Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Tulisan Untukmu, Ibu (Bagian 2) : Kekuatan Doa dan Restu
17 Desember 2021 8:17 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Muhammad Iqbal Habiburrohim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Doa dan restu seorang ibu memiliki kekuatan yang luar biasa. Terkadang, kita bisa memiliki keinginan yang berbeda dengan apa yang ibu inginkan, namun percayalah omongan yang beliau lontarkan bisa menjadi sebuah doa. Oleh karena itu, apabila memang kita memiliki pandangan yang berbeda dengan seorang ibu, sebisa mungkin kita harus jelaskan secara pelan-pelan agar ibu bisa paham dan mengerti. Bukan tidak mungkin ibu yang awalnya kurang setuju dengan keputusan atau langkah yang kita ambil bisa menjadi luluh dan mengubah ketidaksetujuan tadi menjadi sebuah restu yang membantu kelancaran usaha kita.
ADVERTISEMENT
Saya sendiri lahir di keluarga yang menjunjung tinggi kebebasan berpendapat. Sejak kecil, saya merasa memiliki kebebasan dalam berargumen untuk hal-hal yang saya inginkan, meskipun orang tua juga tetap membatasi hal-hal tertentu yang dirasa terlalu menyimpang. Bahkan, saya sudah diperbolehkan untuk memilih sekolah yang saya inginkan sejak di bangku SD. Hasilnya, saya dan kakak saya memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda dimana kakak memang memiliki ketertarikan kepada agama, sedangkan saya lebih menyukai sains.
Orang tua sama sekali membeda-bedakan perlakuan kepada dua anaknya yang memiliki latar belakang berbeda tersebut. Kakak diberikan kebebasan dan sempat masuk ke pondok pesantren, begitu pun saya yang lebih memilih ke sekolah negeri. Satu pelajaran yang selalu diajarkan adalah bertanggung jawab atas keputusan yang telah dipilih.
ADVERTISEMENT
Namun, sebagai orang tua khususnya seorang ibu tentunya wajar apabila merasa gelisah dengan pilihan anaknya. Dua tahun yang lalu tepatnya pada seleksi masuk perguruan tinggi jalur SBMPTN 2019, saya masih teringat bagaimana kekhwatiran ibu saya. Saat itu, saya berencana untuk melanjutkan pendidikan di Institut Teknologi Bandung, tempat yang jauh dari rumah saya di Yogyakarta.
Ibu memang tidak pernah melarang saya untuk pergi merantau, bahkan saat itu bapak sudah memberikan restu kepada saya. Namun, ada yang berbeda dari restu ibu. Sebagai anak, saya tentunya merasakan perbedaan dari izin yang beliau berikan. Saya agaknya memahami apa yang beliau inginkan pada saat itu yaitu saya tetap berkuliah di Yogyakarta.
Saya yakin tentu saja ibu tetap mendoakan yang terbaik dan mendukung sepenuhnya keputusan saya, tetapi saya tetap tidak ingin mengambil risiko. Saya sendiri benar-benar meyakini doa dan restu dari ibu merupakan doa yang paling kuat untuk menembus pintu langit. Akhirnya, saya memutuskan untuk tetap berada di Yogyakarta bersama keluarga.
ADVERTISEMENT
Saat pengumuman tiba, lagi-lagi doa dan restu ibu membawa rezeki yang tak terkira, dimana saya berhasil diterima di Universitas Gadjah Mada. Momen saat saya membuka hasil pengumuman bersama ibu mungkin menjadi salah satu momen paling membahagiakan di hidup saya. Rasa lega, kaget, dan bahagia bercampur menjadi satu karena usaha yang saya lakukan bisa sedikit membahagiakan beliau. Sekali lagi ibu menjadi pahlawan kehidupan berkat doa dan restu yang diberikan.
Sebenarnya bisa saja saya tetap teguh pada pendirian untuk melanjutkan perkuliahan di Bandung, tetapi kalau pun saya juga diterima disana, apa gunanya kebahagiaan yang saya rasakan juga turut membawa kesedihan? Kebahagiaan dari ibu lah yang bisa menggandakan kebahagiaan yang saya rasakan.
ADVERTISEMENT
Berkat doa beliau juga, saya masih diberikan kelancaran dalam perkuliahan hingga sekarang. Lalu, satu hal lain yang mungkin terjadi secara kebetulan, namun membuat saya bersyukur tetap memilih berada di Yogyakarta adalah hadirnya pandemi ini. Jika saat itu saya memilih untuk menuruti ego pribadi, mungkin saya akan kesulitan karena sendirian di tempat yang jauh dari rumah. Peristiwa ini menjadi hikmah tersendiri bagi saya dan membuat semakin meyakini betapa kuatnya doa dan restu ibu untuk kelancaran hidup saya selama ini. Sekali lagi, terima kasih, Bu!