Tren Fashion Tak Sesuai Kemampuan dan Bagaimana Kita Harus Bersikap

Muhammad Iqbal Habiburrohim
Mahasiswa Universitas Gadjah Mada
Konten dari Pengguna
7 Oktober 2021 12:18 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Iqbal Habiburrohim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Fenomena gaya hidup konsumtif tanpa memperhatikan kemampuan. Sumber : pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Fenomena gaya hidup konsumtif tanpa memperhatikan kemampuan. Sumber : pexels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di zaman yang serba modern seperti ini, gaya hidup pun ikut mengalami perubahan. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa saat ini sosial media telah merasuk ke bagian kehidupan hampir setiap orang. Berbagai macam iklan, kebiasaan public figure, hingga munculnya brand unik berhasil mengubah sedikit demi sedikit pola konsumsi semua orang. Ditambah lagi munculnya toko online dengan pembayaran digital semakin memudahkan semua orang melihat berbagai macam barang yang terkesan sangat menarik untuk dibeli.
ADVERTISEMENT
Selain itu, polarisasi membuat kita “dipaksa” untuk mengikuti selera pasar di luar sana dan meninggalkan banyak pilihan lain yang mungkin bisa menjadi opsi lain. Belum lama ini saya membaca tulisan menarik mengenai fenomena Baader-Meinhof, dimana fenomena tersebut semakin memperjelas bahwa saat ini hidup kita seperti diteror dan dikerucutkan menjadi ruang yang semakin kecil sehingga kita semakin sulit untuk mengontrol diri termasuk dalam hal konsumtifitas.
Fenomena yang sebelumnya telah saya sebutkan sebelumnya berimbas pada munculnya fenomena lain sebagai bentuk akibat yaitu tren fashion yang tidak disesuaikan dengan kemampuan finansial pribadi. Disaat public figure, teman-teman, atau orang lain memamerkan gaya baru mereka di sosial media, secara tidak sadar kita bisa ikut terjerumus dengan melakukan pencarian barang tertentu yang sedang hits tersebut. Sistem yang membaca ketertarikan kita pun langsung menyodorkan berbagai macam hal yang berkaitan dengan barang tersebut secara terus menerus hingga nantinya kita pun mencoba membeli dan bisa berakhir pada kecanduan.
ADVERTISEMENT
Apabila kebiasaan tersebut tidak segera kita sadari dan malah diteruskan tentunya akan sangat berbahaya khususnya dalam hal melakukan manajemen uang. Orang rela membeli barang branded yang sedang naik di luar sana bukan karena kebutuhan, melainkan hanya untuk memenuhi gengsi diri sendiri. Oleh karena itu, kita perlu mengambil sikap untuk paling tidak menjadi pengingat diri sendiri khususnya dalam hal berbelanja untuk keperluan fashion.

Ingat fungsi barang, bukan nilai barang

Penentuan prioritas sangat diperlukan agar kita tidak mudah kalap saat melihat barang yang baru saja rilis. Saya secara pribadi setuju bahwa harga menentukan kualitias, tetapi harus diingat bahwa barang yang kita beli sejatinya harus dilihat terlebih dahulu dari fungsinya dan bukan besar nilai atau harganya.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh brand baju ternama yang memang memiliki harga tinggi secara fungsi sebenarnya sama dengan baju-baju lainnya. Disini saya tidak ingin mendiskreditkan brand yang sudah besar, tetapi apabila ditilik berdasarkan fungsi barangnya brand apapun itu tetap memberikan fungsi yang sama walaupun secara kualitas dan besarnya nama brand tentunya sangat berpengaruh terhadap nilai jual suatu barang. Namun, terkadang kita terlalu memaksakan membeli barang yang sebenarnya belum terlalu diperlukan.

Hidup tidak selalu untuk menuruti gengsi

Ketika kita melihat orang-orang di sekitar kita memiliki barang-barang tertentu, secara tidak sadar terkadang kita juga merasa ingin memiliki barang yang sama hanya untuk menunjukkan eksistensi kepada orang lain. Barang tersebut bukan dibeli berdasarkan kebutuhan pribadi, tetapi hanya untuk memenuhi ekspektasi orang lain saja.
Apa yang kalian miliki bukan untuk memenuhi ekspektasi orang lain. Sumber :pexels.com
Sebagai contoh handphone dengan merk tertentu yang saat sedang digandrungi anak muda sehingga menimbulkan kesan "eksklusif" ketika memilikinya. Tidak heran apabila terdapat segelintir orang yang merelakan uangnya habis begitu saja hanya untuk masuk ke dalam kategori “eksklusif” tersebut. Mungkin memang benar handphone dengan merk tertentu memiliki kualitas yang baik, tetapi kalau memang secara kemampuan belum pas di kantong, kita bisa lebih sabar, toh masih banyak merk lain yang affordable dan memiliki kualitas yang tidak kalah baiknya.
ADVERTISEMENT

Tetap terlihat keren walaupun tak memakai barang mahal

Percayalah gaya berpakaian dan barang apapun yang melekat pada diri kita, walaupun tidak mempunyai nilai yang tinggi tetap bisa bikin kita terlihat keren, kok. Apalagi sekarang sudah banyak barang lokal yang nggak kalah bagusnya dengan barang branded asal luar negeri dan yang pasti tidak membuat dompet kering. Dengan setelan kaos polos dengan baju flannel distro lokal dengan bawahan jeans atau chinos, kita bisa terlihat keren sekaligus ikut mendukung brand lokal.
Kita masih bisa terlihat keren tanpa harus mengorbankan keuangan. Sumber : pexels.com
Perkembangan teknologi yang menimbulkan polarisasi ini tidak bisa kita hentikan. Fenomena semacam ini harus kita hadapi bagaimana caranya lebih bijak dalam bersikap. Paling tidak kita lebih memilah antara barang yang kita butuhkan dengan yang kita inginkan. Tak masalah ketika sesekali membeli barang seperti itu sebagai reward untuk diri sendiri, tetapi kalau udah berkali-kali namanya TUMAN!
ADVERTISEMENT