Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Microsoft dan Strategi Mengglobal AI
7 Januari 2025 9:11 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Muhammad Muchlas Rowi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
SKM bidang Tranformasi Digital dan Kecerdasan Artificial Kemendidasmen Microsoft kembali membuat kejutan. Bukan lewat peluncuran gadget terbaru. Bukan pula dengan software revolusioner. Kali ini, perusahaan raksasa asal Redmond, Washington, Amerika Serikat itu membidik sesuatu yang lebih besar. Sesuatu yang akan mengubah peta dunia teknologi dalam skala global, yaitu penyebaran kecerdasan artifisial (AI) secara menyeluruh.
ADVERTISEMENT
Presiden Microsoft, Brad Smith, mengatakan “AS membutuhkan strategi internasional yang cerdas untuk segera menyebarkan AI buatannya di seluruh dunia.”
Ada benarnya. AI, di mata banyak orang, bukan lagi sekadar alat bantu. Ia adalah katalis. Penggerak perubahan. Mesin yang mampu mempercepat segalanya—dari cara kita bekerja hingga bagaimana dunia memecahkan masalah-masalahnya. Dan AS, lewat Microsoft, tampaknya memahami bahwa jika mereka tidak mengambil langkah ini sekarang, mereka akan tertinggal.
Microsoft sebetulnya sudah lama melihat ini. Bukan sekadar bisnis. Mereka melihat bahwa AI adalah jembatan baru menuju masa depan.
Menanam Pusat Data di Seluruh Dunia
Dan nyatanya, di tahun fiskal 2025, Microsoft telah mengumumkan langkah besar, untuk melakukan investasi sebesar 80 miliar US dollar untuk pusat data baru. Pusat data ini bukan sekedar tempat menyimpan data. Ia adalah "dapur besar" di mana AI dilatih, diproses, dan dikembangkan.
ADVERTISEMENT
Ini adalah bukti bahwa mereka serius. Tidak tanggung-tanggung, pusat data ini akan tersebar di berbagai negara. Kenapa?
Karena Microsoft tahu, dunia bukan hanya Amerika. Pasar global adalah realitas. Negara-negara berkembang, dengan segala potensinya, adalah pasar yang belum tergarap maksimal. Infrastruktur yang mendukung AI harus ada di sana—bukan hanya di Silicon Valley.
Tapi, langkah besar ini tidak mudah. Ada dua tantangan utama: kesenjangan teknologi dan regulasi internasional.
Kesenjangan teknologi adalah soal klasik. Tidak semua negara memiliki infrastruktur yang cukup untuk mengadopsi AI. Internet lambat, sumber daya manusia kurang terlatih, dan akses ke teknologi mahal masih menjadi hambatan di banyak negara berkembang.
Yang kedua, regulasi.
Di satu sisi, ada negara-negara yang takut dengan AI. Mereka khawatir tentang privasi, pengangguran teknologi, dan etika. Di sisi lain, ada negara yang justru membuka pintu selebar-lebarnya, bahkan tanpa regulasi yang cukup.
ADVERTISEMENT
Di tengah ini, Microsoft harus memainkan peran sebagai diplomat teknologi. Mereka harus membangun kepercayaan. Berkolaborasi dengan pemerintah lokal. Memastikan bahwa AI yang mereka tawarkan aman, etis, dan sesuai dengan kebutuhan setiap negara.
Ada alasan kenapa AI harus menyebar dengan cepat. AI bukan hanya soal aplikasi canggih atau robot pintar. Ini tentang solusi.
Di negara-negara miskin, AI bisa membantu petani memprediksi cuaca. Di kota-kota padat, AI bisa mengatur lalu lintas dan mengurangi kemacetan. Di rumah sakit terpencil, AI bisa membantu mendiagnosis penyakit. Dan di negara dengan tingkat pendidikan yang rendah serta tak merata, Ai bisa membantu memberi solusi.
Bayangkan jika semua ini bisa terjadi di setiap sudut dunia. Itulah yang Microsoft coba wujudkan.
ADVERTISEMENT
Microsoft di Garis Depan
Jika dilihat lebih dalam, langkah Microsoft ini bukan hanya tentang bisnis. Ini adalah visi.
Visi tentang dunia yang lebih terhubung, lebih cerdas, dan lebih inklusif.
Dalam dunia teknologi, siapa yang memimpin AI, ia memimpin masa depan. Microsoft paham itu. Mereka sedang menulis babak baru. Bukan hanya untuk perusahaan mereka, tapi juga untuk dunia.
Brad Smith benar. Strategi internasional yang cerdas adalah kuncinya. Dan jika Microsoft berhasil, sejarah akan mencatat mereka bukan hanya sebagai pelopor teknologi, tetapi juga sebagai arsitek masa depan global.
Tapi, jalan masih panjang. Dan kita, penonton, hanya bisa menunggu:
Apakah ini langkah besar menuju kemajuan? Atau justru babak baru dalam perlombaan teknologi yang penuh tantangan?
ADVERTISEMENT
Waktu yang akan menjawab.
**
Muhammad Muchlas Rowi
Komisaris Independen PT Jamkrindo
Live Update
PSSI resmi mengumumkan Patrick Kluivert sebagai pelatih baru timnas Indonesia, Rabu (8/1). Pelatih asal Belanda ini akan menjalani kontrak selama dua tahun, mulai 2025 hingga 2027, dengan opsi perpanjangan kontrak. Kluivert hadir menggantikan STY.
Updated 8 Januari 2025, 18:59 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini