Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Mudik Lebaran: Tradisi yang Dinanti Pasca Pandemi
4 April 2023 13:50 WIB
Tulisan dari Muhammad Wafa Ridwanulloh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pandemi Melumpuhkan Tradisi Mudik Hingga Laju Ekonomi
ADVERTISEMENT
Dunia berhenti sejenak, tersentak dan dikagetkan dengan hadirnya sesuatu yang super kecil tak kasat mata tapi berbahaya. Sesuatu itu bernama Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) yang menular dan mematikan. Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan menyerang pernapasan. Virus ini pertama kali terdeteksi pada akhir tahun 2019 di Wuhan, China. Kisah pandemi dimulai, virus ini menyebar dari satu tubuh ke tubuh yang lain, bahkan dari satu negara ke negara yang lain. Tidak terkecuali Indonesia yang pada bulan Maret 2020 mendeteksi adanya kasus pertama orang yang terinfeksi Coronavirus ini. Sejak saat itu kasus Covid-19 terus bertambah, Indonesia menghadapi gelombang pertama pandemi.
ADVERTISEMENT
Pemerintah mengantisipasi penyebaran virus ini dengan beragam pembatasan-pembatasan aktivitas masyarakat. Bulan April 2020 Pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kemudian Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali yang akhirnya menjadi PPKM Mikro pada awal 2021. Kasus terus naik, pemerintah memberlakukan PPKM Darurat hingga PPKM berlevel. Gelombang pandemi pun terus berubah, dari varian delta hingga omicron. Pandemi benar-benar melumpuhkan kegiatan masyarakat, terutama kegiatan usaha kecil dan menengah. Ekonomi kalangan menengah ke bawah nyaris mati. Masyarakat berada pada dilematis tinggi antara menjaga diri dari virus dan menghidupi keluarga dengan tetap mencari nafkah.
Bukan hanya ekonomi, banyak dimensi kehidupan masyarakat berubah 180 derajat. Mulai dari pendidikan, keagamaan, kesenian, sosial, budaya, dan tradisi. Bahkan, tradisi tahunan yang memiliki manfaat luas bagi UMKM, yaitu mudik lebaran juga ditiadakan. Jangankan mudik lebaran, kegiatan keagamaan pun saat darurat pada waktu itu benar-benar dibatasi. Terlebih mudik yang memungkinkan mobilitas orang meningkat dan dikhawatirkan virus akan lebih cepat menyebar. Lebaran 2020 adalah lebaran pertama tanpa mudik atau dalam istilah lainnya pulang kampung. Malang nian nasib para perantau yang tidak dapat bertemu dengan keluarga dan menikmati gema takbir di kampung halaman. Rumah makan, rest area, dan perusahaan angkutan umum jelas terkena imbasnya.
ADVERTISEMENT
'Mudik Virtual', Kasih Sayang Tetap Mengalir
Mudik dilarang, jalan tikus pun menjadi pilihan. Masyarakat mungkin belum terbiasa dengan larangan mudik, tradisi tahunan yang tidak bisa dihilangkan begitu saja. Meski kondisi darurat, masih ada saja masyarakat yang nekat mudik menggunakan berbagai macam cara agar dapat lolos dari pantauan petugas. Namun, tidak sedikit juga yang mengikuti arahan pemerintah dengan bersilaturahmi secara virtual atau melalui dunia maya. Benar, pandemi menuntut masyarakat untuk lebih peka dalam memanfaatkan teknologi sehingga daripada mengundang bahaya akhirnya bersilaturahmi secara virtual. Meskipun rasanya berbeda, tetapi hikmah dan esensi silaturahmi untuk saling mendoakan tetap ada.
Hingga tahun 2021 mudik masih dibatasi oleh pemerintah karena dibayang-bayang virus Covid-19 yang terus meningkat kasusnya. Masyarakat mulai terbiasa dengan larangan mudik dan semakin cakap menggunakan media untuk silaturahmi secara virtual. Meskipun demikian, keinginan untuk menyambungkan kebahagiaan masyarakat masih tinggi. Banyak kalangan perantau yang ingin memberikan tanda mata sebagai wujud kasih sayang yang terus mengalir. Saat mudik dilarang, tidak ada pilihan lain selain mengirimkan persembahan atau tanda mata untuk keluarga di kampung halaman dengan jasa pengiriman barang, salah satunya adalah JNE yang memiliki motto #connectinghappiness.
ADVERTISEMENT
Saat pembatasan arus mudik, polisi dan TNI melakukan penyekatan-penyekatan di berbagai wilayah. Kendaraan-kendaraan pribadi dilarang keluar masuk. Kendaraan yang diperbolehkan keluar masuk dari satu kota ke kota lain hanyalah kendaraan yang sifatnya darurat, salah satunya kendaraan logistik. JNE sebagai salah satu jasa ekspedisi memiliki keleluasaan untuk berperan menyambungkan kebahagiaan dan mengalirkan kasih sayang meski terhalang jarak ribuan mil jauhnya. Momentum lebaran memang tidak ingin dilewatkan begitu saja. Tradisi 'mudik virtual' tetap berjalan pada dasarnya meskipun tidak bertemu secara langsung. Namun, kebaikan dan kasih sayang yang diberikan dapat terus mengalir dengan hadirnya jasa ekspedisi seperti JNE.
Sekarang Bisa Mudik Lagi!
