Konten dari Pengguna
Ketika Membaca Buku Ditinggalkan Demi Notifikasi yang Tak Kunjung Usai
7 Juli 2025 10:47 WIB
·
waktu baca 3 menitKiriman Pengguna
Ketika Membaca Buku Ditinggalkan Demi Notifikasi yang Tak Kunjung Usai
Di era digital, notifikasi kerap menggeser kebiasaan membaca. Artikel ini mengulas dampaknya dan cara menghidupkan kembali budaya literasi di tengah maraknya distraksi.Muhammad Zaidan Mufadhdhal Alyan

Tulisan dari Muhammad Zaidan Mufadhdhal Alyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Di era digital seperti sekarang, membaca buku seolah menjadi kebiasaan langka. Banyak orang yang merasa kesulitan untuk fokus membaca, bahkan hanya beberapa halaman saja. Padahal, membaca adalah salah satu aktivitas penting untuk melatih konsentrasi, memperluas wawasan, dan memperkaya imajinasi.
ADVERTISEMENT
Namun kenyataannya, perhatian kita kini lebih mudah tersedot oleh hal lain, terutama notifikasi dari gawai. Bunyi ting! yang muncul dari WhatsApp, Instagram, TikTok, atau aplikasi lainnya, seringkali mengganggu fokus dan membuat aktivitas membaca tak lagi semudah dulu.
Notifikasi Digital: Gangguan Kecil yang Berdampak Besar
Notifikasi memang tampak sepele, tapi dampaknya sangat besar terhadap pola pikir dan konsentrasi. Ketika kita sedang membaca, lalu tiba-tiba muncul notifikasi, maka otak langsung terdistraksi. Kita pun tergoda untuk membuka pesan, membalas chat, atau sekadar mengecek media sosial.
Hal ini menyebabkan otak sulit kembali fokus ke bacaan sebelumnya. Akibatnya, membaca menjadi aktivitas yang terputus-putus dan tidak lagi memberi pengalaman mendalam seperti dulu.
Banyak penelitian menyebutkan bahwa paparan notifikasi yang berlebihan bisa menurunkan kemampuan fokus, bahkan memicu stres ringan karena otak terus-menerus berpindah perhatian. Diantara banyaknya penelitian itu adalah sebuah studi dari University of California, Irvine, yang menemukan bahwa seseorang membutuhkan rata-rata 23 menit untuk kembali fokus setelah terdistraksi oleh notifikasi.
ADVERTISEMENT
Budaya Membaca yang Semakin Terkikis
Dulu, membaca adalah salah satu kebiasaan harian. Anak-anak terbiasa mendengar dongeng sebelum tidur. Remaja dan orang dewasa menikmati novel, majalah, atau surat kabar sebagai bagian dari rutinitas harian.
Namun, kini banyak orang lebih terbiasa menggulir layar gawainya daripada membalik halaman buku. Waktu luang dihabiskan dengan scrolling media sosial, menonton video pendek, atau bermain game online. Membaca buku mulai terasa berat dan membosankan, padahal manfaatnya sangat besar bagi perkembangan otak dan emosional.
Teknologi Bukan Musuh, Tapi Harus Dikelola
Kemajuan teknologi tidak salah. Gawai, aplikasi, dan media sosial adalah bagian dari kehidupan modern. Namun, yang perlu disadari adalah pentingnya mengatur waktu dan penggunaan gadget secara bijak.
Membaca dan menggunakan teknologi sebenarnya bisa berjalan beriringan, asalkan kita tahu kapan harus fokus dan kapan harus beristirahat dari notifikasi. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah:
ADVERTISEMENT
Membaca Adalah Investasi Jangka Panjang
Membaca bukan hanya soal menambah ilmu, tapi juga soal melatih kesabaran, memperkaya kosa kata, dan memperkuat daya pikir. Di tengah dunia yang serba cepat, membaca adalah bentuk perlawanan yang tenang dan membawa kita kembali ke dalam diri, berpikir lebih dalam, dan memahami dunia dengan sudut pandang yang lebih luas.
Maka dari itu, penting bagi kita untuk menghidupkan kembali budaya membaca. Meski notifikasi tak pernah berhenti, kita bisa memilih untuk menundanya sejenak demi hal yang lebih bermakna.
ADVERTISEMENT
Ketika membaca ditinggalkan demi notifikasi yang tak kunjung usai, maka yang hilang bukan sekadar kebiasaan, tapi juga kedalaman berpikir dan ketenangan batin. Mari mulai kembali, satu halaman demi satu halaman. Karena buku tak pernah pergi, hanya kita yang terlalu lama berpaling.