Persaingan Politik yang Curang pada Novel Negeri di Ujung Tanduk Karya Tere Liye

Muhammad Sultan Alfharo
Mahasiswa Universitas Pamulang, Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Indonesia
Konten dari Pengguna
10 Desember 2022 14:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Sultan Alfharo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Novel Negeri di Ujung Tanduk Karya Tere Liye | Sumber Foto: Foto pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Novel Negeri di Ujung Tanduk Karya Tere Liye | Sumber Foto: Foto pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Politik tidak akan terlepas dari persaingan. Persaingan dalam politik merupakan suatu bentuk perbedaan pendapat atau ideologi antara seorang individu dengan individu lain. Hal ini kerap terjadi jika suatu tujuan yang ingin dicapai oleh satu kelompok organisasi berbeda dengan kelompok lain. Persaingan antar kubu dalam dunia perpolitikan akan selalu terjadi dan tidak dapat terhindarkan karena masing-masing kubu akan saling mempertahankan ideologinya, terlebih jika itu dalam kontes perebutan kursi kedudukan dan jabatan. Dalam sejarah persaingan politik sudah biasa terjadi persaingan antar kelompok, dan dalam persaingan tersebut cenderung terjadi kecurangan. Kecurangan dapat berupa sebuah fitnah atau rekayasa dengan tujuan menjatuhkan pihak lawan, sebuah kelompok yang melakukan kecurangan tidak akan memandang musuhnya itu seorang yang berpengaruh atau tidak. Apabila politisi tersebut memiliki kuasa dan wewenang lebih, mereka akan dapat dengan mudah melakukan banyak rekayasa hukum.
ADVERTISEMENT
Pada kesempatan kali ini, penulis akan mengulas secara singkat mengenai bentuk kecurangan-kecurangan para politikus yang direpresentasikan oleh tokoh-tokoh dalam sebuah karya sastra berupa novel. Adapun novel yang digunakan penulis, yakni novel yang berjudul "Negeri di Ujung Tanduk" karya Tere Liye. Dalam novel tersebut penulis menemukan bahwa ada tiga bentuk kecurangan yang direpresentasikan oleh tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel "Negeri di Ujung Tanduk" karya Tere Liye.
Baik, langsung saja pada pembahasannya, pertama penulis menemukan adanya bentuk kecurangan berupa pengancaman yang direpresentasikan oleh tokoh Thomas dan JD sebagaimana kutipan berikut.
“Selamat malam Thomas, pikirkanlah kalimatku, atau aku terpaksa menuduhmu terlibat dalam kasus berat, pembunuhan misalnya atau pilihan lain, aku segera menghubungi kepolisian Hongkong. Mereka dengan senang hati menerima buronan besar.” (Liye, 2020:202).
ADVERTISEMENT
Dari kutipan di atas, Thomas sebagai konsultan politik JD mendapat sebuah ancaman yang dapat membuat dia dan JD tercoreng nama baiknya.
Selanjutnya, penulis menemukan adanya bentuk kecurangan kedua, yaitu fitnah dan tuduhan dengan rekayasa barang bukti yang memberatkan JD, klien Thomas hingga ia ditangkap. Sebagaimana yang tergambar dalam kutipan berikut.
“Mereka hanya memaparkan singkat bahwa seluruh proses penangkapan inisial JD, tersangka kasus korupsi megaproyek tunnel raksasa Jakarta, telah memenuhi prosedur resmi kepolisian.” (Liye, 2020:182).
Dalam kutipan di atas, dapat kita ketahui bahwa lawan politik yang bersaing dengan Thomas merekayasa atau memanipulasi kasus korupsi yang tidak pernah dilakukan oleh JD saat menjadi Gubernur. Tuduhan demi tuduhan diberikan kepada Thomas dan kliennya, mulai dari mencoreng nama baik JD yang dikenal sebagai calon pemimpin yang baik dan menjanjikan, menjadi pelaku korupsi.
ADVERTISEMENT
Bentuk kecurangan terakhir yang terdapat pada novel "Negeri di Ujung Tanduk", adalah konspirasi yang dilakukan oleh lawan politik Thomas. Mereka melakukan penangkapan dengan bukti yang sengaja diselundupkan di kapal pesiar Thomas, hingga membuat Thomas menjadi buronan di negara Hong Kong. Sebagaimana yang tergambar dalam kutipan berikut.
“Opa dan aku dituduh menyelundupkan seratus kilogram heroin dan satu karung besar berisi senjata, granat, serta bahan peledak. Hukuman mati menunggu Opa di Hong Kong dan daratan China – tanah kelahirannya” (Liye, 2020: 257).
Dari ulasan singkat yang penulis lakukan, diperlihatkan bahwa terjadi persaingan politik yang digambarkan dalam novel "Negeri di Ujung Tanduk" karya Tere Liye membuat kita sebagai pembaca mengetahui bagaimana perpolitikan di suatu Negara, Tere Liye menghadirkan sejumlah permasalahan yang pelik dan berat, membuat novel ini menjadi satu sasaran tepat untuk dibaca. Pemahaman yang baik dari penulis mampu memberikan gambaran hitam putihnya dunia politik dengan cara yang mudah dipahami untuk pembaca dari berbagai kalangan.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
Liye, Tere. (2020). "Negeri di Ujung Tanduk". PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.