Konten dari Pengguna

Mengulik Keindahan Syair Suluk Tarekat Rifaiyyah dalam Manuskrip

Muhammad Zaelani
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15 Desember 2020 5:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Zaelani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: eap.bl.uk
zoom-in-whitePerbesar
sumber: eap.bl.uk
ADVERTISEMENT
Membaca dan menelaah manuskrip merupakan suatu hal yang jarang dilakukan oleh masyarakat di zaman sekarang. Keterbatasan akses dan minimnya pengetahuan masyarakat terhadap manuskrip menjadi alasan utama masyarakat enggan membaca dan mengkaji manuskrip. Selain itu, asumsi bahwa manuskrip hanyalah benda usang yang tidak menyimpan urgensi apapun, khususnya untuk kehidupan di masa depan turut serta menjadikan manuskrip jauh dari kehidupan masyarakat sekarang, lebih-lebih perkembangan teknologi yang pesat memaksa masyarakat terbiasa dengan kehidupan yang serba digital.
ADVERTISEMENT
Di balik ketidaksadaran masyarakat akan manfaat manuskrip, manuskrip menunjukan dirinya sebagai harta karun yang menyimpan kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Manuskrip menghadirkan peristiwa masa lampau yang penuh dengan nilai-nilai kebudayaan. Disamping itu, manuskrip menjadi salah satu media yang paling efektif untuk menelusuri identitas bangsa. Manuskrip juga turut andil dalam perkembangan ilmu pengetahuan, misalnya manuskrip yang berisi tentang mitigasi bencana alam.
Fakta-fakta yang terjadi di masyarakat merupakan suatu keniscayaan yang tidak dapat dibantah. Realitas bahwa manuskrip jauh dari kehidupan masyarakat direspons baik oleh para pegiat pernaskahan, salah satunya dengan digitalisasi naskah yang dilakukan oleh British Library melalui Endangered Archives Programme. Sejak 2004 program ini telah mendigitalkan lebih dari delapan juta arsip yang terancam punah di seluruh dunia, salah satunya manuskrip yang berada di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Berbicara tentang manuskrip digital, beberapa hari lalu penulis menemukan sebuah manuskrip di website British Library dengan nomor pengenal EAP 211/1/4/20 yang cukup membuat penasaran. Manuskrip yang berada di Cirebon ini merupakan manuskrip koleksi warga bernama Muhammad Hilman. Ia juga mengoleksi beberapa manuskrip lain bertemakan agama islam, gramatika, hukum, hikayat, dan pengobatan tradisional. Manuskrip ini berbahan kertas eropa dengan ukurang panjang dan lebar naskah 21,5 x 15,5 cm, serta panjang dan lebar teks 18,5 x 11 cm. Manuskrip ini menggunakan bahasa dan aksara Arab. Manuskrip dengan jumlah 63 halaman ini berisi tentang suluk tarekat Rifaiyyah, di dalamnya terdapat syair-syair pujian kepada Allah dan Rasul, ajaran tentang budi pekerti, nama malaikat beserta tugasnya, nama Nabi dan Rasul, sanad tarekat Rifaiyyah, dll.
ADVERTISEMENT
Nama tarekat Rifaiyyah merupakan penisbatan kepada pendirinya, yaitu Ahmad bin Ali Abu al-Abbas ar-Rifai (500-578 H). Tarekat ini tumbuh subur di beberapa negara Timur Tengah dan Eropa Timur. Di Indonesia sendiri, tarekat ini tersebar luas di beberapa daerah pulau Sumatera. Ajaran tarekat Rifaiyyah mempunyai ciri yang tidak jauh berbeda seperti tarekat lainnya, seperti pembersihan jiwa dari sifat-sifat tercela, pengendalian hawa nafsu, melatih hati untuk selalu ingat Allah, dan penempaan diri secara lahiriah dan batiniah dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah. Ajaran-ajaran tarekat ini ditegaskan dengan kandungan suluk dalam manuskrip yang penulis baca, misalnya puji-pujian kepada Allah dan Nabi Muhammad.
بسم الله أمنّا بالله شيئ لله
عرفنا بالله لا يقطع احلا شيئ لله
ADVERTISEMENT
بسم الله توحيدا لله شيئ لله
تعظيما لله بادِر الوسْل شيئ لله
مرحباً بك محمّد مرحباً في مرحبًا
يا هلال في ودُبا أظهرُ الدين ونبا
انت غفّار الخطايا والذنوب المَوْبِقات
انت ستّار المسايا ومُقبِل العشرات
Selanjutnya perhatian penulis tertuju pada beberapa halaman dalam manuskrip yang menampilkan hiasan indah, dalam istilah studi filologi hiasan ini disebut iluminasi. Suatu hal yang menarik untuk dikaji apa makna dari hiasan-hiasan tersebut, bukan? Yang jelas kita mengetahui bahwa para leluhur kita mempunyai selera seni yang tinggi meskipun dalam keterbatasan.
Pada halaman keempat manuskrip penulis juga menemukan satu syair suluk dalam manuskrip. Disamping mengandung nilai-nilai spiritual, teks ini mempunyai makna yang mendalam dari segi susunan bahasa.
ADVERTISEMENT
Hati dan jiwaku berdebar setelah penyendirianku untuk-Mu wahai Zat yang menguasaiku.
Apabila Kau membiarkanku tersesat, air mataku mengalir deras tanpa batas.
Hatiku berdebar setelah melewati kesendirian.
Sebagai ganti, aku berada di puncak kerinduan yang selalu menerjang.
Cukup sudah bagiku tanpa ada kedengkian.
Wahai Zat yang yang Mahasuci.
Kembalikanlah semuanya pada rasa aman tenteram atas apa yang aku tuju.
Kunjungilah aku dalam kesempurnaan dan kecemburuan.
Syair ini berisi tentang munajat seorang hamba kepada Allah. Dalam penyendirian (berduaan hanya dengan Allah), ia berserah diri dan berharap Allah tidak membiarkannya dalam jalan yang salah. Ia merasakan getaran hati dan jiwa ketika bermunajat kepada-Nya. Rasa rindu yang menerjang membawanya pada harapan untuk berjumpa dengan Zat yang dituju, Tuhan Yang Mahasuci.
ADVERTISEMENT
Sungguh, suatu syair indah yang selama ini luput dari pantaun khalayak luas. Beberapa isi manuskrip di atas merupakan bagian kecil dari kekayaan yang dikandung manuskrip. Asumsi manuskrip hanyalah benda usang, lapuk, dan kuno dapat terbantahkan. Di luar sana, ribuan bahkan jutaan teks menunggu untuk kita baca dan telaah secara lebih komprehensif. Selamat membaca dan mengkaji manuskrip.