Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
utKliq; Jurus Aji Membantu Sistem Kerja Shift
4 April 2018 20:24 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Muhammad Sholich Mubarok tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tak banyak start-up yang memperhatikan pekerja pabrik atau karyawan perkantoran yang masih menggunakan sistem kerja shift-shiftan.
ADVERTISEMENT
Satu di antara yang jarang itu adalah utKliq. Ini adalah sebuah aplikasi untuk memonitoring penggunaan energi pada suatu gedung dan pabrik atau utilitas.
"Ini bisa memantau atau monitoring mesin-mesin pabrik secara real time. Hal ini dapat men-support efisiensi pabrik," kata co.founder utKliq Aji Teguh Prihatno saat ditemui di Jakarta, Kamis (29/3/2018).
Selama ini pabrik rata-rata dalam memonitoring mesin-mesinnya dicatat secara manual oleh pegawai lewat sistem kerja shift. Sehingga hal ini butuh waktu untuk mendeteksi permasalahan yang ada pada mesin pabrik.
"Tapi kalau dengan aplikasi ini, maka ketika terjadi permasalahan pada mesin error, down time, atau energi listrik tiba-tiba dratis turun maka akan terdeteksi secara real time, saat itu juga. Paling lambat lima menit setelah terdeteksi," tutur bapak muda ini.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini penetrasi aplikasi tersebut menurut Aji ke pabrik plastik, salah satunya pabrik plastik Indopoli, yang ada di kawasan Purwarkarta. Lebih dari 200 mesin yang ia monitoring lewat aplikasi ini.
Kompetitor dari apps tersebut lumayan cukup besar yakni dari perusahaan raksasa multinasional. Lalu apa yang membedakannya?
"Kompetitor tentu lebih mahal, kedua mereka hanya mengintegrasikan platform mesin yang satu merk saja. Mereka sejauh ini belum diintegrasikan dengan apps. Sedang utKliq sudah diintegrasikan dengan apps. Selain itu sudah diintegrasikan database via cloud," akunya.
Ditanya soal pendanaan awal, pria klimis itu mengaku sudah mendapatkan pendanaan awal dari Kemenristek, jadi ia masuknya melalui inkubator almamaternya yakni Universitas Indonesia, tepatnya di Direktorat Inovasi dan Inkubator Bisnis UI.
ADVERTISEMENT
Melalui DUIIB tersebut, Aji mendapatkan kesempatan short course ke London, Inggris selama dua minggu. Kompetisinya sendiri di UK Ambassy, Jakarta. Javatech (salah satu produknya adalah utKliq) pun lolos ke Inggris dari 12 startup lainnya.
Di Inggris ia makin mendapatkan guyuran ilmu bagaimana mengelola start-up dari praktisi perusahaan rintisan langsung di London.
"utKliq bisa digunakan aplikasinya hanya saja tidak open untuk publik melainkan untuk pabrik. Sebab IP yang akan ditembakkan dari apps itu ke IP pabriknya. Menyedot data dari IP pabrik tersebut," ungkapnya.
Sayangnya, pengenalan aplikasi belum begitu meluas karena masih mengandalkan metode secara konvesional door to door. [@paramuda]