Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Refleksi Kemerdekaan: Sebuah Realita Ataukah Hanya Ilusi Semata?
18 Agustus 2024 8:56 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Muhammad Naufal Effendi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Halo sobat pembaca! Saat ini seluruh masyarakat Indonesia sedang memperingati hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Ada berbagai macam cara untuk merayakannya. Mulai dari upacara bendera hingga mengadakan perlombaan. Memperingati HUT RI ini juga merupakan perwujudan rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas kuasa Nya bangsa ini bisa melepaskan diri dari penjajahan.
ADVERTISEMENT
Namun, dengan berbagai dinamika dan problematika bangsa yang sedang dialami membuat kita merenung sejenak serta terlintas dalam benak kita, apakah benar bangsa ini telah merdeka? Ataukah kemerdekaan yang hakiki belum kita rasakan? Mari simak penjelasannya berikut ini!
Apa Makna Kemerdekaan?
Makna kemerdekaan menurut KBBI ialah sebuah kondisi yang lepas, tidak mendapatkan tekanan dari luar, tidak terjajah oleh sesuatu yang berasal dari luar, dan sebagainya. Adapun secara harfiah, kemerdekaan bangsa ialah sebuah kebebasan suatu bangsa untuk bertindak serta menentukan pilihan hidup sendiri tanpa adanya belenggu serta penindasan dari bangsa asing.
Kemerdekaan merupakan suatu hal yang sangat didambakan oleh setiap negara. Bagaimana tidak, kemerdekaan inilah yang membuat suatu bangsa dan negara menjadi lebih berdaulat dan disegani oleh dunia.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga merupakan sebuah hak bagi setiap bangsa sebagaimana yang telah termaktub di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan pri kemanusiaan dan pri keadilan”.
Oleh karena itu, sejarah mengajarkan kepada kita betapa pentingnya kemerdekaan ini. Para pahlawan telah berjuang untuk mendapatkannya dengan mengorbankan segalanya. Sudah semestinya kita sebagai generasi penerus bangsa, untuk menjaga serta merawat bangsa ini dari penjajahan baik secara fisik maupun secara pemikiran.
Apakah Kemerdekaan yang Hakiki Telah Kita Raih?
Meski bangsa Indonesia sudah dinyatakan merdeka dalam fisik, namun pada realitanya bangsa ini belum meraih kemerdekaan secara hakiki. Tanpa disadari saat ini kita masih saja dijajah bukan secara fisik lagi, akan tetapi secara pemikiran, mental, dan sebagainya. Bahkan bukan hanya bangsa lain yang menjajah, mirisnya kita terjajah oleh bangsa sendiri.
ADVERTISEMENT
Bung Karno telah memperingatkan kita akan hal ini “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir dan melawan penjajah, sedangkan perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”.
Ia menggambarkan seperti itu karena perjuangan melawan bangsa asing adalah melawan kekuatan luar (secara fisik) dan telah terdefinisi. Sedangkan, setelah kemerdekaan ada perjuangan yang lebih kompleks yaitu melawan bangsa sendiri dengan segala konflik internal di dalamnya. Sang proklamator juga secara tersirat memperingatkan kita bahwa mengatasi konflik internal memerlukan usaha yang ekstra.
Berikut beberapa aspek penting yang menunjukkan bahwa kemerdekaan hakiki belum sepenuhnya kita raih
1. Aspek Ekonomi
Meski telah merdeka, bangsa ini masih saja “dihantui” dengan permasalahan kemiskinan dan ketimpangan ekonomi. Sebagian besar kekayaan negara masih dikuasai oleh segelintir elit hingga masyarakat hidup dengan kemiskinan serta ketimpangan ekonomi.
ADVERTISEMENT
2. Aspek Demokrasi
Pada sektor ini kita bisa mengamati bahwa kebebasan berpendapat dan berdemokrasi belakangan ini mulai luntur. Dalam teori, kebebasan berpendapat telah dilindungi oleh UUD 1945. Namun, pada praktiknya masih banyak orang yang “dibungkam” dan dibatasi untuk berpendapat serta berdemokrasi baik oleh tekanan politik, ancaman hukum atau bahkan tindakan kekerasan.
Selain itu, pemilu yang dalam teorinya mengandung unsur LUBER dan JURDIL (Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil). Namun dalam kenyataannya akhir-akhir ini ternodai oleh praktik-praktik yang tidak patut dilakukan.
3. Aspek Pendidikan
Banyak disekitar kita pelajar yang belum bisa merasakan manisnya “merdeka” dalam pendidikan. Saat ini para pelajar dibebankan dengan biaya pendidikan yang sangat tinggi hingga mengharuskan mereka untuk mencari tambahan penghasilan. Bahkan banyak juga dari mereka yang memutuskan pendidikannya karena tidak sanggup membiayai nya.
ADVERTISEMENT
4. Aspek Budaya
Saat ini Indonesia juga masih terjajah oleh budaya asing yang masuk ke dalam negeri sehingga menyingkirkan budaya lokal. Di satu sisi modernisasi membawa dampak baik, namun di sisi lain hal ini justru membuat tradisi lokal mulai terlupakan. Bisa kita lihat di sekeliling kita banyak pemuda/pemudi yang lebih menyukai budaya asing daripada lokal. Hal ini menunjukkan pergeseran identitas budaya di kalangan pemuda.
Kesimpulan
Negeri ini memang sudah merdeka sejak proklamasi dibacakan pada tahun 1945. Namun pada kenyataannya, kita belum merdeka penuh. Ada banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini.
Sudah semestinya ini menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai warga serta penerus bangsa untuk mengatasi semua persoalan di negeri ini. Marilah kita bersama-sama membangun negeri ini menjadi lebih baik lagi dengan menjalin persatuan dan kesatuan antara element masyarakat.
ADVERTISEMENT
Dirgahayu Republik Indonesia