Konten dari Pengguna

Mengapa Perempuan Bisa Menjadi Tulang Punggung Keluarga?

Muhammad Yusup Khan
Saya Mahasiswa dari Universitas Pamulang yang sedang menjalankan Program Studi S1 Sastra Indonesia.
19 Oktober 2022 15:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Yusup Khan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto oleh Mizuno K: https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita-meja-tulis-laptop-bekerja-13929400/
zoom-in-whitePerbesar
Foto oleh Mizuno K: https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita-meja-tulis-laptop-bekerja-13929400/
ADVERTISEMENT
Setiap orang memiliki kondisi yang berbeda-beda, ada yang dilahirkan dalam kondisi ekonomi serba berkecukupan yang tanpa harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan ada juga yang dilahirkan dengan kondisi ekonomi terbilang rendah yang dimana harus bekerja keras untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada umumnya di setiap rumah tangga laki-lakilah yang menafkahi atau menjadi tulang punggung dalam keluarganya. Namun, dengan adanya perkembangan zaman hal tersebut tidaklah harus berjalan pada semestinya. Kini predikat tulang punggung keluarga bukan hanya dipegang oleh laki-laki saja, tetapi predikat tersebut sekarang juga dipegang oleh para perempuan. Namun hal tersebut bukanlah yang diinginkan oleh para perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga, tetapi karena adanya paksaan dari kondisi yang mereka alami.
ADVERTISEMENT
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga pun membenarkan adanya hal tersebut. Beliau berpendapat bahwa kini salah satu hal yang membuat para perempuan menjadi tulang punggung keluarga itu adalah adanya dampak dari pandemi Covid-19. Cukup banyak para laki-laki yang menjadi kepala rumah tangga tidak bekerja lagi atau meninggal dunia karena Covid-19.
"Cukup signifikan angka perempuan yang terus menjadi tulang punggung dari keluarga mereka karena mungkin suaminya sekarang tidak bekerja atau sudah meninggal dunia akibat Covid-19," kata Bintang, pada acara 2nd Side Event dengan tema Rebuilding Women's Productivity Post Pandemic yang diikuti di Jakarta, Rabu (18/5).
Covid-19 bukanlah yang menjadi satu-satunya faktor penyebab perempuan menjadi tulang punggung keluarga, tetapi ada juga faktor-faktor lain yang mengharuskan perempuan menjadi tulang punggung keluarga. Misalnya seperti, pertama bisa jadi dikarenakan meninggalnya sang suami. Dengan adanya hal tersebut mau tidak mau perempuan atau istri terpaksa harus menjadi tulang punggung keluarganya, karena mengingat tidak lagi ada yang membiayai kehidupannya dan juga banyak biaya yang harus ditanggung olehnya setelah sang suami meninggal.
ADVERTISEMENT
Yang kedua, ditinggal suami karena bercerai. Dalam hal perceraian memang masih ada tanggung jawab yang diberikan dari mantan suami untuk anak-anaknya, namun dalam kehidupan yang terus berjalan juga membutuhkan biaya-biaya lainnya dan mantan suami juga belum tentu bisa terus memberi nafkah kepada mantan istri. Maka dari itu perempuan terpaksa harus bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, dan agar tidak bergantung pada mantan suami.
Ketiga, suami kehilangan pekerjaan. Dalam kondisi seperti ini mau tidak mau istri terpaksa harus turun tangan untuk membantu menstabilkan ekonomi keluarganya. Tidak mungkin seorang istri hanya diam saja ketika hal ini terjadi pada keluarganya, kebutuhan dalam kehidupan terus tetap berjalan. Jatuh bangun pada kehidupan dalam perekonomian sudah menjadi kewajaran, di saat jatuh kita butuh proses dan dukungan untuk kembali bangun lagi, diproses ini lah peran istri sangat dibutuhkan untuk membantu suami agar dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
ADVERTISEMENT
Keempat, bisa saja karena karir istri lebih bagus daripada karir suami. Dalam hal ini juga sangat memungkinkan untuk istri yang menjadi tulang punggung keluarganya, dikarenakan karir sang istri lebih unggul atau lebih bagus dan menjanjikan daripada karir suami. Namun, terkadang hal ini juga dapat menimbulkan adanya pertengkaran dalam rumah tangga, dikarenakan kecemburuan suami terhadap istri yang mendapat gaji lebih besar dari padanya. Atau juga bisa terjadi karena sang suami merasa tidak dihargai atau direndahkan dalam hal mencari nafkah untuk keluarganya. Akan tetapi pertengkaran tersebut dapat dihindarkan dengan adanya pemahaman dan pengertian dari kedua belah pihak.
Kelima, perempuan yang belum menikah. Dalam beberapa kondisi perempuan yang belum menikah sangat memungkinkan untuk menjadi tulang punggung keluarganya. Apalagi kalo dilihat dari kondisinya dia merupakan anak satu-satunya yang hanya tinggal bersama ibunya yang sudah berumur atau tidak bekerja. Mau tidak mau suka atau tidak suka beban keluarga harus dipegang olehnya karena tidak ada lagi yang harus diandalkan selain dirinya. Hal tersebut harus dilakukan karena untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
ADVERTISEMENT
Penjelasan diatas merupakan beberapa kondisi atau faktor yang dapat menyebabkan perempuan menjadi tulang punggung keluarga. Menurut sebuah riset yang sudah ada dalam Women Wealth Study dari Family Wealth Advisors Council, 4 dari 10 keluarga di Amerika Serikat, yang menjadi tulang punggung keluarganya iyalah para istri. Dengan peran istri yang menjadi tulang punggung keluarga dapat memperbesar perannya dalam rumah tangga. Umumnya tugas perempuan yang menjadi istri hanyalah mengurus pekerjaan rumah saja, bukan untuk mencari nafkah. Dengan adanya hal tersebut peran istri menjadi lebih besar.