KKN Untag Surabaya - Pengoptimalan Pemanfaatan Maggot di Desa Banggle, Blitar

Muhammad Viqi
Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 prodi Sastra Inggris
Konten dari Pengguna
16 Januari 2023 20:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Viqi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Blitar, 11 Januari 2023, Muhammad Viqi
Kampus Universitas 17 Agustus 45 melakukan KKN di Desa Banggle, Blitar. Mahasiswa Untag melakukan pendekatan terlebih dahulu dengan Pak Mujianto yang biasa disapa (Pak To). Pak Mujianto adalah seorang yang mengelola maggot sendiri tanpa dibantu orang lain. Awal mula berdirinya maggot tersebut dengan adanya ide yang memanfaatkan TPS sebagai tempat yang efektif untuk membudidayakan maggot sebagai pengurai sampah organik. Pak Mujianto sendiri awal mulanya juga belajar dari seseorang yang pernah memiliki budidaya maggot, dengan bekal seadanya Pak To memberanikan diri untuk memulai budidaya maggot yang awal mula dengan membeli maggot basah kepada seorang yang pernah memberi bekal ilmu tentang budidaya maggot. Maggot atau dalam penyebutan lain disebut dengan belatung merupakan larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia Illucens dalam bahasa Latin. Seperti yang sudah disebutkan bahwa maggot merupakan larva dari jenis lalat yang awalnya berasal dari telur dan bermetamorfosis menjadi lalat dewasa.
ADVERTISEMENT
Tubuh maggot berwarna hitam dan sekilas mirip dengan tawon. Siapa sangka dibalik itu semua, maggot memiliki potensi untuk dibudidayakan. Bagi beberapa orang, budidaya maggot merupakan potensi yang menggiurkan untuk dikembangkan.
Seiring waktu budidaya maggot yang dijalankan Pak To berhasil semakin dan semakin berkembangan meskipun tidak dengan skala besar budidaya maggot di desa Banggle, Blitar tetep berjalan. “Maggot basah dan telur maggot sudah pernah edar tapi hanya di sekitar wilayah desa Banggle, Blitar” ujar Pak To
Kedatangan kami mahasiswa Untag ini bertujuan untuk memberikan edukasi dan sosialiasi terhadap pengelola maggot (Pak To), karena maggot sendiri memiliki banyak manfaat yang belum Pak To ketahui. Di dalam maggot sendiri setiap partnya dapat menghasilkan pundi-pundi uang. Menjadikan maggot basah ke maggot kering, sisa kasgot dijadikan pupuk kasgot organik, dan telur maggot sendiri juga dapat dipasarkan. Edukasi yang pertama kita lakukan adalah menyosialisasikan tentang pemasaran maggot pada e-commers atau sering kita ketahui market place yang berada pada setiap media sosial. Dengan jangkauan yang luas pada media sosial Pak To juga nantinya akan mendapatkan Mitra dan pengepul maggot itu sendiri.
Proses panen maggot (sumber dokumentasi pribadi)
Maggot basah juga dapat dijadikan sebagai pakan ternak, pakan ikan, karena didalam kandungan maggot memiliki banyak protein, ya walaupun makanan maggot sendiri dari olahan sampah organik tetapi makanan yang akan diberikan juga dipilah dan difermentasi. Meskipun begitu hasil maggot yang berada di bawah pembudidayaan Pak To memiliki kualitas yang sangat bagus, dengan didampingi mahasiswa Untag kami mengenalkan kepada Pak To untuk mengelola maggot basah menjadi maggot kering yang dimana pasar maggot kering jika diperjual belikan 1 kg dapat mencapai 60 ribu dan sisa kasgot dapat dijadikan pupuk kasgot organik yang bagus untuk tanaman.
Pengambilan maggot yang siap panen (sumber dokumentasi pribadi)
Dengan didampingi Bapak Mochammad Fredy, S.Pd., M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Muhammad Viqi mahasiswa Sastra Inggris mengoptimalkan manfaat maggot untuk dijadikan suatu penghasilan sampingan. Jika dalam skala besar maggot juga dapat menghasilkan pundi-pundi uang yang sangat besar.
ADVERTISEMENT
#KitaUntagSurabaya
#UntukIndonesia
#UntagSurabayaKeren
#EcoCampus
#KampusKompeten