Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Kenakalan Anak dan Kesalahan Paradigma Orang Tua
30 September 2021 14:22 WIB
Tulisan dari Muh Taufiqur Rahman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam Perspektif Pendidikan

Apakah Nakal itu baik?
Apa reaksi kita sebagai orang tua ketika melihat anak kita tidak mau mengerjakan PR dari bapak / ibu guru, atau bagaimana perspektif orang tua melihat anak yang tidak mau belajar dan hanya ingin bermain saja? Satu permasalahan yang paling sering disampaikan orang tua tentang anak-anak mereka adalah keluhan mereka terhadap tingkah pola anak-anak. Umumnya, orang tua mengeluh dan menyampaikan kejengkelan mereka kepada para guru atau pembimbing mereka di sekolah atas apa yang orang tua lihat dari diri si anak. Idiom Nakal sering bahkan selalu disertakan dalam setiap keluhan mereka.
ADVERTISEMENT
Sebagai guru dan pendidik, kita selalu bertanya dan merenung di dalam hati kita apakah benar anak-anak tersebut memang anak-anak nakal? Apakah dengan prilaku tersebut, mereka sudah layak dilabeli anak nakal? Benarkah mereka berprilaku seperti itu murni dari diri mereka sendiri atau kah ada peran orang tua disana?
Terlepas dari asumsi bahwa anak nakal adalah anak yang kerjanya hanya bermain-main saja. Namun sebenarnya bagi seorang anak, bermain adalah sebuah anugerah dan bahkan sebuah pembelajaran yang berharga dalam kehidupan mereka. Bermain adalah kendaraan multiguna yang memungkinkan seorang anak untuk menemukan sesuatu yang baru, penting dan mengandung ilmu pengetahuan. Bermain akan memberikan dorongan pada kemampuan motorik , kecerdasan dan emosional anak sehingga itu kemudian membekas dalam memori besar anak hingga dewasa bahkan seumur hidup mereka.
ADVERTISEMENT
Ketika anak melakukan aktifitas berupa permainan, anak sebenarnya sedang belajar menjalankan motorik, kecerdasan dan emosi mereka secara bersamaan. Anak belajar berinterkasi dengan teman dan bersosialisasi dengan lingkungan, hingga mereka kemudian belajar tentang sesuatu yang benar dan sesuatu yang salah. Dari sini kita kemudian mengambil sebuah kesimpulan bahwa bermain adalah pembelajaran bagi anak.
Jadi bermain tidak sekedar menyenangkan bagi anak atau terkesan negatif di mata orang tua, namun sebenarnya bermain sangatlah berguna bagi anak. Beberapa manfaat bermain bagi anak-anak di antaranya:
1. Merangsang kemampuan berbicara, khususnya pada balita dan anak-anak belajar untuk menguasai bahasa dan berbicara. Lewat bermain, anak-anak mengenal kosakata baru dan belajar bagaimana berkomunikasi dengan temannya.
2. Melatih fungsi kognitif dan eksekutif, anak juga bisa mengendalikan rentang fokus, emosi, fleksibilitas kognitif, dan juga daya ingat. Di sisi lain, anak yang jarang bermain ternyata berisiko kesulitan menjaga fokus dalam rentang waktu lebih lama.
ADVERTISEMENT
3. Melatih problem solving, bahkan anak bisa terlatih untuk berdiskusi hingga berdebat dengan temannya terkait solusi sebuah masalah.
4. Baik untuk kesehatan dan kebugaran fisik. Bermain juga membuat anak bisa melatih motorik halus dan kasar. Selain itu, bermain juga mengurangi risiko anak-anak merasa stres, depresi, obesitas, atau lesu. Kepercayaan diri anak juga bisa meningkat dengan bermain bersama teman sebayanya.
5. Membangun kecerdasan sosial emosional anak. Bermain akan mengasah kemampuan sosial dan emosional ketika menghadapi teman baru atau situasi yang belum pernah dihadapi sebelumnya.
6. Menemukan minat dan bakat. Orang tua akan melihat apakah anak lebih suka bermain yang mengandalkan motorik kasar atau aktivitas fisik, atau sebaliknya lebih betah bermain lama dalam permainan yang melibatkan motorik halus. Selain itu, anak juga bebas berimajinasi saat sedang bermain.
ADVERTISEMENT
Kembali kepada topik utama tentang kenakalan anak, Kadangkala “kenakalan” adalah tahap yang harus dilewati oleh seorang anak, yang akan menjadikannya lebih banyak mengalami, mampu merasakan kesedihan dan kebahagiaan orang lain serta membuat mereka tahu apa yang harus ia lakukan.
Kunci kesuksesan anak adalah orang tua
Bagi orang tua, yang perlu dilakukan adalah mengarahkan energi kecerdasan dan kreatifitas anak kepada hal-hal yang positif, lebih bermanfaat dan berdaya guna bagi diri sendiri ataupun orang lain. Tentu hal itu orang tua lakukan dengan tanpa kekerasan secara fisik maupun psikis kepada anak. Tanpa paksaan dan melukai perasaan anak. Namun ajak lah anak bermain dan berjalan-jalan atau berkumpul sambil menikmati hari libur bersama keluarga.
ADVERTISEMENT
Bagi anak yang suka berantem dengan temannya, maka orang tua hanya perlu melakukan sedikit pembinaan dan arahan dengan bahasa yang halus dan perhatian sehingga anak kemudian merasa nyaman dan diperhatikan. Selain itu, orang tua perlu memperhatikan dan mengawasi dengan siap anak kita bergaul. Kunci dari kesuksesan anak adalah orang tua. Maka sejatinya orang tua yang baik akan selalu membantu anaknya dengan cara yang baik pula, dan awal dari itu adalah pola komunikasi dan hubungan antara orang tua dan anak. Membangun hubungan yang baik dengan anak dan pembiasaan berkomunikasi di setiap munculnya problem, akan memotivasi anak untuk lebih baik.