Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Konten dari Pengguna
Terpecahnya Partai Nasional Indonesia (PNI) Menjadi PNI-Baru dan Partindo
14 November 2022 15:29 WIB
Tulisan dari Muhammad Yanuar Rizki tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Organisasi pergerakan nasional Indonesia timbul pada awal abad XX sebagai akibat penjajahan kolonial Belanda, serta dipengaruhi oleh berbagai peristiwa yang mendahuluinya, baik peristiwa yang terjadi di luar negeri maupun di dalam negeri. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar negeri, seperti Kemenangan Jepang atas Rusia Tahun 1905 yang oleh bangsa Asia dipandang sebagai kemenangan Timur atas Eropa, sehingga mampu menyemangati bangsa-bangsa Timur lainnya, termasuk Indonesia; perjuangan Turki Muda di bawah pimpinan Mustafa Kemal Pasha, yaitu suatu gerakan untuk mencapai perbaikan nasib seperti dalam pernyataan Woodrow Wilson sebagai Presiden Amerika Serikat yang mendengungkan Wilson's Fourteen Points dalam Piagam PBB. Terutama tentang the right of self determination (hak menentukan nasib sendiri tiap bangsa), telah mempercepat proses timbulnya pergerakan nasional Indonesia.
ADVERTISEMENT
Peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam, misalnya adanya kebijakan Politik Etis yang dijalankan Pemerintahan Hindia Belanda sejak akhir abad XIX telah menimbulkan dampak yang luas dalam bidang pendidikan. Dengan bernaung di bawah Politik Etis, Pemerintahan Hindia Belanda perlahan-lahan memperluas kesempatan bagi anak-anak Indonesia dari golongan atas untuk mengikuti sekolah-sekolah berbahasa Belanda pada tingkat dasar dan menengah. Sampai akhir Perang Dunia I kebijaksanaan dalam bidang pendidikan ini telah menghasilkan beberapa lulusan yang makin lama meningkat jumlahnya.
Para mahasiswa yang ada di negara Belanda memiliki kesadaran politik yang cukup tinggi. Banyak diantara mereka yang telah aktif dalam organisasi pemuda sewaktu masih berada di Indonesia, sehingga tidak mengherankan setelah berada di Belanda mereka terus terlibat dalam pergerakan nasional dan bergabung dalam organisasi Perhimpunan Indonesia. Kalangan pergerakan nasional di Indonesia sendiri nampaknya berangsur-angsur berhasil dipengaruhi oleh organisasi Perhimpunan Indonesia. Bahkan ada kejadian penting yang timbul di tanah air yang secara langsung mendapat ilham dari perjuangan organisasi Perhimpunan Indonesia, yaitu berdirinya Studie Club (Kelompok Belajar) dan Partai Nasional Indonesia (PNI).
ADVERTISEMENT
Lahirnya Partai Nasional Indonesia (PNI) dilatarbelakangi oleh situasi sosial politik yang kompleks, dimana pemberontakan PKI tahun 1926 telah membangkitkan semangat baru di kalangan kaum terpelajar untuk menyusun kekuatan baru guna menghadapi kolonialisme Belanda. Pembubaran PKI dan pelarangan kegiatan politik yang makin keras dilakukan oleh Pemerintah Hindia Belanda, justru tidak mengendorkan semangat kehidupan politik di kalangan kaum terpelajar. Tindakan Pemerintah Hindia Belanda telah memberi dorongan untuk mengubah Kelompok Studi Umum (Algemene Studie Club) di Bandung menjadi partai politik yang berhaluan tegas.
Partai Nasional Indonesia (PNI) didirikan oleh Ir. Soekarno dan kawan-kawannya pada tahun 1927. PNI adalah aktualisasi dari ideologi nasionalisme sekuler dalam pergerakan politik Indonesia. Soekarno seorang gifted leader, banyak belajar dari pengalaman-pengalaman dan kelemahan-kelemahan Serikat Islam (SI) dan Partai Komunis Indonesia (PKI). PNI adalah partai non kooperasi yang memiliki tujuan kemerdekaan. Partai ini cepat mendapat dukungan rakyat, tetapi PNI sebagai benteng nasionalisme sekuler tidak hidup lama. Timbul pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) tahun 1926 dan sikap non kooperasi PNI yang dianggap oleh Pemerintah Kolonial Belanda sebagai tindakan radikal, diantaranya berakibat pada akhir tahun 1929 Soekarno dan beberapa tokoh PNI ditangkap dan dihukum. Dengan dipelopori oleh Mr. Sartono, PNI yang baru berumur beberapa tahun dibubarkan pada tahun 1931. Dengan pembubaran ini mengundang perpecahan yang pertama di kalangan pendukung ideologi nasionalisme sekuler. Pihak yang pro pembubaran mendirikan Partai Indonesia (Partindo) dengan pimpinan Sartono, sedangkan yang menentang mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-Baru) di bawah pimpinan Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir.
