Analisis Makna Kata 'Mudik' dan 'Pulang Kampung' Pada Tataran Semantik

Muhamad Faqih
Teruslah belajar, walaupun kau sudah mengajar. Mahasiswa Pendidikan Bahsa dan Sastra Indonesia, UIN Jakarta.
Konten dari Pengguna
18 Desember 2020 19:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhamad Faqih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mata Najwa wawancara ekslusif bersama bapak Presiden Jokowi Dodo tentang Pulang Kampung dan Mudik, 22 April 2020
Mengenal Semantik dari Beberapa Ahli
Ilmu semantik adalah ilmu yang membahas tentang makna kata, pengetahuan mengenai seluk beluk dan pergeseran arti kata-kata”. Artinya semantik adalah cabang ilmu tentang bahasa yang mengkaji tentang makna suatu kata dan perubahannya. Maksud dari perubahannya yaitu bila mana kata tersebut di tempatkan di dalam suatu kalimat.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, Ronnie Cann (1994:1) mengemukakan “Semantics is the study of meaning and linguistic semantic is the study of meaning as expressed by the word, phrases and sintece of human languages”. Artinya Semantik adalah studi tentang makna sebagaimana dari kata, frasa, dan sentence bahasa manusia.
pandangan dari Cann ini menekankan semantic sebagai objek kajian yang berkaitan dengan ilmu makna dan ilmu bahasa dalam hubungannya dengan makna kata, frasa, serta kalimat.
Menurut Tarigan (2009:7) mengemukakan bahwa kata Semantik secara hakikat itu beraasal dari bahasa Yunani, yaitu kata Semantickos. Seman mengandung makna tanda, semantara tickos mengandung makna ilmu. Adapun secara etimologi kata Semanti itu berasal dari dua kata, yaitu sema dan tik. Dengan begitu, semantic dapat diterjemahkan sebagai ilmu tentang tanda. Secara lebih luas, kata semantic dapat dikatakan penting atau berarti. Sementara kata Semantckos itu berasal dari kata Semainien yang berarti memperlihatkan atau menyatakan. Artinya, secara luas Semantik telaah tentang makna kata. Objek telaahan semantik mencakup kepada lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna satu dengan makna yang lainnya dan juga pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Oleh sebab itu, selain menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda, semantic juga menelaah juga bagaimana perkembangan dan perubahannya di dalam suatu masyarakat.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, menurut John Lyon (1995:393) mengatakan bahwa semantic adalah ilmu yang berkaitan dengan makna tanda. Sudah sejak dahulu para ahli bahasa sangat tertarik tentang makna kata-kata. Tanda yang dimaksud adalah tanda-tanda yang berkaitan dengan bahasa. Pandangan ini tentu akan membuat orang bertanya-tanya “Kalaulah demikian, samakah semantic dengan semiotic?” kalaulah beda, tentu kita akan sulit sekali membedakannya dalam kehidupan sehari-hari. Lyon sedniri mengatakan bahwa istilah semantic baru lahir pada abad ke-19 di Yunani. Dalam hal ini, Kridalaksana mengatakan bahwa Semiotik adalah cabang ilmu dari semantic yang mengkaji tentang lambang dan referensinya.
Selain itu, Tarigan juga ikut mengomentari, ia mengutip pendapat George yang mendefinisikan Semantik sebagai bidang ilmu yang berkaitan dengan telaah tentang makna. Pendapat ini jelas berbeda dengan pandangan Kridalaksana dari aspek penekanannya. Kridalaksana menekankan Semantik sebagai penelitian yang berkaitan dengan makna ungkapan atau wicara, sementara Tarigan menekankan Semantik sebagai kajian yang berkaitan tentang makna saja.
ADVERTISEMENT
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Semantik adalah cabang ilmu dari linguistik umum yang objek kajiannya adalah menemukan makna-makna dari simbol-simbol yang berkaitan kepada frasa, kata, serta kalimat.
Apa saja teori yang dapat dipakai dalam menganalisis makna dari suatu kata?
Teori-teori yang lahir dengan makna dilatarbelakangi oleh keinginan para filsuf dan linguis untuk melihat hubungan antara bahasa (ujaran), pikiran, dan realitas. Di antara teori-teroi tersebut adalah (a) Teori Referensial atau Korespondensi, (b) teori Kontekstual, (c) Teori Mentalisme atau Konseptual, dan (d) Teori Pemakaian.
Pertama, Teori Referensial adalah teori yang menyatakan hubungan antara reference, referent, dan symbol sebagaimana yang dikemukakan Ogden dan Richard dalam bentuk segitiga sama sisi. Menurut teori ini, makna adalah sesuatu yang terbentuk dari hasil hubungan antara reference dan referent sehingga membentuk simbol bunyi bahasa yang berupa kata, frasa, dan kalimat.
ADVERTISEMENT
Kedua, Teori Kontekstual pertama kali diperkenalkan oleh J.R. Firth pada 1930. Firth mewariskan pikiran tentang konteks situasi dalam analisis makna. Menurutnya, makna sebuah kata terikat dengan lingkungan kultural dan ekologis pemakai bahasa tertentu. Sebuah kata atau simbol ujaran tidak memiliki makna ajaran jika ia terlepas dari konteksnya. Teori kontekstual ini lebih mengisyaratkan pentingnya konteks situasi dalam analisis makna.
