Diary: Berawal dari Sastra Indonesia

Muhammad Rojak Hidayat
Sastra Indonesia - Universitas Pamulang - Jangan menduga, caraku berbeda.
Konten dari Pengguna
22 Februari 2023 18:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Rojak Hidayat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi cinta dan matahari terbenam Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cinta dan matahari terbenam Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Berawal dari Sastra Indonesia, dengan terpaksa membawa kejiwaan saya semakin jauh untuk lebih dalam mencoba lebih sadar. Karena banyak sekali hal yang belum saya dapatkan dan saya belum ketahui. Dengan saya yang selalu ingin mencari tahu, rasanya semua pelajaran pada semester 5 ini sudah cukup untuk menyakinkan saya. Karena saya belum mengerti, untuk menggali sesuatu haruslah sampai dasar.
ADVERTISEMENT
Dengan kemampuan yang kurang pintar, saya sangat bersyukur bisa berada di Sastra Indonesia. Karenanya, saya bisa menggali banyak hal yang belum pernah saya ketahui, hingga akhirnya saya dapat mengetahui dan memahami. Dengan mereka orang-orang hebat, yang selalu mendorong saya untuk terus selalu berusaha untuk pintar. Dan juga menolong saya, dengan semua kemampuan yang mereka punya.
Berusaha untuk memahami Sastra Indonesia seperti mereka, saya yang selalu terbiasa di belakang layar sepertinya tidak cocok untuk tampil di depan layar. Karena memang saya tidak memiliki kemampuan akan hal itu, terlebih saya ini hanya orang yang tidak memiliki pengalaman. Bagaimana mungkin, saya bisa setara dengan mereka orang pintar yang selalu unggul dengan cara tampilnya.
ADVERTISEMENT
Lebih tepatnya, saya hanya anak teknik mesin yang salah berteduh di tempat kalangan orang-orang hebat. Bukan sekarang saya baru sadar, sebenarnya sudah dari awal saya memikirkan hal itu. Namun, dengan berjalannya waktu yang terus memaksa saya bertahan adalah sahabat. Mereka selalu mengajari saya untuk tetap bertahan, mungkin biar saya bisa pintar seperti mereka dengan sistem analisisnya.
Namun rasanya saya sudah benar-benar keliru, dengan saya yang yang tidak memiliki kepintaran seperti mereka, saya selalu duduk di bangku belakang dan menjadi orang yang paling penakut.
Dengan kehadirannya, saat saya ingin menyudahi semester ini rasanya saya ingin sekali lagi untuk bertahan di Sastra Indonesia. Dengan semua yang sudah saya rencanakan, rasanya menarik untuk dijadikan sesuatu hal. Begitu juga dengan saya yang suka sekali dengan tatangan, lebih tepatnya saya ingin menjadi orang yang benar-benar bodoh.
ADVERTISEMENT
Begitu banyak yang terlibat, begitu banyak juga yang berpikir bahwa ini adalah kenyataan. Saya sendiri bingung dengan mereka yang sangat pintar, dengan saya yang mempelajari psikologi dan analisis rasanya seperti kosong. Dengan alur cerita yang saya buat untuk terus menghidupkan keyakinan, rasanya sekarang membuat saya semakin yakin untuk melepaskan semester 5 di Sastra Indonesia.
Tanpa ada yang peduli, tanpa ada yang sadar kalau ini adalah rencana yang sengaja saya buat untuk menghidupkan suasana. Rasanya sayang saja untuk mempelajari itu semua, kalau kita sendiri masih belum mengerti dengan keadaan sekitar. Begitu juga dengan rencana saya yang berjalan sangat lancar, tanpa adanya sedikit pun pertanyaan yang menyangkal kalau semua ini adalah cerita fiksi.
ADVERTISEMENT
Setidaknya saya sudah berusaha sejauh ini, walau saya tidak pernah tampil di depan layar seperti sebelumnya di Universitas lain. Dengan berawal dari tukang cilok, ojol, sampai cinta-cintaan. Semua itu rasanya tembus sampai sejauh ini, dengan melibatkan banyak orang, dan dengan melibatkan perasaan saya sendiri. Meski hampir saja saya berpindah peran, dengan adanya dia yang membuat saya nyaman.
Akhir kata, mohon maaf apabila artikel kali ini kurang memuaskan kalian. Setidaknya saya membuat artikel ini dengan tujuan dan maksud, bukan untuk menggurui atau menyidir pihak lain. Hanya saja tujuan saya ini adalah untuk saya pribadi, dengan kemampuan saya yang masih sangat kurang baik, saya hanya ingin belajar menuangkan pikiran dengan menulis sebagai penenang dalam kesendirian.
ADVERTISEMENT
Saya sangat mencintai mawar, "salam satu aspal, nikmat sehat nikmat rejeki untuk kita semua". Amin