaks sendiri bisa diartikan sebagai berita bohong, berita yang mengelabui. Bagaimana mungkin berita bohong tapi membangun?
Dalam sejarah hadits Nabi SAW, pun pernah mengalami yang namanya pemalsuan demi untuk membangun sebuah kekuasaan. Ibnu Sirin (w. 110 H) menyebutkan: “Dulu mereka (para ulama) tak pernah bertanya tentang sanad. Akan tetapi saat terjadi fitnah, mereka pun berkata : ‘Sebutkan pada kami rijaal kalian’. Bila ia melihat rijaal tersebut dari kalangan Ahlus-Sunnah, maka diterima haditsnya, dan jika dari kalangan ahli-bid’ah, maka tidak diterima”. (HR. Muslim).
"Fitnah" di atas menyimpan makna yang tak sedikit. Tapi makna yang lebih mecing untuk di atas adalah cobaan, ujian atau huru-hara.
Maraknya hadits palsu di masa Ibnu Sirin disebabkan adanya fitnah huru-hara. Jika menengok masa hidup Ibnu Sirin (rentang dari tahun 30 Hijriyyah sampai tahun 110 Hijriyyah) paling tidak ulama menyebut ada tiga kejadian fitnah.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah pertemuan, Hanif Luthfi Lc., MA, menyebutkan tiga kejadian fitnah tersebut.
Pertama, fitnah terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan (36 H). Sampai diangkatnya Ali bin Abu Thalib menjadi khalifah, dilanjutkan perang shiffin di mana Ali bin Abu Thalib berhadapan dengan Muawiyah bin Abu Sufyan.
Memang fitnah ini terbukti menciptakan gerakan politik besar yang imbasnya masih ada sampai sekarang; yaitu kelompok Syiah dan Khawarij. Muhammad Abu Zahrah memasukkan Syiah dan Khawarij sebagai perpecahan politik, meskipun akhirnya merembet dalam persoalan akidah dan fiqih. Muhammad Abu Zahrah dalam Tarikh al-Madzahib al-Islamiyyah, menyebutkan bisa dibilang fitnah ini akibat dari huru-hara politik demi suatu kekuasaan.
Kedua, Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa an-Nihayah, menyebutkan fitnah perang Harrah yang terjadi tahun 63 Hijriyyah. Perang yang cukup menyedihkan. Pasalnya, korbannya hampir sekitar 10 ribuan penduduk Madinah terbunuh. Sekitar 700an korbannya adalah sahabat Nabi dari kaum muhajirin dan anshar.
ADVERTISEMENT
Kembali, karena masalah politik, dimana penduduk Madinah menolak membaiat Yazid bin Muawiyah menjadi khalifah. Akhirnya diserang oleh Yazid bin Muawiyah dan pasukannya.
Imam Bukhari (256 H) menyebutkan: Dari Yahya bin Sa'id dari Sa'id bin Al Musayyab, "Fitnah pertama kali muncul, yaitu terbunuhnya Utsman, maka tidak ada seorang pun dari ahli badr yang tersisa. Kemudian muncul fitnah kedua, yaitu peristiwa harrah, tidak ada seorangpun dari sahabat ahli Hudaibiyyah yang tersisa. Kemudian terjadi fitnah ketiga, dan fitnah itu tidak berkesudahan sehingga manusia tidak lagi memiliki kekuatan". (HR. Bukhari).
Ketiga, fitnah Mukhtar bin Abu Ubaid at-Tsaqafi tahun 65 H. Dimana Mukhtar bin Abu Ubaid dan para pengikutnya ini emoh menerima atas terbunuhnya Husain dan menuntut darah kepada khalifah Bani Umayyah. Sehingga Mukhtar terbunuh tahun 68 H.
ADVERTISEMENT
Ibrahim an-Nakhai berkata: Ditanyakannya sanad dalam hadits itu di zaman Mukhtar, sebabnya memang banyak hadits palsu berkaitan dengan Ali bin Abu Thalib saat itu. (Syarah Ilal at-Tirmidzi, Ibnu Rajab al-Hanbali).
Terlepas dari fitnah mana yang dimaksud oleh Ibnu Sirin (w. 110 H), benang merah apa yang bisa ditarik? Bahwa sebab pemalsuan hadits diantaranya memang karena huru-hara politik untuk meraih kekuasaan. Sikon yang awalnya kondusif, menjadi kacau saat ada perebutan siapa yang berkuasa.
Hoaks membangun nyatanya ada pula di zaman now. Tepat ketika penulis menuliskan ini, salah satu contohnya, di sebuah grup muncul "Warga Kota Bekasi menginginkan Ahmad Syaikhu melanjutkan pembangunan Bekasi", yang kedua "Sudrajat-Netty". Padahal partai yang mengusung Ahmad Syaikhu, Partai Keadilan Sejahtera sudah mengumumkan bahwa cagub-cawagub yang dimajukan adalah Sudrajat-Ahmad Syaikhu untuk Pilkada Jabar mendatang.
ADVERTISEMENT
Ulama baheula mengambil tindakan cukup tegas terhadap orang yang berani membuat berita hoaks atas nama Nabi, yaitu blokir semua ucapannya berkaitan dengan hadits Nabi.
Dan sesungguhnya bohong itu akan menunjukkan kepada kelaliman, dan kelaliman itu akan menghantarkan ke arah neraka. Seseorang yang terus menerus berbuat bohong akan ditulis oleh Allah sebagai tukang bohong. (Muttafaq alaih).
Mari membangun tanpa hoaks.
*Mahasiswa Hadits Ma'had Al-Hikmah Jakarta, Relawan Literasi.