Konten dari Pengguna

Apakah Teknologi Membuat Kita Merasa Kesepian?

Azka Rifai
Mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada
15 Desember 2024 16:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Azka Rifai tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Seseorang yang Sendirian. (Dok. Jeswin Thomas by Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Seseorang yang Sendirian. (Dok. Jeswin Thomas by Pexels)
ADVERTISEMENT
Apakah teman-teman belakangan ini merasa kesepian? Kenapa sih kita merasa lebih kesepian dibandingkan saat sebelum Pandemi Covid-19? Nah, ternyata fenomena ini beneran nyata lho! Berdasarkan survey, terjadi peningkatan loneliness atau gejala kesepian yang signifikan sebelum dan setelah Pandemi Covid-19, bahkan sampai dengan 50,5% (Kirkland et al., 2023).
ADVERTISEMENT

Munculnya Pandemi Baru

Statistik Durasi Interaksi Sosial dari Tahun 2003 hingga 2020. (Dok. US Health and Human Services)
Bukan hanya perasaan kita saja bahwa kita semakin lama semakin merasa kesepian. Ternyata, memang kenyataannya dunia merasa lebih kesepian dari sebelumnya. Survey yang dilakukan di Amerika membuktikan naiknya waktu isolasi sosial atau waktu ketika seseorang tidak berinteraksi sosial dengan individu lainnya dari 285 menit per hari (Tahun 2003) menjadi 333 menit per hari (Tahun 2020) (US Health and Human Services, 2023).
Fenomena naiknya angka gejala kesepian ini dikenal sebagai loneliness epidemic atau epidemi kesepian. Hal ini bukan sekedar angka atau statistik yang bisa dianggap sepele. Kita harus memahami seberapa berbahayanya gejala ini karena perasaan kesepian yang dialami seseorang dapat berdampak bagi kesehatan.

Kemajuan Teknologi Menyebabkan Gejala Kesepian

Kemajuan teknologi tentunya berdampak positif bagi manusia. Ya masa nggak sih? Dengan teknologi, kita dapat mengakses banyak hal secara lebih mudah. Misalnya, dengan aplikasi Gojek, kita bisa memesan makanan tanpa harus keluar rumah. Dengan aplikasi Tokopedia dan Shopee kita melakukan transaksi tanpa harus jauh-jauh pergi ke toko. Adanya teknologi ini membuat segala hal mudah dilakukan.
ADVERTISEMENT
Namun, kemudahan ini tidak selamanya membawa dampak positif. Aksi instant serba-serbi yang bisa dilakukan di rumah tersebut justru mengurangi interaksi sosial dengan orang lain. Misalnya, kita lebih memilih untuk menonton TV di rumah daripada pergi ke bioskop dengan teman. Hal ini tentunya akan mengurangi waktu sosialisasi kita dengan teman-teman kita.
Sejak Pandemi Covid-19, banyak inovasi-inovasi digital yang lahir seperti Zoom, Google Meet, Microsoft Teams dan aplikasi digital conference lainnya. Hal ini memungkinkan orang-orang untuk berkumpul dan berinteraksi secara digital pada tempat yang berbeda. Zoom digunakan untuk kegiatan meeting organisasi dan kegiatan belajar mengajar sekolah. Akan tetapi, teknologi ini belum bisa sepenuhnya mereplikasi interaksi sosial sepenuhnya seperti saat kita bertemu secara langsung.
ADVERTISEMENT

Medsos Mengancam Kesehatan Mental

Ilustrasi Candu Media Sosial. (Dok. Roman Odintsov by Pexels)
Medsos atau yang kita kenal sebagai media sosial, seperti Twitter (sekarang X), Instagram, Facebook dan lain-lain ternyata dapat berdampak buruk bagi kesehatan lho! Memang, medsos dapat membawa kita lebih dekat dengan orang lain, tetapi penggunaan yang berlebihan dapat berdampak pada anxiety atau kecemasan dan tingkat stress seseorang.
Penggunaan sosial media secara berlebihan dapat menyebabkan technology compulsion. Seperti perilaku kompulsif lainnya, hal ini dapat mengarah pada obsesi, overthinking, perasaan FOMO (fear of missing out) yang menyebabkan pada rasa cemas, stress, dan merusak kesehatan mental. Sebuah studi pada tahun 2017 membuktikan bahwa pengguna berat media sosial tiga kali lipat lebih merasa terisolasi secara sosial dari pengguna biasa (Katherine Hobson, 2017).

Dapat Berdampak pada Kesehatan

Jadi teman-teman, ternyata loneliness atau gejala kesendirian ini dapat berdampak pada kesehatan fisik, bukan hanya kesehatan mental. Kesehatan mental dan kesehatan fisik saling berhubungan satu sama lain. Apabila seseorang sedang mengalami stress atau depresi, maka immune system atau sistem kekebalan tubuh akan melemah. Sehingga, orang tersebut akan lebih mudah terserang penyakit (Fuentes, 2020).
ADVERTISEMENT

Kesimpulan

Teknologi merupakan renaisans dalam hidup kita. Teknologi memudahkan kita dalam banyak aspek. Namun, kita harus mengurangi penggunaan teknologi secara berlebihan karena dapat membahayakan kesehatan kita. Kita harus memprioritaskan waktu luang kita untuk berinteraksi dengan keluarga serta teman dan melakukan hal-hal yang positif.