Teori kontekstual atau Konteks Situasi sejalan dengan yang dikemukakan oleh antropolog asal inggris, yaitu B. Malinowski dan Sapir-Whorf dari Amerika Serikat
Keempat, Teori Mentalisme pertama kali diperkenankan Ferdinand de Saussure melalui studi sinkronisnya dan membedakan analisis bahasa atas la parole, la langue. Saussure mencoba menghubungkan antara bahasa lahiriah (la parole) dengan citra penuturnya (la langue). Menurut Teori Mentalisme, hal yang ditutuurkan penutur berkaitan erat dengan citra penutur itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Kelima, Teori Pemakaian dari makna pertama kali diperkenalkan Wittgenstein seorang filsuf Jerman (1830-1858). Menurutnya, kata tidak mungkin dipakai dan bermakna untuk semua konteks sebab konteks selalu berubah dari waktu ke waktu. Makna tidak akan menetap jika digunakan di luar pemakainnya. Bahasa merupakan salah satu bentuk permainan yang diadakan dalam beberapa konteks dan beberapa tujuan. Makna sebuah ujaran sangat ditentukan oleh pemakainya oleh masyarakat bahasa.
Analisis Makna Kata ‘Mudik’ dan ‘Pulang Kampung’
Bila diamati secara seksama, sebuah kata ternyata memiliki hubungan antara bentuk dengan makna yang terkandung di dalamnya. Hubungan tersebut dapat berupa kesinoniman, kehomoniman, keantoniman, maupun kepolisenian.
Pada tataran kesinoniman, ada beberapa istilah yang berkaitan dengan kesinoniman, yakni sinonim, bersinonim, dan kesinoniman. Menurut Sugono (2009:549), “Sinonim adalah padanan kata”. Dapat juga diterjemahkan sinonim adalah bentuk kata yang berbeda-beda, tetapi memiliki makna sama. Keraf (1993:34) menyatakan, “Sinonim adalah telaah mengenai macam-macam kata yang memiliki makna sama”.
ADVERTISEMENT
Menurut Kridalaksana (2008:222) sinonim adalah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain; kesamaan itu berlaku bagi kata, kelompok kata ataupun kalimat walaupun umumnya yang dianggap sinonim hanyalah kata-kata saja. Sedangkan Lyon (1995:398) menyatakan bahwa sinonim berkaitan dengan dua bentu atau lebih yang memiliki makna sama. Menurut Leonanrd Bloomfield, setiap bentuk bahasa mempunyai makna yang konstan dan spesifik. Adapun bersinonim yaitu dua kata yang berpadanan. Sedangkan Kesinoniman adalah bila ada kesamaan makna, walaupun bentuknya berbeda.
Berkaitan dengan sinonim dan kesinoniman, Parera mengatakan bahwa kesinoniman tersebut dapat terjadi antara kata-kata asli dengan kata serapan, antara kata serapan dengan kata terjemahan pinjaman. Contohnya kata keluarga (asli bahasa Indonesia) dengan kata family (kata serapan).
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini, beberapa bulan yang lalu, tepatnya 22 April 2020. Presiden Jokowi dalam wawancara dengan Najwa Shihab mengenai mudi dan pulang kampung, Jokowi mengatakan “Kalau itu bukan mudik, itu namanya pulang kampung. Memang bekerja di Jabodetabek, di sini sudah tidak ada pekerjaan, ya mereka pulang. Karena anak istrinya ada di kampung,” pernyataan ini tentu saja banyak yang pro dan kontra. Sebab jika kita melihat kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kata ‘Pulang Kampung’ dan ‘Mudik’ itu memiliki arti yang sama. Artinya kedua kata ini adalah sinonim.
Semantic memandang bahwa kedua katas tersebut memanglah berarti sama secara luas, yakni pulang atau kembali ke kampung halaman. Namun, jika ditelusuri lebih lanjut akan terlihat perbedaannya. Mengacu kepada teori Kontekstual yang mengetakan bahwa sebuah kata terikat dengan ekologi pemakai bahasa tertentu. Teori kontekstual ini lebih mengisyaratkan pentingnya konteks situasi dalam analisis.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini, kita harus mengetahui dahulu apa arti dari kata ‘mudik’ dan ‘pulang kampung’. Arti ‘mudik’ dan ‘pulang kampung’ sebenarnya sama-sama bermakna kegiatan yang dilakukan orang-orang yang berasal dari kampungnya untuk kembali ke kampung halamannya. Namun, secara konteks situasinya sungguh sangat berbeda sekali. Kata ‘mudik’ bermakna kegiatan yang dilakukan para pekerja yang merentau untuk kembali ke kampung halamannya. Biasanya kegiatan mudik dilakukan setiap menjelang hari raya idul fitri atau idul adha. Sedangkan kata ‘pulang kampung’ bermakna kegiatan yang dilakukan para perantau yang sudah tidak bekerja di kota untuk kembali ke kampung halamannya.
dapat disimpulkan bahwa, kegiatan mudik dan pulang kampung adalah kegiatan yang berbeda,