Ikhtiar berbagai pihak dalam berkolaborasi bangkit bersama dan mengembalikan keadaan berbuah hasil manis. Indonesia mampu bertahan di tengah gempuran krisis kesehatan dan ekonomi. Hal ini menjadi bukti bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Musibah ini tentu tidak berlaku hanya untuk Indonesia, hampir seluruh penduduk bumi merasakan pandemi Covid-19. Prinsip bangsa Indonesia yang mengedepankan gotong royong sangat tampak untuk pulih bersama melawan Covid-19. Seluruh unsur berperan penting, bahu membahu saling mendukung dan mengingatkan. Tentu, pandemi ini menjadi refleksi untuk terus meningkatkan kolaborasi dan gotong royong.
ADVERTISEMENT
Berbagai pihak seperti pemerintah, tenaga kesehatan, tenaga pendidik, masyarakat sipil, TNI/Polri, pengusaha kecil dan menengah, pengusaha besar, dan masih banyak lagi memiliki peran strategis. Dapat dibayangkan, apabila bangsa ini terpecah belah saat kondisi darurat, tentu masalah besar akan menghampiri. Hingga akhirnya, ditemukan vaksin yang memberikan angin segar bagi masyarakat. Atas kerjasama masyarakat yang mematuhi aturan, mau bersabar, dan bergerak aktif saling menolong, tahun 2022 pandemi mulai melandai. Kabar baiknya, tahun itu juga menjadi tahun pertama pemerintah memperbolehkan kembali mudik setelah ada larangan ketat. Pemudik di tahun 2022 memang tidak sebanyak tahun 2019, sebelum pandemi, karena ada beberapa aturan ketat yang harus dijalani oleh pemudik. Meski demikian, masyarakat berbahagia, karena tradisi tahunan dapat terlaksana kembali.
ADVERTISEMENT
Mudik yang dilakukan tetap menjaga keamanan dan kesehatan dengan menerapkan protokol kesehatan. Berbagai moda transportasi kembali beroperasi, UMKM perlahan tumbuh, rest area kembali dibuka, akhirnya pertumbuhan ekonomi perlahan menemukan titik terang. Tahun ini (2023) saat pandemi sudah berubah menjadi endemi (keadaan normal), diprediksi arus mudik akan meningkat. Kebahagiaan atau happiness masyarakat juga diharapkan dapat meningkat. Tentu kebahagiaan tersebut harus diraih dengan tetap menjaga kesehatan dan kenyamanan. Dengan demikian tradisi mudik yang aman, tenang, dan sehat akan membawa dampak positif bukan hanya bagi pribadi saja, melainkan mempengaruhi sektor lain.
Sudah terbayang, mudik tahun ini akan memberikan rasa yang amat berkesan. Kita akan menikmati gema takbir bersama keluarga dengan hidangan lebaran yang khas. Sanak saudara dari berbagai daerah berkumpul bersama. Petasan silih bersahutan di langit menandakan hari kesucian telah tiba. Momen bermaaf-maafan, berbagi kebahagiaan, dan silaturahmi tentu menjadi hal yang paling dinantikan. Tradisi mudik bukan hanya sebagai adat yang melekat, lebih dari itu mudik adalah momentum berbagai kebahagiaan dan kasih sayang dengan sesama.
ADVERTISEMENT
Pandemi Berhenti, Kini saatnya Bangkit dan Berkolaborasi
Seperti roda, kehidupan terus berputar saling mengisi dan melengkapi. Masa-masa sulit kini dapat dilalui dengan apik dan penuh hati-hati. Semangat kolaborasi telah membawa kita pada dimensi kemenangan melawan pandemi. Sejatinya, kita hanya manusia biasa yang diberi tugas ikhtiar. Selebihnya, kita serahkan pada Yang Maha Kuasa. Kasih sayang sesama telah membuktikan bahwa kita mampu melewati keadaan yang sulit dan darurat. Semua berusaha bangkit dan bergotong royong, tanpa memandang perbedaan warna kulit, bahasa, ras, dan golongan. Pandemi memberi makna tentang arti kemanusiaan yang egaliter atau setara. Meminjam kalimat bijak Kang Maman Suherman, seorang pegiat literasi, "Pembeda hanyalah tanda pengenal masing-masing. Selebihnya kita sama dalam kemanusiaan."
ADVERTISEMENT
Kini, pandemi telah berhenti (meskipun harus tetap waspada), tradisi mudik digelar lagi, UMKM bangkit dari mati suri, dan berbagai sektor juga telah pulih kembali. Kesempatan besar ini harus dimaksimalkan sebagai ajang untuk bangkit bersama. Jika ternyata kita mampu mengalahkan pandemi dengan semangat kebersamaan dan kolaborasi, maka sejatinya problematika bangsa yang lain juga akan mudah diatasi. Sudah saatnya kita bersatu, menjadi bangsa yang utuh dan menjauhi perpecahan. Bangsa Indonesia telah berhasil menjadi contoh bagi negara yang lain dalam memaknai kebersamaan dan gotong royong. Terlepas masih banyak kekurangan dalam berbagai sisi, patut rasanya kita bersyukur sudah sampai pada titik membahagiakan ini. Mari bangkit dan berkolaborasi.
Semoga, mudik tahun ini dapat memberikan warna baru dan memberikan makna pentingnya kebersamaan dan nilai-nilai kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
"Dimana bumi dipijak, disitulah kita harus menebar manfaat."