Konten dari Pengguna

Persatuan Wanita Sedar: Sebuah Gerakan Para Srikandi Yang Radikal

M Fahmi Yahya
Mahasiswa Universitas Jember Pendidikan Sejarah
2 Januari 2025 6:54 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Fahmi Yahya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber/pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
sumber/pixabay.com
ADVERTISEMENT
Pendahuluan
Pada masa kolonialisme Belanda banyak gerakan perlawanan yang dilakukan diberbagai daerah, pada masa itu gerakan-gerakan perlaawanan ini hanya dilakukan oleh para pria karena pada masa itu para perempuan masih terbingkai pada kebudayaan patrililinial, yang menempatkan para laki-laki berkuasa di atas perempuan, adapun istilah kebudayaan yang sangat membatasi perempuan hanya diruang lingkup kecil yaitu "konco wingking" atau teman belakang istiliha ini memiliki arti yaitu (dapur, sumur, kasur) dalam artian perempuan hanya dapat bergerak dalam lingkup dapur sebagai tukang masak, sumur sebagai tukang cuci dan kasur untuk melayani suami.
ADVERTISEMENT
Namun, ada salah satu tokoh yang muak dengan kebudayaan ini, salah satunya R. A. Kartini, ia meruoakan salah satu toko feminis pada zamannya R. A. Kartini juga menjadi tokoh yang menginspirasi kaum-kaum wanita untuk melakukan gerakan-gerakan, seiring berjalan nya waktu wanita-wanita di Indonesia memulai gerakan nya dengan membuat suatu organisasi wanita seperti contoh organisasi Putri Mardika berdiri pada tahun 1912 di Jakarta, organisasi Aisyah yang berdiri di Yogyakarata gerakan ini dinaungi oleh Muhammadiyah, organisasi Wanita Katolik yang didirikan di Yogyakarta dsb.
Sejarah Persatuan Wanita Sedar
Ada hal yang menarik dari salah satu organisasi-organisasi perempuan yang ada di Indonesia yaitu, organisasi Persatuan Wanita Sedar organisasi perempuan non agama yang didirikan oleh Suwarni Pringgodigdo pada tahun 1932 di Bandung, organisasi ini didirkan oleh perempuan bekas anggota Putri Indonesia yang dibubarkan bersama Pemuda Indonesia akibat keputusan fusi (Pringgodigdo, 1980). Organisasi Persatuan Wanita Sedar ini merupakan organisasi satu-satunya yang terlibat dan terjun langsung digaris terdepan dalam perjuangan kemerdekan nasional.
ADVERTISEMENT
Ide dasar dari pendirian organisasi ini untuk mendapatkan kesetaraan yang sama antara laki-laki dan perempuan, "Hanya Indonesia yang merdeka oleh usah besar-besaran kaum laki-laki dan perempuan yang bersatu padu yang akan sanggup memberikan persamaan hak dan tindakan kepada rakyat Indonesia", organisasi perempuan ini merupakan organisasi paling radikal diantaranya organisasi perempuan lainnya. Sehingga organisasi ini tidak disenangi oleh organisasi islam dikarenakan jauh dari kaidah agama, karena mereka menempatkan perempuan pada aturan yang telah dijalankan pada saat itu, yaitu perempuan diharuskan diam dirumah dan tidak meninggalkan tugasnya sebagai ibu rumah tangga.
Persatuan Wanita Sedar didirikan dengan harapan menjadi wadah pergerakan perempuan yang lebih maju, mengingat organisasi-organisasi perempuan yang ada saat itu belum mampu mewujudkan cita-cita yang lebih besar. Soewarni menyatakan bahwa pergerakan perempuan pada masa itu masih berada pada tahap awal, yang fokus utamanya terbatas pada isu-isu rumah tangga. Belum ada upaya signifikan untuk memperjuangkan kesetaraan hak dan kewajiban.
ADVERTISEMENT
Pada rapat besar Persatuan Wanita Sedar yang berlangsung pada 2 November 1930, ditetapkan dasar-dasar organisasi yang menegaskan bahwa Persatuan Wanita Sedar merupakan perkumpulan perempuan Indonesia yang berpegang pada tradisi dan percaya pada kekuatan diri sendiri. Tujuan utama organisasi ini adalah memperbaiki kondisi kaum perempuan Indonesia secara khusus, sekaligus meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia pada umumnya (SEDAR, Rapat Besar Persatuan Wanita Sedar, 1931). Dalam hal keanggotaan, Persatuan Wanita Sedar bersifat inklusif, terbuka bagi perempuan dari semua golongan tanpa membedakan agama, dengan syarat minimal berusia 16 tahun. Pada rapat besar tersebut, Persatuan Wanita Sedar juga menetapkan cita-cita untuk membebaskan perempuan dari segala hal yang membuat mereka sangat bergantung pada laki-laki.
Pergerakan perempuan pada masa itu juga didukung oleh adanya media pers, yang dimana esensi pers pada masa kolonial sangat berperan penting bagi gerakan-gerakan untuk menuju kemerdekaan dimasa kolonial pers dijadikan sebagai alat untuk membangkitkan semangat nasionalisme bagi pejuang-pejuang. hal ini juga dilakukan oleh Sedar mereka menggunakan pers sebagai alat untuk menyeberkan ideologis bagi perempuan.
ADVERTISEMENT
Media Pers Sebagai Alat Bagi Persatuan Wanita Sedar
Soewarni Pringgodigdo sang pencetus Persatuan Wanita Sedar, mulai membuat medianya yang berjudul "Majalah Sedar" gagasan-gagasan yang ditulis oleh Soewarni merupakan keresahannya mengenai perempuan dan penolakan poligami yang sangat merugikan perempuan, selain itu Majalah Sedar juga dibuat sebagai media pendidikan rakyat, dari sini lah Soewarni dan Organisasi nya memiliki ideologis yang radikal.
Secara ideologis organisasi ini merupakan awal terbentukanya organisasi Gerakan Wanita Sedar (Gerwis). Gerwis merupakan organisasi perempuan yang sedar, sedar adalah orang-orang yang sadar akan pentingnya gerakan perempuan dengan tujuan untuk membangun persatuan bangsa melalui sebuah organisasi. anggota dari gerwis sendiri merupakan dari kalangan menengah ke atas seperti intelek, mahasiswa atau pelajara dan pegawai.
ADVERTISEMENT
Meskipun Persatuan Wanita Sedar (PERWANI) kini tidak lagi aktif, semangat dan gagasan yang diperjuangkan organisasi ini terus menjadi inspirasi bagi gerakan perempuan di Indonesia.