Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Pengaruh Tren Marriage Is Scary Dalam Menurunnya Angka Pernikahan Di Indonesia
19 September 2024 14:32 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Muhammad Zagar Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernikahan dalam pandangan Islam merupakan kewajiban dari kehidupan rumah tangga yang harus mengikuti ajaran-ajaran keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Hal ini senada dengan yang tercantum di dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang berbunyi “perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”
ADVERTISEMENT
Namun akhir-akhir ini marak di sosial media sebuah tren yaitu "Marriage Is Scary" yang berarti menikah itu menakutkan. Tren itu dimulai dengan banyaknya orang yang mengutamakan bahwasannya pernikahan itu sangatlah menakutkan terutama bagi seorang perempuan. Mirisnya tren ini banyak diikuti oleh kaum generasi z, terutama mereka yang sudah menginjak usia 20 tahun ke atas yang memang umurnya sudah matang untuk menikah. Dalam hal ini, generasi sekarang yang sampai saat ini statusnya belum menikah menganggap pernikahan sangatlah menakutkan dengan adanya tren ini, sehingga belakangan ini angka pernikahan di Indonesia menurun drastis.
Menurut laporan yang dikeluarkan oleh Badan pusat Statistik, angka pernikakahan di Indonesia terus menurun dalam lima tahun terakhir. Di tahun 2023, dilaporkan bahwa angka pernikahan di Indonesia 1.577.255, sedangkan pada tahun 2022 angka pernikahan di Indonesia mencapai 1.695.255 yang berarti mengalami penurunan sebesar 128.000.
ADVERTISEMENT
Menurut opini saya terdapat beberapa faktor terkait masalah pemuda zaman sekarang yang takut akan pernikahan. Salah satu faktor yang akan saya bahas adalah kurangnya bekal untuk pernikahan baik secara material maupun mentalitas. Bekal yang saya maksud bukan lah masalah yang sepele, seseorang yang akan menikah harus membekali anak-anaknya dengan ekonomi yang tercukupi dan harus menyiapkan mentalitas sebagai orang tua sehingga kelak akan timbul rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warohmah. Dengan adanya tren ini seharusnya pemuda dapat memanfaatkannya dengan cara melakukan perbandingan terkait cerita yang banyak diedarkan di sosial media dan mempelajari apa saja yang perlu disiapkan sebelum menikah bukan justru sebaliknya yaitu overthinking tentang pernikahan yang bahkan belum dialaminya.
Muhammad Zagar Firdaus Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ADVERTISEMENT