Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
BBM: Bahan Buat Makan (Koruptor)
28 Februari 2025 19:44 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari M Fahmi Yahya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Korupsi di Indonesia bukanlah hal baru. Dari tahun ke tahun, praktik ini terus terjadi, melibatkan pejabat negara di berbagai tingkat. Jumlah kerugian akibat korupsi pun semakin meningkat, dari puluhan juta hingga mencapai ratusan triliun rupiah.
ADVERTISEMENT
Bung Hatta pernah menulis "bahwa Indonesia tidak akan besar karena obor di Jakarta, melainkan karena lilin-lilin di desa. Namun, jika korupsi merajalela, cahaya itu akan padam sebelum sempat menerangi".
Kutipan ini sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini, di mana maraknya korupsi menjadi salah satu alasan munculnya tagar #IndonesiaGelap sebagai bentuk kekecewaan masyarakat terhadap keadaan negara.
Salah satu kasus korupsi yang mengejutkan publik belakangan ini adalah skandal di Pertamina terkait pengadaan Pertamax. Ternyata, bahan bakar tersebut dicampur dengan Pertalite, sehingga konsumen selama ini telah ditipu. Kasus ini terjadi pada periode 2018-2023, melibatkan jajaran direksi anak usaha Pertamina serta pihak swasta, dengan kerugian awal yang diperkirakan mencapai Rp 200 triliun. Selain pemalsuan bahan bakar, kerugian juga berasal dari ekspor minyak mentah yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan dalam negeri, dengan nilai sekitar Rp 35 triliun.
Hingga kini, Kejaksaan Agung masih menyelidiki kasus tersebut dan telah menetapkan tujuh tersangka, di antaranya Riva Siahaan (Direktur Utama Pertamina Patra Niaga), Sani Dinar Saifuddin (Direktur Optimasi Feedstock & Produk PT KPI), Yoki Firnandi (Direktur PT Pertamina Internasional Shipping), serta Agus Purwono (Vice President Feedstock Management PT KPI). Dalam perkembangan terbaru, jumlah kerugian dari kasus ini melonjak drastis hingga Rp 968,5 triliun, menjadikannya skandal korupsi terbesar dalam sejarah Indonesia di era pemerintahan Jokowi.
Dampak dari kasus ini langsung dirasakan oleh masyarakat. Banyak orang kini lebih memilih Pertalite dibandingkan Pertamax, menyebabkan antrean panjang di SPBU. Sementara itu, penjualan Pertamax menurun drastis.
ADVERTISEMENT
Pertanyaannya, apakah Indonesia akan terus terjebak dalam lingkaran korupsi ini? Apakah pemerintah memiliki inisiatif nyata untuk menegakkan hukum dan memberantas korupsi? Keberhasilan dalam memberantas korupsi tidak hanya bergantung pada kebijakan, tetapi juga pada keberanian pemerintah untuk menindak tegas para pelaku tanpa pandang bulu.