Konten dari Pengguna

Menurunnya Sikap Sopan Santun dalam Dunia Pendidikan

Muhammad Fadhil
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Prodi Manajemen Pendidikan
3 Desember 2024 10:15 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Fadhil tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sikap siswa kepada Guru (sumber: Dokumen Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sikap siswa kepada Guru (sumber: Dokumen Pribadi)
ADVERTISEMENT
Guru merupakan sosok yang tak tergantikan dalam dunia pendidikan. Mereka tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan tetapi juga menjadi pilar penting dalam membentuk karakter siswa. Sejak kecil, kita diajarkan untuk menghormati guru sebagai orang tua kedua di sekolah.
ADVERTISEMENT
Namun, dalam beberapa tahun terakhir budaya keramahan dan sopan santun di Indonesia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari generasi muda atau remaja yang cenderung kehilangan etika dan sopan santun terhadap teman sebaya, orang yang lebih tua, guru bahkan terhadap orang tua (Oktarima dkk, 2017). Tradisi yang dulu dijunjung tinggi seperti 5S (senyum, salam, sapa, sopan, santun) kini semakin ditinggalkan oleh para siswa. Siswa tidak lagi menganggap guru sebagai panutan, ataupun seorang yang memberikan ilmu dan pengetahuan yang patut di hormati dan disegani.
Di era globalisasi dan serba cepat ini, sikap siswa terhadap guru mengalami perubahan signifikan. Jika dahulu siswa berlomba-lomba untuk menyapa dan menyalami guru, kini banyak siswa yang justru mengabaikan keberadaan mereka. Beberapa siswa bahkan berani membantah, mengejek, atau berkata kasar kepada guru. Fenomena ini mengundang pertanyaan besar: apakah ini tanda dari kemerosotan moral generasi saat ini?
ADVERTISEMENT
Masalah ini bukanlah hal yang muncul secara tiba-tiba. Ada banyak faktor yang menjadi penyebab menurunnya rasa hormat siswa terhadap guru. Beberapa faktor penyebab menurunya sikap sopan santun siswa kepada guru:
Peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai moral sejak dini sangatlah penting. Sayangnya, tidak semua orang tua menyadari tanggung jawab ini. Orang tua yang terlalu memanjakan anak atau terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka sendiri hingga kurang memperhatikan perkembangan moral anaknya, sering kali secara tidak langsung para orang tua tidak mengajarkan dan membiarkan anak tumbuh tanpa nilai penghormatan serta sopan santun terhadap orang lain, termasuk guru.
Selain itu, anak yang terbiasa mendengar bahasa atau kata-kata kasar di rumah yang disebabkan oleh berbagai hal yang ada dirumah contohnya: pertengkaran kedua orang tua, penggunakan gawai tanpa pengawasan orang tua, pergaulan dengan teman sebaya dirumah, dan lain-lain akan cenderung membawa kebiasaan tersebut ke sekolah. Mereka mungkin tidak akan merasa bersalah ketika berbicara kasar kepada guru karena hal itu dianggap biasa di lingkungan keluarganya.
ADVERTISEMENT
Lingkungan tempat seorang anak tumbuh sangat berpengaruh pada pembentukan sikap dan perilakunya. Teman sebaya, keluarga, dan media sosial sering menjadi faktor yang membentuk sikap, perilaku dan cara pandang siswa terhadap guru.
Di lingkungan sekolah, siswa yang awalnya sopan kepada guru dapat berubah karena terpengaruh oleh teman-temannya. Misalnya, ketika satu siswa mulai bersikap tidak sopan kepada guru, siswa lain sering kali ikut-ikutan hal atau tindakan tersebut untuk mencari pengakuan (validasi) atau agar tidak dianggap berbeda dengan temannya. Tekanan kelompok sebaya ini sangat kuat, terutama pada usia remaja, di mana siswa cenderung ingin diterima dan diperlakukan baik dalam kelompoknya.
Sebagai seorang pendidik, guru juga harus introspeksi dirinya sendiri. Tidak semua guru mampu menjaga hubungan yang baik dengan siswa. Ada beberapa oknum guru yang bersikap otoriter, tidak adil, atau mempermalukan siswa di depan teman-temannya dapat menimbulkan rasa malu dan berubah menjadi dendam, kepada temannya maupun kepada guru itu sendiri. Siswa yang merasa diperlakukan tidak adil mungkin akan kehilangan rasa hormat terhadap guru tersebut.
ADVERTISEMENT
Tindakan seperti memberikan nilai rendah tanpa alasan ataupun dengan alasan yang tidak jelas, memarahi siswa secara berlebihan, atau tidak menepati janji terhadap siswa dapat merusak hubungan antara guru dan siswa. Padahal, kepercayaan dan rasa hormat adalah fondasi penting dalam kegiatan belajar-mengajar.
Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah bekerjasama dengan semua pihak harus berperan aktif, mulai dari guru, siswa, hingga orang tua. Contohnya: Perilaku baik orang tua sebagai panutan pertama sorang siswa,Orang tua memiliki tanggung jawab besar dalam menanamkan nilai-nilai moral kepada anak. Pengawasan pergaulan terhada siswa dengan teman sebayanya, maupun dirumah dan disekolah. Guru perlu menyesuaikan pendekatan mereka dengan kebutuhan dan karakter seorang siswa zaman sekarang.
Dengan beberapa solusi yang sudah dipaparkan diatas semoga sikap dan perilaku kurangnya sopan santun siswa terhadap guru bisa di selesaikan, dan membuat kehidupan dan hubungan siswa serta guru menjadi harmonis.
ADVERTISEMENT
Muhammad Fadhil Ramadhan, mahasiswa program studi Manajemen Pendidikan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.