Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bus Kota, Tetap Terkenang Walaupun Mulai Lekang oleh Zaman
8 Oktober 2021 13:27 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Muhammad Iqbal Habiburrohim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Masih melekat di memori saya, masa dimana saya harus pulang sekolah menggunakan bus kota. Saya yang saat itu masih duduk di bangku SD memang sudah dilatih mandiri untuk bisa pulang sekolah sendiri menaiki bus karena orang tua harus bekerja, sedangkan saya harus bersekolah di kota. Oiya, kebetulan saya berasal dari kota yang dianggap istimewa oleh banyak orang yaitu Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Selama kurang lebih tiga tahun di bangku SD sejak kelas 4, saya seringkali harus pulang menggunakan bus kota tersebut sendirian dan jika sedang beruntung, terkadang ada teman yang menemani walaupun nantinya ia turun duluan karena jarak rumah saya cukup jauh dari kota. Tarif bus saat itu masih 1000 rupiah untuk pelajar, bahkan bisa gratis apabila kernet sedang baik hati.
Mungkin sudah kurang lebih 5 tahun sejak terakhir kali saya menggunakan bus kota sebagai transportasi. Beberapa tahun belakangan, saya pun juga mengamati bahwa jumlah bus kota di Yogyakarta sudah mulai tergantikan dengan transportasi umum yang lebih modern yaitu Trans Jogja (TJ). Dalam beberapa tahun terakhir, bus ini juga sudah menambah jalurnya hingga ke berbagai daerah dengan fasilitas yang lebih lebih memadai.
ADVERTISEMENT
Jika disuruh memilih naik bus kota atau TJ, sepertinya pilihan saya tetap jatuh ke bus kota. Bukannya sok peduli, tetapi saya pribadi jauh lebih menikmati experience perjalanan menggunakan bus kota.
Secara fasilitas dan tampilan mungkin bus kota benar-benar kalah jauh dibandingkan TJ. Body yang sudah berkarat, knalpot mengeluarkan asap hitam, dan jok penumpang yang sudah nggak empuk mungkin bisa menjadi gambaran dari bus kota. Dibandingkan dengan Trans Jogja yang memiliki fasilitas lengkap seperti AC, tempat duduk yang empuk, bahkan halte yang nyaman.
Akan tetapi, ada satu hal yang hanya saya dapatkan saat menaiki bus kota yaitu suasananya yang khas. Walaupun saat itu saya mungkin masih anak kecil kelas 5 atau 6 SD, tetapi kenangan dengan bus kota sama sekali nggak saya lupakan sedikitpun. Mungkin jumlah saya menaiki TJ tidak lebih dari 3 kali, namun dari beberapa kali pengalaman menggunakan TJ tersebut, saya tidak merasakan suasana yang sama dengan saat menaiki bus kota.
ADVERTISEMENT
Bus kota memiliki penumpang dengan ragam latar belakang entah itu pedagang, karyawan kerja, guru, hingga pelajar. Masing-masing orang tersebut pun memberikan saya pengalaman yang berbeda satu sama lainnya. Ada juga kernet bus yang merupakan representasi paling pas untuk kalimat “tampang garang, tapi punya hati hello kitty”. Sedangkan TJ? Suasana di dalamnya lebih hening, serius, dan biasanya para penumpang lebih sibuk dengan urusan masing-masing walaupun sebenarnya hal tersebut bukan menjadi masalah juga.
Kebanyakan penumpang bus kota merupakan orang tua yang masih bersemangat dalam mencari rezeki dan sering kali membawa barang bawaan yang begitu besar. Mereka biasanya sangat baik kepada anak kecil seperti saya, walaupun baru pertama kali bertemu saat itu. Tidak jarang mereka rela memberikan tempat duduk kepada saya yang saat itu memang berbadan kecil untuk anak seusia tersebut. Apabila duduk bersebelahan, mereka pasti mengajak ngobrol tentang banyak hal dan tak lupa memberikan nasehat seakan-akan saya adalah cucu mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
Guru atau pelajar yang memiliki tingkatan pendidikan lebih tinggi seperti SMP atau SMA juga memberikan pengalaman yang tak kalah menarik. Mereka selalu memberikan ilmu tentang pelajaran sekolah yang sedang saya jalani saat itu. Hal yang paling menarik dari mereka adalah pada saat menceritakan pengalaman mereka bersekolah dulunya entah itu hal bandel ataupun hal lucu apapun yang ada di sekolah mereka.
Kernet bus yang biasanya tak terlalu diperhatikan pun memberikan pengalaman menarik. Disaat kondisi bus yang sedang sesak, tak jarang saya harus berdiri di dekat kernet bus. Mungkin mereka memang bertampang garang, tetapi mereka sebenarnya tidak seseram itu. Mereka juga punya keluarga dan anak yang biasanya ia ceritakan kepada. Walaupun mungkin saya tidak selalu menyimak seluruh cerita, tetapi saya benar-benar menikmati setiap topik yang diceritakan hingga akhirnya tak terasa sudah sampai di tujuan.
Hal demikian sebenarnya juga bisa terjadi saat menaiki TJ. Akan tetapi, topik obrolan yang khas, hingga suasana di dalamnya sepertinya tidak akan lekang dalam ingatan saya sampai kapan pun. Maka jangan heran apabila saya lebih menikmati naik bus kota daripada TJ.~
ADVERTISEMENT