Konten dari Pengguna

Ngrumangsani: Sebuah Telaah Filsafat Jawa

Muhdhori Ahmad
Pernah Nyantri di PIP Tremas Pacitan, Alumni Ma'had Aly Al-Tarmasi, Alumni Pasca INSURI Ponorogo (Tarbiyah), Mahasiswa Pasca IAIN Ponorogo ( FEBI)
15 Desember 2024 14:36 WIB
ยท
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhdhori Ahmad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Pribadi Penulis
zoom-in-whitePerbesar
Foto Pribadi Penulis
ADVERTISEMENT
Filsafat Jawa, memiliki kekayaan dan kedalamanyamakna yang unik, sering kali sulit untuk dijabarkan secara sistematis tidak seperti filsafat Barat. Salah satu yang menonjol dalam filsafat Jawa adalah ngrumangsani. Konsep ini meskipun kurang eksplisit dalam literatur formal, namun sangat vital dalam memahami cara pandang dan praktik hidup orang jawa.
ADVERTISEMENT
Ngrumangsani dalam arti secara harfiyah berarti merasakan, merasakan yang melamapaui pemahaman kognitif semata, merangkul dimensi afektif dan intuitif dalam pencarian dan pemahaman diri.
Pemahaman ngrumangsani tidak bisa lepas dari konteks kebudayaan jawa yang holistik. Hal ini berbeda dengan pendekatan rasional-analitis yang dominan dengan filsafat barat. Dalam filsafat jawa lebih ditekankan pada pengalaman secara langsung dan intuisi.
Dalam pemahaman filsafat jawa, ngrumangsani bukan sekedar merasakan secara fisik, melainkan penghayatan secara mendalam yang melibatkan berbagai aspek keberadaan manusia, seperti pikiran, perasaan, dan tubuh. Yaitu merupakan suatu jalan untuk mencapai suatu kondisi yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, serta manusia dengan alam.
Ngrumangsani melibatkan proses inrospeksi yang mendalam. Manusia diajak untuk masuk kedalam dirinya sendiri, memahami dan mengenali dunia batinya. Melalui proses ini manusia dapat mengenali kelebihan dan kekurangannya, mengeksplorasi nilai-nilai yang dipeganganya, yang pada akhirnya akan menemukan jati dirinya.
ADVERTISEMENT
Hubungan ngrumangsan dan etika jawa sangat erat. Dalam konteks pemahaman ini, ngrumangsani berarti memahami dengan sungguh atas konsekuensi dai tindakan kita tehadap diri sendiri dan orang lain. Sebelum melakkan sesuatu, seseorang diharapkan untuk ngrumangsan tindakan tersebut. Hal tersebut mengarah pada perilaku yang bijaksana.
Ngrumangsani juga erat kaitanya dengan konsep keharmonisan alam semesta. Orang jawa memandang alam bukan sebagai objek yang dapat dieksploitasi sepenuhnya, melaikan merupakan suatu bagian integral dari kehidupan manusia. Ngrumangsani dalam konteks ini berarti memahami serta menghargai hubungan manusia dengan alam.
Dalam perkembangan filsafat jawa modern, ngrumangsani masih sangat relevan. Dalam konteks globalisasi dan modernisasi, ngrumangsani dapat dipahami sebagai upaya untuk menjaga keseimbangan antara nilai-nilai tradisional dan perkembangan modern. Ngrumangsan memungkinkan manusia untuk dapat menerima perubahan secara bijak tanpa harus meninggalkan akar budaya dan nilai-nilai yang dipercayainya. Hal ini sangat penting untuk mencegah terjadinya krisis identitas di tengah gempuran globalisasi.
ADVERTISEMENT