ADVERTISEMENT
Sebab-Sebab Pecahnya Partai Nasional Indonesia (PNI) Menjadi Partai Indonesia (Partindo) dan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-Baru)
Pada akhir tahun 1929 tersiar kabar yang bersifat provokasi, yang mendesas-desuskan bahwa PNI akan mengadakan pemberontakan pemberontakan pada awal tahun 1930. Maka berdasarkan berita provokasi ini tanggal 24 Desember 1929 Pemerintah Hindia Belanda mengadakan penggeledahan dan menangkap empat pimpinan PNI, yaitu Ir. Soekarno, Maskun, Gatot Mangkupraja dan Supriadinata. Penangkapan terhadap tokoh-tokoh PNI pada akhir bulan Desember 1929 itu membawa dampak luas dan mendalam dikalangan kaum pergerakan nasional. Dalam masa menunggu peradilan itu, di arena politik terjadi pergolakan yang penuh perselisihan antara pemimpin-pemimpin, kelompok-kelompok, serta aliran-aliran.
Setelah Soekarno ditangkap, PNI menghentikan hampir semua kegiatan politiknya, dan setelah para pemimpin PNI itu dijatuhi hukuman penjara maka pada bulan April 1931 pengurusnya membubarkan PNI. Sebagai gantinya mereka membentuk Partai Indonesia (Partindo) yang semua keinginan atau tujuannya sama dengan keinginan dan tujuan PNI yang lama yaitu Indonesia Merdeka. Sebegitu jauh perpecahan pendapat tentang arah dan kepemimpinan PNI sejak Desember 1928 masih terbatas pada kelompok-kelompok kecil bekas anggota PNI yang kemudian bersatu untuk saling membantu dan mencari beberapa alternatif untuk Partindo. Kemudian, terutama oleh golongan yang pembubaran PNI yang dipelopori oleh Sudjadi dan sesuai dengan kehendak Mohammad Hatta, maka didirikanlah Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-Baru).
ADVERTISEMENT
Akibat Pecahnya PNI Menjadi Partindo dan PNI-Baru
Setelah kongres pembubaran PNI pada tanggal 25 April 1931, dibentuklah suatu panitia untuk mendirikan partai pengganti PNI, sehingga dengan cepat dalam tahun itu juga didirikan Partindo oleh Mr. Sartono dan kawan-kawan di Jakarta. Kemudian, terutama oleh golongan yang anti pembubaran PNI dan dipelopori oleh Sudjadi dan sesuai pula dengan kehendak Drs. Mohammad Hatta dari Netherlands, maka didirikanlah PNI-Baru.
Setelah Soekarno masuk Partindo, orang-orang menjadi sering menyebut bahwa Partindo adalah partainya Soekarno dan PNI-Baru merupakan partainya Hatta dan Syahrir. Rupanya hal ini dapat dibenarkan karena yang mendominasi partai-partai itu adalah Soekarno di satu pihak dan Hatta Syahrir di pihak lain. Soekarno berpendidikan Barat dan ia bukan satu-satunya yang berpengaruh di dalam Partindo tetapi ada pemimpin lain seperti Ali Sastroamijoyo, Sartono, Iskaq, Suyudi dan lain-lain. Hatta dan Syahrir jelas berpendidikan Barat dan penganut sosialisme dan demokrasi. Dengan demikian, maka pada waktu itu tampaknya ada suatu pembagian tugas, kekuatan Partindo di bawah pimpinan Soekarno menggerakan massa aksi, sedangkan kekuatan politik PNI-Baru di bawah Mohammad Hatta aktif dalam pendidikan kader dengan memanfaatkan pandangannya pada bidang ekonomi.
ADVERTISEMENT
Muhammad Yanuar Rizki, Mahasiswa Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang